webnovel

Episode 13 : Bu Qian Xie Qing (Tidak Berhutang Pada Aliran Sesat)

Mereka meneruskan perjalanan menuju Distrik Yiling, Han Bu Dian memisahkan diri dan hanya mengikuti dari jauh, dengan sengaja membuat Jin Shui harus setiap saat mewaspadai keberadaannya. Jin Shui tidak terlalu peduli, ia tahu kemampuannya berada jauh di atas Han Bu Dian, tahu bangzhu muda Jianyin Bang itu hanya mengujinya saja.

Hari itu mereka bermalam di sebuah penginapan di kaki gunung, saat tengah malam Jin Shui mendapati Han Bu Dian seorang diri duduk di atas atap bangunan, minum arak sambil mengawasi langit yang kosong. Ia melompat naik, berdiri di sampingnya.

"Aku tidak tahu Han Shaobangzhu juga suka membuat mabuk diri sendiri," Jin Shui berkata, kemudian duduk tidak jauh.

"Aku tidak mabuk," sahut Han Bu Dian tenang, "aku juga tidak suka minum arak, hanya perlu sedikit untuk menemani menikmati rembulan."

"Menikmati rembulan?" tanya Jin Shui, melihat langit yang gelap dan kosong. "Aku tidak melihat ada rembulan."

"Rembulan itu sudah pergi bersama Hua Jiaozhu," Han Bu Dian menyahut getir, berbicara seperti orang mabuk. "Aku juga tidak bisa mengambilnya kembali, terpaksa hanya bisa memandangi langit tanpa cahaya."

"Kau sungguh menyukai Qiao-er," Jin Shui berkata.

"Ayah dia dan guruku pernah membicarakan akan menjodohkan kami berdua, hanya saja karena waktu itu dia masih terlalu muda, maka kelak baru akan diputuskan," sahut Han Bu Dian, "tidak disangka dia malah menyukai putra mendiang ketua Yumen, seorang kepala iblis, sedikit pun tidak pernah memandangku."

Jin Shui tidak menyahut, ikut memandang ke langit yang kosong.

"Kakek guruku menyebabkan kematian ayahmu, akan tetapi kutahu dia tahu sudah melakukan sebuah kesalahan," Han Bu Dian tiba-tiba berkata. "Yumen adalah pelindung dunia persilatan dari aliran iblis yang sesungguhnya, tidak seharusnya dimusnahkan. Hanya saja, saat itu beliau juga tidak berdaya menghalangi aliansi tiga aliran yang menghendaki kehancuran Yumen kalian."

Jin Shui memandang sekilas ke arahnya, kata-kata barusan ia pernah mendengar. Beberapa waktu yang lalu di Anning Hegu, si kaki satu Lao Gui Shou juga ada mengatakan bahwa Yumen dibentuk untuk menghadapi kekejaman aliran iblis yang sesungguhnya. Entah apa yang diketahui oleh Han Bu Dian.

"Tiga aliansi itu adalah Yongjun Hui, Haitang Jian Pai dan Wuyuan Dian (Balai Tanpa Dendam) di bawah Ban Ye Xia Ke Lin Tong Tian, Lin Daren," kata Han Bu Dian lagi. "Ketua Yongjun Hui menyimpan rasa tidak puas pada Yumen karena pernah dikalahkan oleh salah seorang ketua balai, hal ini diketahui oleh seluruh dunia persilatan dan merupakan kejadian yang sangat memalukan baginya."

"Ketua Yongjun Hui adalah Hei Bao Jiangjun (Jendral Macan Kumbang) Huan Jiao Zheng, yang kutahu memang selalu membanggakan diri sendiri sebagai keturunan seorang wulin qianbei yang dahulu sangat dihormati," Jin Shui berkata. "Rupanya dia pernah dikalahkan oleh salah seorang ketua balai kami dan menyimpan dendam."

"Yuan Wan Cui, Yuan Zhangmen, setahuku adalah seorang wanita yang berpikiran sempit, dengan mudah bisa dipengaruhi oleh Huan Jiao Zheng, kemudian begitu saja membawa murid-murid wanitanya itu ikut menyerang ke markas Yumen," lanjut Han Bu Dian. "Sedangkan Lin Tong Tian, aku tidak tahu alasan dia membenci Yumen, tetapi sepertinya dia juga hanya dipengaruhi, mengira keberadaan Yumen akan menjadi ancaman bagi negara."

"Tiga aliansi yang menghancurkan markas Yumen itu rupanya semua adalah hasil kerja Huan Jiao Zheng," Jin Shui berkata pelan. "Mungkin, nanti aku akan mengunjunginya dan menanyakan lebih jelas."

"Huan Jiao Zheng mempunyai banyak kawan di dunia persilatan yang belakangan juga ikut-ikutan memburu dan membunuh anggota Yumen," lanjut Han Bu Dian. "Kami dari Jianyin Bang, sejak awal tidak setuju dengan kelakuan mereka. Hanya saja, guruku juga tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa meminta kami murid-muridnya agar tidak sampai ikut bertindak semena-mena."

"Aku tahu," sahut Jin Shui.

"Aku tidak mendukungmu, tidak bisa dikatakan mengharapkan Yumen Jiao akan bangkit kembali, akan tetapi aku juga tidak ingin menentang kalian," Han Bu Dian kembali berkata, cukup sadar karena ia sebenarnya tidak mabuk. "Ayahmu dahulu juga ada melakukan kesalahan, melakukan kekejaman, sudah menculik anak-anak berbakat dan menyebabkan perselisihan, membiarkan para pengikutnya bertindak sesuka hati menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Yumen. Tetapi kuharap kau tidak melakukan kesalahan yang sama. Aku sungguh berharap, Xu Guniang bisa meyakinkanmu untuk tidak mengikuti kekejaman ayahmu."

"Aku ada membunuh sembilan tetua Haitang Jian Pai tiga tahun yang lalu," Jin Shui mengaku, "selama beberapa tahun ini, demi diri sendiri juga sudah mengorbankan banyak jiwa tidak berdosa." Yang dimaksud olehnya adalah orang-orang yang digunakan Huang Yu untuk menerima racun zixie dan zhaobai dari dirinya. "Saat mengingat semua ini, aku sungguh tidak tahu bagaimana menghadapi Qiao-er. Jika bukan dia terus berada di sisiku, entah aku akan menjadi kepala iblis semacam apa."

"Xu Guniang punya pengaruh besar padamu, putra seorang kepala iblis, hal ini pun aku bisa melihat dengan jelas," sahut Han Bu Dian. "Hua Jin Shui, demi kedamaian dunia di masa depan, aku Han Bu Dian merestui kalian."

Jin Shui hanya menganggukkan kepala satu kali untuk berterima kasih padanya.

"Jaga dia baik-baik," Han Bu Dian berkata sambil bangkit berdiri, "kelak jika kau sampai menyakiti dia, maka aku akan mengambilnya dari sisimu. Aku Han Bu Dian meski tidak mempunyai kemampuan untuk menandingimu, tetapi masih cukup mampu membuatmu merasakan kehilangan seorang yang kaucintai hingga keinginan untuk hidup pun juga ikut direbut darimu."

Ia melesat turun dari atas atap, pergi begitu saja menembus kegelapan malam. Jin Shui tidak mengikuti, ia tetap duduk di atas atap dan untuk beberapa saat mengawasi sekitar. Hanya sebentar kemudian, terlihat olehnya Han Bu Dian kembali melompat naik ke atas atap, berdiri di atas bangunan yang lain, senjata pedang di tangannya sudah terhunus, dan ia sedang menghadapi dua orang lelaki berbaju abu-abu dengan golok berkilat di tangan. Pakaian khas orang Wansui Gu pengikut Zhou San Gong

Ia bangkit berdiri, melayang mendekat. Bersamaan dengan suara keributan yang terdengar, satu sosok tubuh terlempar menghantam dinding bangunan tempatnya berada, cukup keras hingga dinding bangunan itu roboh. Han Bu Dian melompat turun, kedua lawannya mengikuti. Jin Shui juga melayang ke arah jalanan, menemukan bahwa di tempat itu sudah ada belasan orang berbaju abu-abu serupa, sedang mengeroyok seorang wanita.

Wanita itu mengenakan pakaian serba putih, menggunakan senjata berupa dua helai kain panjang, setiap gerakannya menyerupai tarian, akan tetapi sangat mematikan, satu orang lagi berhasil dilemparkan olehnya, menghantam patung batu di tepi jalan hingga hancur berantakan. Jin Shui lekas mengenali wanita itu sebagai ibu muda Xu Qiao dan sekaligus murid utama Haitang Jian Pai, Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei.

Jin Shui untuk sementara melihat saja dari kejauhan, ia tahu Bao Xin Fei tidak menyukainya, tidak akan bersedia menerima bantuan darinya. Ditambah adanya Han Bu Dian, malahan orang-orang Wansui Gu yang mulai berjatuhan.

Akan tetapi perkelahian itu terjadi di jalanan sempit, agaknya orang-orang Wansui Gu dengan sengaja membuat Bao Xin Fei terpaksa menghadapi mereka disana. Bao Xin Fei bagaimana pun adalah seorang wanita, dikeroyok sedemikian banyak lelaki bersenjata membuatnya sangat risih, ditambah perkelahian terjadi di tempat yang sempit sehingga ia tidak bisa menggunakan senjatanya dengan baik. Jin Shui bisa melihat keadaan tidak menguntungkan baginya.

Bao Xin Fei hendak melompat ke atas atap, akan tetapi satu orang lain sudah berada disana, dan setiap kali ia hendak melompat naik, orang itu dengan sengaja menyebarkan sejumlah jarum rahasia, memaksa Bai Xin Fei untuk turun kembali dan menghadapi pengeroyoknya.

Jin Shui melihat orang di atas atap itu adalah seorang lelaki setengah tua berpakaian abu-abu gelap, diantara cahaya lentera dari sekitarnya terlihat wajahnya yang bopeng-bopeng jelek bukan main, rambutnya kelabu dan tubuhnya lebar, sungguh seorang yang sangat tidak enak dilihat. Ia mengenali orang itu sebagai murid kedua Zeng Bai Feng dan juga ayah Zhou Yan Zi, Zhou San Gong.

Bao Xin Fei berhasil menendang beberapa orang sekaligus menggunakan jurus shui liu xue piao (air mengalir salju menyebar) dari yu xue miao shu, ilmu andalan orang Haitang Jian Pai selain san liu bao lian shu. Beberapa orang itu roboh ke tanah, akan tetapi dengan cepat mereka bangkit kembali seperti tidak merasakan sakit. Bao Xin Fei mengira tenaga tendangannya barusan cukup untuk setidaknya mematahkan tulang mereka, melihat keadaan seperti ini tentu saja mengagetkannya.

Bersamaan Zhou San Gong menyebarkan sejumlah jarum rahasia lagi dari atas, gerakannya sangat cepat sehingga Bao Xin Fei terlambat memutar kedua helai kain di tangannya untuk menangkis. Satu jarum berhasil mengenai lengannya, menembus sampai ke bahu. Sungguh hebat tenaga Zhou San Gong menggunakan jarum itu, seketika Bao Xin Fei merasakan nyeri yang luar biasa.

Han Bu Dian di saat itu sudah berhasil menjatuhkan tiga orang sekaligus, akan tetapi orang-orang Wansui Gu ini seperti tidak merasakan sakit, mereka tidak bisa dirobohkan. Han Bu Dian tidak suka membunuh orang, sejak tadi juga hanya berusaha melumpuhkan, bahkan pedang di tangannya masih belum terkena setetes pun darah.

Xu Qiao tiba disitu bersama Liu Xin, agaknya mendengar suara keributan dan mengira Jin Shui dan Han Bu Dian sedang berkelahi, mereka lantas keluar. Jin Shui lekas menghadang keduanya.

"Hua Gege, apa yang terjadi?" Liu Xin menanya.

"Xu Furen sedang berkelahi dengan orang-orang Wansui Gu di bawah pimpinan Zhou San Gong," sahut Jin Shui. "Tidak tahu bagaimana awalnya."

"Zhou San Gong?" Xu Qiao belum melupakan kejadian tiga tahun yang lalu. "Jin Shui Gege, apa kau tidak ingat tiga tahun yang lalu aku terkena racun zixie hingga kau harus memindahkan pada dirimu sendiri? Zhou San Gong itu yang sudah memberikan racun padaku, kau harus membalaskan dendam kita."

Jin Shui tidak berkata apa-apa padanya, ia lekas melompat ke atas tembok, menyerang ke arah si bopeng Zhou San Gong dengan pedang sudah terhunus. Zhou San Gong masih sempat melemparkan jarum rahasia yang sudah tergenggam di tangan ke arahnya, akan tetapi luka Jin Shui sudah sembuh, tenaganya juga sudah kembali, dengan mudah ia merontokkan jarum-jarum rahasia itu.

"Hua Jin Shui! Aku tidak perlu…." Bao Xin Fei masih sempat melihat seseorang datang membantunya, ia berteriak tidak senang. Akan tetapi ia pun masih kerepotan menghadapi musuh, ditambah tangannya terasa membengkak akibat jarum rahasia Zhou San Gong barusan, ia tidak bisa memaki Jin Shui.

"Xu Furen, aku bukan berniat membantu Anda, tapi aku pribadi ada masalah dengan Bai Sui Zuo Du Zhou San Gong, ada hutang dendam yang harus diselesaikan, maaf terpaksa mendahului Anda!" Jin Shui berseru sambil mengayun pedang ke arah Zhou San Gong.

"Siapa kau?" Zhou San Gong menanya, perhatiannya sesaat kemudian baru tertuju pada pedang xuanlong di tangan Jin Shui. Ia mengenali pedang yang terkenal sebagai milik aliran iblis itu, tiga tahun yang lalu Jin Shui juga pernah menggunakannya untuk menghabisi orang-orangnya di Wansui Gu. "Kau adalah Yumen Mo Wang."

"Zhou San Gong, sepertinya ini bukan pertama kali kau bertemu denganku," kata Jin Shui lagi. "Tiga tahun yang lalu aku pernah berkunjung ke Wansui Gu, hendak menemui gurumu Zeng Bai Feng, Zeng Laoqianbei untuk meminta petunjuk. Tapi aku belum berjodoh untuk bertemu dengannya, hanya berhadapan denganmu, tetapi kau pun lantas pergi bersembunyi dan membiarkan orang-orangmu dihajar olehku. Hari ini, kau tidak bisa menghindar lagi, mau tidak mau harus berhadapan baik-baik dengan aku Hua Jin Shui."

"Hua Jin Shui," Zhou San Gong mengulangi nama ini dengan nada sengit, "antara Yumen Jiao dengan Wansui Gu tidak ada hutang dendam, tapi kau dua kali hendak mencari masalah dengan kami, sebenarnya apa tujuanmu?"

"Tidak ada hutang dendam?" Jin Shui menyahut. "Tiga tahun yang lalu aku terkena racun zixie dan zhaobai, dua jenis racun ini semuanya adalah hasil kerjaan kalian orang Wansui Gu, berarti aku punya hak meminta penjelasan darimu. Aku sempat berubah jadi makhluk mengerikan karena orang Wansui Gu, apa menurutmu alasan ini masih belum cukup untuk menagih hutang dendam dengan kalian?"

Zhou San Gong rupanya sudah mengetahui masalah Yumen Mo Wang ini sejak kemunculannya mengacau di Wansui Gu waktu itu. Racun zixie dan zhaobai dibuat oleh orang Wansui Gu, akibat dari dua jenis racun ini tentu saja orang yang membuatnya yang bisa melihat dengan jelas. Maka ia tidak ingin bicara panjang lebar, juga tidak ingin memberikan penjelasan apa pun. Suara tawanya terdengar.

"Hua Jin Shui, hutang dendammu pada kami Wansui Gu ternyata begitu mendalam. Kalau begitu, silakan saja turun tangan. Aku ingin lihat, seberapa lihai kemampuan orang yang sudah terkena racun zixie dan zhaobai tapi masih bisa hidup baik-baik!"

Kedua orang itu berkelahi di atas tembok dan atap. Zhou San Gong adalah murid Zeng Bai Feng si ahli racun. Ilmunya tinggi, seluruh tubuhnya pun menyembunyikan racun mematikan. Meski ilmu Jin Shui tidak bisa dianggap rendah, namun ia harus berwaspada, sedikit saja kelengahannya bisa jadi akan segera dimanfaatkan oleh lawan untuk menyebarkan racun yang entah apa lagi. Untuk belasan jurus awal, perkelahian ini berimbang. Xu Qiao mengawasi dengan tenang, kemampuan dua orang yang bertarung ia sudah tahu, juga tahu pasti Hua Jin Shui tidak akan mudah dikalahkan.

Pedang di tangan Jin Shui berkelebat cepat, memaksa Zhou San Gong mundur beberapa langkah pada jurus ke tiga puluhan. Entah si muka bopeng itu sengaja atau tidak, membiarkan diri sendiri jatuh di bawah angin tapi tidak segera meningkatkan tenaga yang dikeluarkan. Beberapa kali ia nyaris terkena hantaman tangan Jin Shui, tapi berhasil menghindar seperti belut yang licin. Siapa pun bisa melihat, orang ini bermaksud memperlambat perkelahian, tujuannya adalah untuk mencari kesempatan menggunakan jarum beracunnya. Dengan cara biasa agaknya ia tahu jelas tidak akan menang.

Di bawah sana, Liu Xin tidak sabaran dan sudah mengeluarkan pedang pendek senjatanya, menebas begitu saja leher dua orang yang paling dekat, menghabisi mereka, mengagetkan Xu Qiao karena si tuan putri kecil ternyata bisa cukup kejam.

"Han Shaobangzhu, masih belum mau membunuh orang?" Liu Xin juga berseru pada Han Bu Dian, memaksanya menghunjamkan pedang pada satu orang lain.

Di saat yang sama Bao Xin Fei juga sudah terhuyung, susah payah berusaha agar tidak sampai jatuh dan kehilangan kesadaran. Zhou San Gong melihat nyonya itu sudah terkena racunnya dengan parah, rasa penasarannya sejak dikalahkan oleh Bao Xin Fei tiga tahun yang lalu sudah terbayar.

"Mundur!" si bopeng itu tiba-tiba berteriak memberi perintah pada sisa pengikutnya. Bersamaan ia menyebarkan seluruh sisa jarum yang ada di balik bajunya ke arah Jin Shui, memaksa Jin Shui menangkisnya dengan sedikit repot.

Orang-orang Wansui Gu yang tersisa bersamaan melemparkan bola-bola kecil berwarna hitam yang meledak di udara, seketika menyebarkan asap beracun di sekitar tempat itu. Jin Shui terpaksa membiarkan mereka melarikan diri, ia lebih dahulu melayang ke arah Xu Qiao dan membantunya menutup pernafasan. Han Bu Dian hampir terlambat menyingkir, Liu Xin masih keburu menutup hidung.

Di tempat itu juga sudah berdatangan Yan Zi yang membawa Xiu-er bersamanya, Yue Long Dai di belakang mereka dan Huang Yu paling akhir bersama para penghuni penginapan lain. Mereka semua juga mendengar suara keributan, semula ingin membiarkan saja, akan tetapi karena terganggu lantas keluar juga.

"Orang Wansui Gu datang kemari?" Zhou Yan Zi bertanya pada mereka yang ada disitu, ia menyingkirkan begitu saja asap dengan tangannya, tidak peduli racun dengan segera terhirup olehnya. Xiu-er yang ada bersamanya seketika terhuyung.

"Ayahmu," Jin Shui yang menyahut.

"Oh," sahut Zhou Yan Zi singkat. Ia tidak terlalu peduli melihat jenasah beberapa pengikut ayahnya, kemudian lekas memberikan sebutir pil obat pada Xiu-er, memaksa menelannya sebelum racun mempengaruhi semakin parah. Zhou Yan Zi juga memberikan pil obat pada Xu Qiao, kemudian pada Bao Xin Fei.

"Ayahmu…." Bao Xin Fei menyingkirkan Zhou Yan Zi dengan memukulnya, akan tetapi ia pun tidak bisa berkata lebih panjang dan seketika memuntahkan darah segar. Xu Qiao lekas menangkapnya sebelum ambruk ke tanah, menemukan sebelah tangan Bao Xin Fei sudah membengkak dan terasa panas.

"Jin Shui Gege, lekas tolong erniang," Xu Qiao tahu Jin Shui bisa menggunakan tenaga dalam untuk menyingkirkan racun. Keadaan Bao Xin Fei saat ini, jika tidak ditolong maka akan segera kehilangan nyawa.

"Yan Zi, berikan obat penawar," Jin Shui berkata pada Zhou Yan Zi.

"Dia terkena jarum honglong chen milik ayahku, racun sudah mendekati jantung. Obat penawar aku tidak punya, punya juga tidak akan memberikan padanya." Zhou Yan Zi berkata sengit, tidak senang karena barusan Bao Xin Fei bukan saja menolak pil pemberiannya, malah memukulnya. Ia merasakan bahunya sakit, masih baik nyonya itu dalam keadaan terluka sehingga tidak sampai membuatnya patah tangan.

"Furen, mohon maaf." Jin Shui tidak punya pilihan lain. Dalam keadaan seperti ini ia tidak bisa berpikir banyak, harus bisa memutuskan yang terbaik dengan cepat. Maka ia menyimpan pedang dan memutuskan menyelamatkan nyawa orang lebih dulu. Ia meraih tangan kiri Bao Xin Fei, menyalurkan tenaga dalam dari telapaknya. Si nyonya sudah tidak ada tenaga untuk menolaknya.

Jarum yang masuk ke dalam lengan Bao Xin Fei berhasil ditarik keluar, Jin Shui juga menarik racun ke dalam lengannya sendiri. Selama di Bai Tu Shanzhuang beberapa waktu yang lalu Li Qian ada memberitahukan cara menggunakan tenaga wuqing xue untuk menyedot racun dan mengumpulkan di dalam aliran darah, menahannya disana agar bisa dikeluarkan dengan lebih mudah. Ketika menggunakan cara ini untuk menolong Xu Qiao beberapa waktu yang lalu ia belum berhasil sepenuhnya dan racun masih sempat mempengaruhi, akan tetapi sekali ini racun yang masuk ke tubuh Bao Xin Fei hanya seujung jarum sehingga ia masih bisa menahan seluruhnya.

Jin Shui melepaskan tangannya sebentar kemudian, ia mengiris jari dan mengeluarkan darah beracun, Bao Xin Fei tetap berada dalam pelukan Xu Qiao, keadaannya lemah namun kesadarannya tidak lagi terganggu.

"Xiao Qiao, erniang bukan ibu kandungmu, tidak punya hubungan darah denganmu, maka dengan sendirinya tidak punya hak mencampuri kehidupanmu. Semuanya kau tentukan sendiri, masa depan juga kau sendiri yang menjalaninya," nyonya itu berkata pelan pada Xu Qiao. "Kau masih bersama dengannya, aku tidak bisa menghalangi. Hanya saja aku ingin mengatakan, pintu Huofeng Lou tetap terbuka untukmu. Kapan pun kau ingin kembali, kembalilah. Erniang tidak akan bicara banyak jika kau tidak menginginkannya."

"Erniang, aku pasti akan kembali," Xu Qiao berkata padanya. "Aku akan kembali untuk meminta restu darimu."

"Hua Jin Shui," Bao Xin Fei berkata pada Jin Shui. "Barusan kau sudah menolongku atas permintaan Xiao Qiao, juga bukan karena aku sendiri yang minta. Tetapi seharusnya kau sudah tahu, aku Bao Xin Fei tidak sudi menerima pertolongan darimu, lebih lagi tidak sudi menerima tenaga dalam dari orang aliran sesat."

Ia bergerak dengan cepat, mengambil satu golok milik pengikut Zhou San Gong yang sudah tewas, kemudian menebaskannya ke lengan kiri sendiri. Tadi Jin Shui menyalurkan tenaga dalam melalui tangan kiri itu, karena dalam keadaan lemah ia tidak bisa menolak. Kali ini kekuatannya sudah kembali sebagian, sudah cukup untuk menebas putus lengan kiri itu dengan satu gerakan.

"Erniang!" Xu Qiao langsung memekik kaget. Tidak ada yang menyangka Bao Xin Fei akan bertindak sedemikian gila, dengan sendirinya tidak ada yang sempat menghalangi. Potongan tangan jatuh ke tanah, darah mengalir deras. Susah payah Bao Xin Fei menjaga diri agar tetap sadar. Jin Shui kaget bukan main, hampir saja racun yang sudah tertahan menyebar ke dalam lengannya.

"Xu Furen...."

"Bao Xin Fei tidak berhutang pada aliran sesat," si nyonya tertawa. Ia menotok sendiri jalan darah di lengan agar darah tidak mengalir terlalu banyak. Tetapi tentu saja tenaganya tidak cukup kuat. Jin Shui hendak membantu, tetapi ia tahu si nyonya ini keras sifatnya, jika dibantu menghentikan pendarahan bisa-bisa dia bunuh diri pula.

"Erniang, kenapa kau mesti begini?" Xu Qiao merobek kain pakaian, kemudian menggunakannya untuk membalut luka ibu mudanya setelah membantu menotok jalan darah. Tangannya gemetaran, air matanya mengalir turun.

"Aliran lurus bersih apa?" Jin Shui bertanya pada diri sendiri. "Tidak sudi menerima bantuan dari orang aliran sesat lantas lebih suka membuat diri sendiri cacad. Aturan macam apa ini?"

Xu Qiao merawat Bao Xin Fei hingga hari berikutnya, merawat lukanya dan menemani hingga nanti sakit kehilangan lengan tidak lagi terasa.

Bao Xin Fei tidak bersedia menerima bantuan dari Jin Shui, ia juga tidak mau berhutang pada Zhou Yan Zi. Ia rupanya nekad memotong lengan sendiri juga karena tahu dengan cara ini Xu Qiao baru bisa dijauhkan sedikit dari Jin Shui dan kawan-kawannya.

Ia tidak banyak bicara saat Xu Qiao merawat lukanya, menyuapkan makanan untuknya dan membantunya membersihkan wajah di dalam kamar di penginapan itu. Liu Xin menyingkir, bersama Zhou Yan Zi memilih tidur di kamar yang lain. Hanya Xiu-er tetap tinggal membantu Xu Qiao, mengetahui bahwa Bao Xin Fei adalah murid Haitang Jian Pai.

"Xiao Qiao," Bao Xin Fei berkata halus padanya. "Tiga tahun kita bersama di Huofeng Lou mengatasi kehilangan orang-orang yang paling dekat, apakah kau masih ingin pergi karena tidak mau menerima aku sebagai pengganti ibu kandungmu?"

"Erniang," Xu Qiao memanggil. "Aku sudah mengecewakanmu."

"Xiao Qiao, kau adalah satu-satunya putri Cheng Hai yang tersisa," Bao Xin Fei berkata. "Aku ingin menjagamu seumur hidup, meski hanya tinggal satu tangan aku juga masih bisa menjagamu baik-baik. Ikutlah denganku kembali ke Huofeng Lou, kau tidak perlu lagi merendahkan diri sendiri mengikuti seorang kepala iblis."

"Jin Shui Gege orang seperti apa, aku sendiri bisa menilainya," Xu Qiao berkata. "Xiao Qiao belum bisa ikut kembali ke Huofeng Lou karena sudah punya pertimbangan sendiri, harap Erniang tidak mempersulit."

"Anak kecil ini, dia adalah yang waktu itu hendak diangkat murid oleh ershimei?" Bao Xin Fei menunjuk ke arah Xiu-er.

"Benar," sahut Xu Qiao.

"Aku akan membawa dia ke Huofeng Lou, untuk sementara setidaknya dia bisa menjadi penggantimu," Bao Xin Fei bangkit berdiri, meraih tangan Xiu-er meninggalkan ruangan kamar penginapan itu, "lebih baik daripada dia ikut-ikutan menjadi budak Yumen atau berkawan dengan orang Wansui Gu."

Xu Qiao tidak menghalangi, membiarkan saja Bao Xin Fei keluar dari dalam kamar. Saat itu hari sudah berganti dan pagi sudah menjelang, tidak ada yang sungguh tertidur sejak semalam.

Jin Shui berdiri diluar kamar, sejak semalam ia tidak bisa tenang membiarkan Xu Qiao bersama murid pertama Haitang Jian Pai yang begitu membencinya, begitu melihat Bao Xin Fei keluar sambil menggandeng Xiu-er, ia sudah mengacungkan pedang ke arah si nyonya itu, mengira Xu Qiao juga sudah dipengaruhi olehnya.

"Jin Shui Gege," Xu Qiao menghadang di depan ibu mudanya. "Tidak boleh. Dia satu-satunya keluargaku, kau tidak boleh membunuhnya."

"Qiao-er sudah menjadi istriku," Jin Shui berkata tegas pada Bao Xin Fei. "Xu Furen menerima atau tidak, aku akan menahan dia di sisiku seumur hidup. Xu Furen harap memberitahukan seluruh dunia, pada tanggal lima belas bulan delapan nanti di Yongshi Bei, Distrik Yiling, Hubei, para pewaris akan berkumpul dan mengumumkan kembalinya Yumen Jiao."

Bao Xin Fei memandang ke arahnya dengan penuh kebencian, akan tetapi ia tahu jika bertarung hari ini hanya akan mengantar nyawa sia-sia, atau lebih celaka lagi akan menyusahkan Xu Qiao. Ia bukan seorang yang suka bertindak tanpa berpikir, maka ia menarik Xiu-er pergi bersamanya.

Di hari yang sama Jin Shui dan yang lain juga meninggalkan penginapan itu, meneruskan perjalanan mereka ke Yiling. Sepanjang perjalanan Xu Qiao tidak banyak berbicara, menjaga jarak dengan Jin Shui, bahkan dengan Liu Xin dan Zhou Yan Zi, tetapi ia pun tidak banyak menggubris Han Bu Dian. Jin Shui membiarkan saja, ia juga mempunyai harga diri sendiri.

Mereka menempuh perjalanan melalui aliran sungai dengan menyewa sebuah kapal, dua hari kemudian meneruskan dengan berjalan kaki menyusuri sebuah lembah yang luas, Han Bu Dian masih memisahkan diri dan mengikuti dalam jarak tertentu, hanya sekali-sekali saja menampakkan diri demi mengawasi Jin Shui.

Di kejauhan terlihat tempat pemukiman suku Tujia, akan tetapi mereka tidak berencana mampir kesana, dan Huang Yu terus membawa mereka melalui jalanan di kaki gunung. Enam penunggang kuda lewat di jalan itu, mendahului mereka, jelas merupakan pendatang, bahkan dari kaum persilatan karena mereka masing-masing membawa senjata toya.

Huang Yu membiarkan mereka lewat, mengajak Jin Shui dan yang lain beristirahat di tepian sungai dan duduk sejenak di bebatuan. Mereka masih dalam penyamaran dan mengenakan pakaian orang-orang desa, semuanya adalah demi menghindari keributan yang tidak perlu dengan orang-orang dunia persilatan yang mulai bereaksi mengetahui para pewaris Yumen sudah muncul kembali dan bahkan sudah memulai pergerakan.

Orang-orang yang membawa toya rupanya juga tertarik melihat air sungai yang mengalir jernih, mereka memutuskan beristirahat di sisi lain sebuah jembatan kuno. Satu orang sempat melihat ke arah Jin Shui dan yang lain, melihat Yue Long Dai dan Liu Xin yang saling melempar air, mengira mereka adalah tiga pasangan muda mudi dari desa sekitar yang sedang bermain dan memadu kasih, tidak begitu memedulikan.

"Kemarin tukang besi yang di pasar itu mengatakan, Nyonya Xu dari Huofeng Lou sudah mengumumkan kematian putri termuda Tie Mu Bao Jian Xu Cheng Hai, Xu Louzhu," salah seorang pemilik toya, "kabar itu sepertinya benar adanya."

"Kabar apa?" kawannya menanya. "Putri Xu Louzhu bukannya semua sudah meninggal tiga tahun yang lalu, dibunuh oleh orang-orang Yumen juga?"

"Tiga tahun yang lalu masih ada seorang putrinya Xu Louzhu yang lolos," sahut yang lain, "Xu Qiao, Xu Wuguniang, putri termuda, kabarnya saat pembantaian keluarganya sedang tidak ada di tempat."

"Kabarnya Xu Guniang itu beberapa waktu yang lalu diculik oleh Hua Jin Shui, anak haramnya Wu Yao Wei, dan Xu Furen sampai harus meminta bantuan orang-orang Jianyin Bang untuk menemukannya," orang pertama tadi berkata. "Tetapi sayang sekali, Xu Guniang ini sudah dibunuh oleh Hua Jin Shui, katanya bahkan jenasahnya dibuang begitu saja, sungguh kasihan."

Kata-katanya terdengar oleh Jin Shui dan yang lain, seketika membuat Xu Qiao terdiam. Dirinya masih hidup dikatakan sudah meninggal bukan masalah besar, tetapi ada yang menyebar kabar bahwa ia dibunuh oleh Jin Shui, ia tahu kabar ini bisa saja disebarkan oleh Bao Xin Fei.

"Yang pernah kudengar sedikit berbeda," orang keempat terdengar berkata. "Katanya Xu Guniang itu dinodai oleh kepala iblis Hua Jin Shui, kemudian terpaksa dibunuh demi menghilangkan penderitaannya."

"Sungguh keterlaluan Hua Jin Shui itu," orang kedua tadi berkata. "Keluarga Xu selama ini berkawan baik dengan anak murid Liang Tian Jian Shen, jelas adalah musuh bagi Yumen Jiao. Bahkan seorang gadis muda pun tidak diampuni, benar-benar seorang kepala iblis."

"Yang kudengar lain lagi," seorang lain berkata, "kabarnya Xu Guniang itu masih berada di tangan Hua Jin Shui, hanya keadaannya tidak baik, dan akan digunakan dalam ritual yang mengorbankan jiwa manusia. Kau tahu orang Yumen mempunyai ritual semacam ini, katanya untuk melatih ilmu dan kekebalan."

Huang Yu sudah menggenggam beberapa butir biji catur, siap menghabisi orang-orang itu demi menghentikan ocehan mereka. Jin Shui juga sudah meraba gagang pedang, hanya ia belum bertindak karena ia tahu Xu Qiao tidak akan suka menyaksikannya membantai orang hanya karena beberapa patah kata.

Liu Xin dan Yue Long Dai berhenti melempar air, Liu Xin juga sudah mengambil pedang pendek yang terselip di pinggangnya dan hendak melompat ke seberang jembatan. Yue Long Dai memeluk pinggangnya, menahannya agar tidak sampai membuat keributan.

"Aliran Yumen tidak ada bedanya dengan sekumpulan penjahat," orang terakhir terdengar berkata. "Kudengar terakhir kali para pewaris Yumen ini juga sudah bergabung dengan orang-orang Wansui Gu. Sungguh mereka akan mengacaukan dunia persilatan. Tidak bisa dibiarkan."

Zhou Yan Zi diam-diam sudah memanggil beberapa ekor ular berbisa dan sejumlah kalajengking, akan tetapi mendengar nama Wansui Gu ikut disebut, ia batal memberi perintah pada kawan-kawan kecilnya itu untuk bertindak. Ia hanya bisa memendam kekesalan, kemudian berlari pergi. Liu Xin juga melangkah ke arah lain, membuat Yue Long Dai lantas mengejarnya.

"Huang Erge, lepaskan mereka," Xu Qiao berkata pada Huang Yu, memintanya untuk tidak menggunakan senjata rahasia untuk membunuh. Huang Yu pergi mengikuti Zhou Yan Zi, juga perlu menenangkan diri.

Sejumlah orang itu meninggalkan tepian sungai beberapa saat kemudian, mengambil kuda mereka di pinggir jembatan, melihat ke arah Jin Shui dan yang lain sekali lagi sebelum berlalu. Jin Shui berdiri di atas sebongkah batu besar, pedangnya sudah tergenggam di tangan tanpa terhunus. Xu Qiao berjalan agak jauh, membelakanginya, berpura-pura mencari ranting kering.

Xu Qiao tidak sempat menghalangi ketika Jin Shui melompat dari batu tempatnya berada, melayang di atas kepala orang-orang berkuda itu sebelum mereka mengenali pedang bersarung hitam berukir di tangannya. Kilatan pedang hanya terlihat sekelebat saja, orang-orang berkuda itu bahkan tidak tahu apa yang terjadi.

"Pergi," Jin Shui berkata dengan singkat.

"Hua…." Orang-orang itu kaget dan seketika mengira diri mereka sudah tewas terbantai. Akan tetapi mereka semua masih hidup, hanya senjata toya mereka semuanya sudah terpapas menjadi beberapa bagian dan berjatuhan ke tanah. Mereka lekas menyadari, kilatan pedang xuanlong barusan semestinya bisa saja sudah memotong tangan dan kaki, atau bahkan leher mereka.

Orang-orang itu tidak banyak bicara lagi, lantas memacu kuda mereka secepat angin, pergi meninggalkan semua potongan senjata mereka.

"Jin Shui Gege," Xu Qiao melihat Jin Shui melompat kembali ke tempat semula dan menyimpan pedang, ia mendekat dengan ragu.

"Aku seharusnya membunuh mereka," Jin Shui berkata padanya. "Mereka sungguh sudah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas."

Xu Qiao tidak menyahut, hanya menyimpan semua dalam hati. Perkataan orang-orang itu semua sangat berpengaruh baginya, juga mempengaruhi Jin Shui, sungguh sudah menambah jarak diantara keduanya.

Hari itu mereka naik ke atas gunung dan tiba di sebuah tempat bernama Shenling Xuanya (Tebing Dewa), dan Huang Yu membawa mereka ke sebuah biara yang berada disana, menemui Xiao Hu dan Xiao Mi yang rupanya sudah menanti. Tugas yang diberikan oleh Huang Yu pada mereka saat di Mangren Gong adalah mencari keberadaan seseorang, dan agaknya mereka sudah menemukan.

Biara itu sudah lama ditinggalkan sebagian besar penghuninya, dan yang tersisa hanya seorang biksu tua bernama Shuang Mu, serta muridnya Yi Peng Pian.

Jin Shui berenam diijinkan bermalam di dalam biara sebelum melanjutkan perjalanan pada esok hari. Saat yang lain sudah pergi beristirahat, Huang Yu mengajak Jin Shui menemui si biksu tua dan muridnya di ruang doa belakang kuil bersama Xiao Hu dan Xiao Mi. Begitu pintu ditutup, Yi Peng Bian si murid biksu itu langsung menjatuhkan diri berlutut di depan Jin Shui.

"Jin Shui, Yi Xiansheng ini adalah bekas ketua Balai Musim Gugur Yumen kita," Huang Yu memberitahu, "tiga belas tahun yang lalu, sebelum Yumen dihancurkan, kedudukan ketua Balai Musim Gugur sudah dipindahkan ke tangan Ye Xia (Pendekar Malam) Ye Zheng Gu, sehingga tidak ada yang mengenal nama Yi Peng Pian."

"Semua adalah kesalahanku sendiri," Yi Peng Pian berkata. "Aku suka mabuk dan berjudi, selama beberapa tahun diberi kekuasaan sebagai ketua balai penyakit ini semakin parah, tidak sedikit pun membuat jasa atau melakukan hal besar, malah kerap membuat masalah dan memalukan nama Yumen."

"Yi Tangzhu," Jin Shui lekas membimbingnya berdiri. "Rupanya masih ada satu ketua balai yang masih hidup, sungguh Yumen memang belum musnah."

"Aku hanya seorang bekas ketua balai," Yi Peng Pian berkata. "Ketika Yumen dihancurkan, bahkan tidak seorang pun yang mencariku, semua mengira aku bukan lagi bagian dari Yumen sehingga tidak seperti terhadap saudara yang lain, mereka membiarkan aku tetap hidup."

"Chai Lang Shifu mengetahui hal ini dan sudah menemui Yi Tangzhu sebelum kematian beliau," Huang Yu kembali memberitahu Jin Shui. "Yi Tangzhu apakah sudah mengerjakan seperti yang diminta oleh Chai Lang Shifu?"

"Tentu saja," sahut Yi Peng Pian, "Shuang Mu Dashi ini juga mendukung keinginan Chai Lang Weishen agar Yumen bisa tetap hidup, selama beberapa tahun sudah membantu mengumpulkan sejumlah pengikut, Huang Gongzi bisa menemui mereka di Kota Chen-an pada saatnya nanti."

"Yumen Jiao dahulu mempunyai tugas penting menjaga dunia persilatan dari kekejaman Liu Song Qiao dan para pengikutnya," si Biksu Shuang Mu berkata. "Hampir lima belas tahun yang lalu ketika laoseng menemani Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, Zhang Shizhu pergi ke markas Yumen menasehati ayah Hua Shaoxia ini, Wu Jiaozhu juga sudah memberitahukan dengan sangat jelas."

"Sudah merepotkan Shuang Mu Dashi, juga Yi Tangzhu," Jin Shui berkata. "Jin Shui sangat berterima kasih."

"Laoseng sudah tua, murid Yi Peng Pian ini demi menebus kesalahan di masa lalu juga sudah menghabiskan banyak tenaga," si biksu tua kembali berkata. "Hua Shaoxia dan Huang Gongzi hendak mengembalikan kejayaan Yumen Jiao, langkah selanjutnya kami tidak lagi ikut campur, kami akan menghabiskan hari tua disini berdoa dan membaca kitab suci."

Jin Shui dan yang lain tiba di Distrik Yiling beberapa hari kemudian, mereka menemukan banyak orang dari berbagai aliran berkeliaran hingga ke hutan dan bahkan di pemukiman Suku Miao. Agaknya kabar mengenai para pewaris Yumen yang akan berkumpul di Yongshi Bei sudah tersebar, dan tokoh-tokoh dunia persilatan ikut datang kesana, tujuannya bisa saja demi menghalangi kebangkitan kembali Yumen Jiao, akan tetapi juga bisa saja mereka hanya ingin melihat keramaian.

Huang Yu sudah mengatur segalanya, semula bahkan sudah meminta Xiao Hu dan Xiao Mi menyewa sebuah penginapan terkenal di pinggiran distrik Yiling bernama Yunshan Kezhan (Penginapan Awan Pudar). Namun ternyata penginapan itu sudah lebih dulu disewa oleh seorang saudagar dari ibukota, bahkan sudah dijaga ketat oleh belasan orang.

Ketika Huang Yu menanya pada Xiao Hu dan Xiao Mi, kedua gadis itu menjawab dengan berbisik padanya. Huang Yu tersenyum sekilas dan kemudian membawa mereka semua menuju Baiguo Chun, sebuah desa kecil yang terletak di lereng gunung. Di desa itu terdapat sebuah kompleks rumah bambu yang terpisah, pemiliknya tidak lain adalah Lao Li, pelayan Keluarga Huang yang sejak Hailang Biaoju dihancurkan tiga tahun silam lantas meninggalkan Luoyang dan berdiam di kampung halamannya.

Li Qian si pewaris Du Cao, Qin Liang Jie dan istrinya Shangguan Ru Yin, serta Huang Lian adik kandung Huang Yu dan adik seguru Xu Qiao yang waktu itu dititipkan di Bai Tu Shanzhuang sudah lebih dahulu tiba sesuai dengan tanda yang ditinggalkan oleh Huang Yu. Keempatnya meninggalkan Baitu Shanzhuang beberapa hari setelah Jin Shui dan kawan-kawan pergi, langsung menuju Yiling sesuai yang dijanjikan.

"Shijie," Huang Lian berseru gembira saat melihat Xu Qiao, segera memeluknya dan menarik tangannya.

"Lian-er," Huang Yu memanggilnya, "aku adalah kakak kandungmu," ia mengingatkan.

"Masa aku tidak tahu kau adalah kakak keduaku," Huang Lian berkata sambil tertawa, "tetapi kau bukan shijie. Aku ingin menceritakan banyak hal pada shijie, kau tidak akan suka mendengarnya." Ia menarik Xu Qiao pergi. "Shijie, erge ternyata adalah satu dari delapan pewaris Yumen Jiao, Qian-ge sudah memberitahukan padaku."

Mereka semua membiarkan saja kedua gadis itu pergi. Zhou Yan Zi juga menghampiri Shangguan Ru Yin dan menariknya pergi, masuk ke salah satu pondok untuk melihat bayi putra Shangguan Ru Yin dan Qin Liang Jie, Qin Yu Jiang.

"Sepanjang perjalanan kemari kami ada melihat orang-orang Jianyin Bang, sejumlah pengikut aliran kecil dan ada juga yang menyamar sebagai kaum petani atau pedagang," Li Qian memberitahukan pada Huang Yu. "Sejauh ini belum melihat ada anggota dari tiga aliansi Haitang Jian Pai, Yongjun Hui dan Wuyuan Dian."

"Aku ada melihat banyak tentara negeri," Qin Liang Jie ikut melapor. "Sepertinya kabar bahwa para pewaris Yumen akan berkumpul di Yiling sudah menarik perhatian pejabat daerah."

"Bukan pejabat daerah," sahut Huang Yu. "Kalau dugaanku tidak salah, yang datang adalah seorang yang memegang kekuasaan militer cukup besar." Ia memandang sekilas pada Liu Xin, membuat tuan putri kecil itu menunjuk diri sendiri.

"Ayahku?" ia menanya. "Ayahku berada jauh di ibukota, tidak mungkin…." Ia menyadari sesuatu. "Benar," katanya kemudian, "ayahku berada di Xiangyang."

"Kita tidak perlu khawatir," sahut Huang Yu. "Yi Wangye berada di Yiling bukan sesuatu yang buruk."

"Jin Shui, kau tidak meminta kawanmu yang ada di atas pohon itu turun kemari?" Li Qian tiba-tiba menanya. Seseorang rupanya mengikuti Jin Shui berenam, menjaga jarak sejak pertemuan terakhir, akan tetapi Jin Shui dengan sengaja sudah meninggalkan tanda untuknya sehingga tidak sampai kehilangan jejak.

"Han Shaobangzhu, kami disini tidak ada yang dirahasiakan, silakan turun dan ikut minum arak sebentar lagi," Jin Shui berkata, suaranya didasari tenaga dalam yang cukup kuat, seketika membuat telinga Liu Xin dan Yue Long Dai terasa sakit, bahkan Qin Liang Jie juga lantas menutup telinganya.

Satu sosok bayangan berkelebat diantara pepohonan, dengan ringan mendarat diantara mereka yang ada di pekarangan di depan pondok-pondok bambu itu. Li Qian dan Qin Liang Jie masih ingat dengan Han Bu Dian, bangzhu muda Jianyin Bang yang juga sempat hadir di Bai Tu Shanzhuang beberapa waktu yang lalu.

"Han Shaobangzhu, terakhir kali yang kuingat, setiap kali Jin Shui berbicara, kau hendak mencabut pedang dan membuat semua orang berusaha agar kalian tidak sampai saling membunuh," Li Qian berkata, "tidak terbayang kalian akan minum bersama."

"Hua Jin Shui, dimana Xu Guniang?" Han Bu Dian tidak memedulikannya, menanya pada Jin Shui.

"Buat apa kau cari dia?" tanya Jin Shui.

"Orang-orang dunia persilatan sudah berdatangan ke Yiling, sebagian mengatakan Xu Guniang sudah dibunuh olehmu," Han Bu Dian berkata. "Bahkan dari pihak Huofeng Lou sendiri sudah menyebar kabar kematiannya. Jika dia sudah tidak ada, aku akan membalas dendam padamu."

"Kalian ini," Huang Yu berkata sebelum Jin Shui menyahut. "Xu Guniang masih baik-baik saja, masih bisa membuat adik kandungku tidak mengenali aku sebagai kakaknya, mana mungkin sudah dibunuh oleh Jin Shui?"

Han Bu Dian tidak menyahut, ia memperhatikan satu demi satu mereka yang ada di pekarangan itu, kecuali paman gurunya Yue Long Dai tentu saja.

"Lima sudah berada disini, kurang tiga orang," ia berkata.

"Aku disini," suara seseorang menyahut. Sebentar kemudian dari antara pepohonan kembali melayang satu sosok bayangan, bersalto beberapa kali melalui pagar pembatas sebelum menapakkan kaki di depan Han Bu Dian. Ternyata adalah Lin Ji Xuan, si pewaris Xie Zhang dan putra Lin Tong Tian.

Satu orang lainnya juga datang, tidak merasa perlu memamerkan ilmu ringan tubuh dan melangkah biasa saja, masuk ke pekarangan melalui pintu depan. Li Jue, si tangan satu adik kandung Li Qian.

"Lin-xiong, dimana pewaris Hu Ling dan kekasih Li Gongzi?" Huang Yu menanya padanya. Lin Ji Xuan dan Li Jue waktu itu berdua menuju markas Haitang Jian Pai di Distrik Wenhu demi menemukan pewaris Hu Ling, Zhu Bai Que, dan juga kekasih Li Jue, Nan Xing Lie.

"Kami sudah sampai di Wenhu, tetapi disana tidak ada kabar mengenai keberadaan pewaris Hu Ling atau Nan Guniang," Lin Ji Xuan berkata. "Kami mencari mereka selama beberapa hari sampai ke sekitar markas Haitang Jian Pai, akan tetapi tidak ada kabar sedikit pun. Aku mencoba menangkap salah satu orangnya Yuan Wan Cui, menanyakan dimana putrinya Zhu Zi Xing dari Fu Xing Dao Jian, orang itu bilang sudah meninggal tiga tahun yang lalu, dibunuh oleh Hua Jin Shui."

Jin Shui tidak menyahut. Ia ingat tiga tahun yang lalu di Haitang Jian Pai sempat membunuh sembilan tetua perguruan. Saat itu Zhu Bai Que juga berada disana dan dilukai oleh Yuan Wan Cui.

"Kami sudah meninggalkan tanda disana, jika salah satu dari mereka menemukannya pasti bisa mengikuti sampai ke Yiling," sambung Li Jue, nada suaranya kembali berubah tawar dan semangat hidupnya yang sempat kembali saat mengetahui kabar mengenai Nan Xing Lie dari Xu Qiao beberapa waktu yang lalu sudah lenyap lagi.

"Jin Shui, aku dengar dari Xiao Yan, katanya kau sempat ditangkap oleh ayahku," Lin Ji Xuan berkata lagi. "Apakah dia melukaimu?"

"Tidak apa," Jin Shui tidak ingin menjelaskan.

"Kami juga ada bertemu dengan beberapa pengikutnya ayahku dalam perjalanan kemari," Lin Ji Xuan, "tetapi tidak banyak, sepertinya hanya pesuruh untuk menyelidiki saja. Kabar bahwa kita para pewaris Yumen akan berkumpul ternyata ini tidak cukup untuk membuat ayahku membatalkan kebiasaan menutup diri melatih beifeng qi miliknya pada setiap bulan delapan."

"Dari tiga aliansi yang paling menentang Yumen kita bangkit kembali memang Wuyuan Dian yang letaknya paling jauh, tidak akan keburu tiba disini pada tanggal lima belas nanti," Li Qian berkata. "Wuyuan Dian selama beberapa tahun ini juga sudah tidak lagi berada di bawah kekuasaan ayah Lin Ji Xuan, kudengar malah belakangan ditugaskan menjaga keamanan negara dari suku perbatasan di sebelah utara."

"Orang-orang Jianyin Bang juga ada yang datang," Jin Shui berkata, "entah apakah Han Shaobangzhu yang membawa mereka."

"Benar, aku yang sudah mengirim kabar ke Wuzhang, meminta saudara yang bisa kemari agar bisa selekasnya berangkat," sahut Han Bu Dian. "Asalkan kalian para pewaris Yumen membunuh sembarangan dan membuat kekacauan, maka kami akan bertindak. Meski tidak bisa membasmi kalian, setidaknya bisa menjadi peringatan."

"Orang-orang Wansui Gu sepertinya juga datang," Li Jue berkata, "pengikutnya Zhou San Gong."

"Ada Zhou Guniang itu disini, mereka tidak akan berbuat sesuatu yang merepotkan kita," Li Qian berkata.

"Yan Zi juga berada disini?" tanya Lin Ji Xuan, berusaha menemukan sosoknya si tukang racun cilik.

"Sedang meracuni Qin Furen," Huang Yu menyahut.

Lin Ji Xuan tidak memedulikannya, lantas masuk ke dalam pondokan mencari Zhou Yan Zi. Sebentar kemudian mereka sudah bertemu dan saling berkejaran seperti dua anak kecil kawan lama yang saling merindukan.

"Apakah ada tanda-tanda keberadaan orang-orang Yongjun Hui?" Li Qian menanya pada Huang Yu.

"Yongjun Hui berada di Nanyang, belum melihat tetapi kemungkinan akan datang," sahut Huang Yu. "Tetapi aku mengenal karakternya Huan Jiao Zheng, pemimpin perkumpulan itu. Tanpa terlebih dahulu mendapat dukungan dari banyak orang, dia tidak akan berani bertindak sesuatu. Paling banyak hanya akan mengirim beberapa anggotanya untuk melihat keadaan, selanjutnya baru menentukan langkah yang paling menguntungkan diri sendiri."

"Kita tidak perlu mengkhawatirkan kedatangan mereka," kata Jin Shui. "Yang akan hadir pada tanggal lima belas nanti kuyakin hanya orang-orang Haitang Jian Pai, paling banyak dibantu aliran-aliran kecil yang berada tidak jauh. Biar bagaimana aku belum lama memberitahukan pertemuan ini pada Xu Furen, tidak akan memberikan kesempatan cukup baginya menemui Yuan Wan Cui dan menghimpun kekuatan. Aku yakin kekuatan kita disini masih cukup untuk mengatasi mereka."

"Liao Xian sebentar lagi akan tiba, dia bisa mengajarkan kita melatih mojie chen untuk menghadapi orang-orang Haitang Jian Pai," kata Huang Yu.

Jin Shui, Huang Yu, Li Qian, Li Jue, Qin Liang Jie dan Lin Ji Xuan dibantu Yue Long Dai dan Han Bu Dian menghabiskan sehari itu membuat dua buah pondokan baru untuk Lao Li, karena tempat yang ada tidak cukup untuk menampung semuanya.

Xu Qiao, Huang Lian, Shangguan Ru Yin, dan bahkan Liu Xin dan Zhou Yan Zi menghabiskan hari dengan memasak makanan untuk semuanya, juga membuat beberapa macam kue. Untuk sementara semuanya sungguh tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada tanggal lima belas nanti. Untuk sementara juga tidak ada yang mengingat bahwa disitu ada enam dari delapan pewaris Yumen yang akan membangkitkan kembali sebuah aliran sesat dan mesti menghadapi tentangan dari berbagai pihak.

Xu Qiao tidak banyak berbicara dengan Jin Shui sejak pertemuan dengan Bao Xin Fei, sampai di Baiguo Chun ini pun ia terus menghindari Jin Shui, tidur bersama Huang Lian dan yang lain. Meski keadaan tenang dan mereka tidak perlu khawatir akan bertemu musuh disitu, akan tetapi wajahnya nampak pucat dan sayu. Zhou Yan Zi mengetahui Xu Qiao tidak enak badan dan langsung memberitahukan pada Jin Shui. Jin Shui menariknya ke pondok kayu yang baru dibuat untuk diri sendiri malam itu, menyalurkan hawa murni pada Xu Qiao agar segera merasa lebih baik.

"Qiao-er, hari itu Xu Furen sudah memutuskan lengan sendiri dan kau merawatnya sepanjang malam, apakah dia ada mengatakan sesuatu yang menyusahkanmu?" Jin Shui kemudian menanya halus.

"Erniang hari itu tidak banyak bicara," Xu Qiao berkata, "justru karena dia tidak banyak bicara, aku merasa sangat tidak tenang. Jin Shui Gege, sampai sekarang aku belum mempunyai kesempatan membalas budi padamu, kurasa selamanya juga tidak akan ada kesempatan. Kau berilmu tinggi, sekarang juga adalah Yumen Jiaozhu. Sungguh tidak ada yang bisa kulakukan."

Jin Shui membaringkannya di pangkuan, menggenggam kedua tangannya sambil bersandar di dinding pondok. Pondok miliknya ini hanya mempunyai satu dinding, tiga bagian lain terbuka dan menghadap ke sebuah kolam air, belasan ikan emas berenang disana. Di seberang kolam air, para pewaris sedang duduk mengelilingi api unggun, memanggang seekor rusa dan juga memanaskan arak.

"Jin Shui Gege, pada tanggal lima belas nanti, apakah kau sungguh akan mengumumkan siapa saja para pewaris Yumen pada seluruh dunia persilatan?" Xu Qiao menanya. "Saat itu, apa yang akan terjadi? Saat ini saja ada begitu banyak orang yang ingin membunuhmu. Setelah tanggal lima belas nanti, akan ada lebih banyak lagi yang ingin membunuhmu."

"Aku tahu banyak orang membenci Yumen dan ingin melenyapkan kami delapan pewaris," Jin Shui berkata. "Akan tetapi, aku tahu bisa mengubah pandangan mereka. Mungkin tidak sekarang, mungkin tidak dalam satu atau dua tahun, tetapi sepuluh dua puluh tahun yang akan datang. Kami mempunyai tujuan yang benar, untuk ini aku tidak akan mundur."

"Kita berada disini sebenarnya terasa tenang dan damai," Xu Qiao berkata. "Aku selalu menyukai tinggal di pondok kayu seperti ini, ditemani olehmu, bisa menyaksikan kawan-kawan yang sedang bercakap dan makan minum bersama."

"Kelak aku akan membuatkan tempat kediaman yang seperti ini untukmu," kata Jin Shui, "tentu saja, pondok milik kita akan mempunyai dinding yang lengkap sama seperti milik yang lain. Menghabiskan hari tua bersamamu di tempat seperti ini, rasanya sudah cukup."

"Jin Shui Gege, bisakah aku tidak perlu menjadi jiaozhu furen?" Xu Qiao tiba-tiba menanya.

"Apa maksudmu?" Jin Shui balik menanya, "kau tidak ingin menikah denganku?"

"Bukan begitu," sahut Xu Qiao cepat, kembali duduk menghadapinya. "Aku bisa menjadi istrimu, hanya status jiaozhu furen ini aku tidak perlu. Mungkin, kau bisa menyembunyikan aku di suatu tempat, menemuiku saat kau menginginkan, hanya untuk semua yang berkaitan dengan Yumen ini, aku tidak ingin ikut campur."

Jin Shui memeluknya. "Tentu saja bisa," ia berkata, "aturan Yumen tidak ada yang menyebutkan bahwa istri ketua mesti ikut berperan dalam setiap urusan aliran."

"Aturan Yumen apakah ada yang memperbolehkan ketua menikah lebih dari satu orang?" tanya Xu Qiao pelan. "Kalau tidak salah aku pernah mendengar, ketua kalian pada beberapa generasi yang lalu memiliki tiga atau empat selir."

"Yang kutahu dalam dua generasi sebelumnya hanya mempunyai seorang istri," sahut Jin Shui. "Aku bagaimana pun hanya akan mempunyai kau seorang, urusan ini aku bisa berjanji padamu."

Suara tiupan seruling terdengar dari kejauhan, pelahan mendekat dan semakin mendekat. Jin Shui dan yang lain semuanya memperhatikan, sebagian berwaspada. Xu Qiao menggenggam tangan Jin Shui, untuk beberapa saat mengkhawatirkan yang datang adalah orang-orang Haitang Jian Pai.

Tiga tahun yang lalu si Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei pernah menggunakan alat musik pipa saat hendak menemui Jin Shui dan menjemput Xu Qiao untuk dibawa kembali ke Huofeng Lou. Permainan musik merupakan salah satu kemampuan khas milik anak murid Haitang Jian Pai. Akan tetapi Bao Xin Fei sudah kehilangan sebelah lengannya sehingga tidak mungkin masih bisa memainkan musik sedemikian.

Akan tetapi Baiguo Chun ini merupakan sebuah desa kecil di lereng gunung, kecil kemungkinan orang-orang Haitang Jian Pai akan datang kemari. Tanggal lima belas bulan delapan adalah esok hari, Yuan Wan Cui meski mempunyai kebencian sedalam lautan terhadap para pewaris Yumen juga tidak akan begitu tidak sabaran dan lantas menyerbu sebuah desa.

Suara seruling itu bukan hanya semakin dekat, akan tetapi juga semakin tajam dan ada tenaga dalam kuat yang melandasinya. Huang Yu dan Li Qian sama menajamkan pendengaran untuk menemukan sumbernya, akan tetapi suara itu seolah terdengar dari berbagai penjuru, memantul diantara tebing pegunungan.

Telinga Zhou Yan Zi mulai terasa sakit, ia bersiul memanggil hewan-hewan kecil beracun yang ada di sekitar, akan tetapi tidak ada yang datang, membuatnya sedikit panik. Lin Ji Xuan menenangkannya, memberikan sedikit hawa murni padanya agar bisa bertahan dari gelombang suara.

Liu Xin, Yue Long Dai dan Shangguan Ru Yin juga merasakan telinga mereka sakit. Sungguh lihai tenaga dalam di balik suara tiupan seruling itu, jelas dimainkan oleh seorang yang sangat terlatih. Shangguan Ru Yin masih berusaha menutupi telinga bayinya, Qin Liang Jie membantu mereka dengan tenaga pemberian Meng Gui. Li Qian membantu Li Jue dan Huang Lian, yang lain berusaha bertahan sendiri.

"Zhu Guniang, apakah kau yang datang?" Jin Shui tiba-tiba berteriak, ia mengenali nada suara yang dimainkan berasal dari ba yin xiao, seruling delapan nada milik pewaris Hu Ling, Zhu Bai Que. "Semua disini adalah kawan sendiri, harap bisa segera keluar dan menemui kami."

Suara seruling itu masih terdengar, gelombang tenaga yang dibawanya juga tidak berkurang. Jin Shui menitipkan Xu Qiao pada Huang Yu, kemudian melompat ke arah pepohonan dan menghilang diantara kegelapan. Suara seruling sebentar kemudian berubah putus-putus, samar-samar terdengar suara dua orang yang sedang berkelahi. Tidak lama, suara seruling sudah menghilang sama sekali.

Mereka yang ada disitu sudah tidak lagi menutup telinga, akan tetapi masih berwaspada. Huang Yu hampir saja menyusul ketika mereka semua melihat Jin Shui melayang melewati pagar pembatas, segera mendarat di pekarangan itu. Di belakang Jin Shui nampak satu sosok perempuan berbaju putih bersih, mengikutinya menemui yang lain.

Di tangan Jin Shui tergenggam sebuah seruling bambu panjang, sebuah senjata yang tidak asing bagi Huang Yu dan kawan-kawan pewaris Yumen yang ada disitu. Mereka juga dengan lekas mengenali si perempuan berbaju putih sebagai pemilik ba yin xiao dan pewaris Hu Ling, Zhu Bai Que.

"Zhu Guniang, mengapa kau menyerang kami dengan suara seruling?" Lin Ji Xuan langsung menanya pada Zhu Bai Que. "Apakah kau ingin membalas dendam pada aku Lin Ji Xuan karena dahulu pernah mengerjaimu?"

"Ada yang mengikuti aku," Zhu Bai Que menyahut dengan suara pelan, diam-diam memberi isyarat agar mereka semua berhati-hati. "Mereka tahu aku bisa menemukan kalian dengan mengikuti tanda yang ditinggalkan sejak dari Wenhu."

Jin Shui mengembalikan seruling bambu padanya, pedang xuanlong sudah terhunus dan mengancam leher Zhu Bai Que. Akan tetapi Huang Yu dan yang lain bisa melihat bahwa Jin Shui masih cukup mempercayai si pewaris Hu Ling, tidak sungguh mengancam nyawanya, hanya berwaspada sambil menunggu penjelasan darinya.

"Tiga tahun yang lalu, Hua Dage muncul di sekitar markas Haitang Jian Pai dan aku mengira kalian semua sudah waktunya untuk berkumpul," Zhu Bai Que berkata dengan suara pelan, "pada saat itu sembilan tetua Haitang Jian Pai tewas terbunuh, Hua Dage menghilang, dan aku sendiri dilukai dengan parah oleh Yuan Zhangmen. Aku mengira, saat itu akan tertangkap atau bisa saja langsung dibunuh di tempat."

Kata-katanya sesuai dengan kejadian tiga tahun lalu saat Jin Shui meninggalkannya demi menyelamatkan Xu Qiao. Memang nasib pewaris Hu Ling sesudahnya tidak ada yang tahu, belum lama Lin Ji Xuan juga tidak berhasil menemukan keberadaannya.

"Aku diselamatkan oleh seorang nona, dibawa ke pondok di kaki bukit dan dirawat sampai sembuh," Zhu Bai Que meneruskan penuturannya, masih dengan suara pelan, "tetapi tidak lama kami ditangkap oleh orang-orang Haitang Jian Pai, dikurung disana. Nona yang bersamaku itu rupanya adalah seorang yang belum lama dibawa oleh murid tertua Yuan Zhang Men, Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei, dan sudah diangkat murid juga oleh Yuan Zhangmen."

"Nona yang dibawa oleh Bao Xin Fei?" kata-katanya langsung membawa reaksi tidak kecil bagi Li Jue. Berdasarkan penuturan Xu Qiao, tiga tahun yang lalu Bao Xin Fei ada membawa seseorang yang sangat berarti baginya ke Haitang Jian Pai, dititipkan disana untuk menjadi bagian dari perguruan itu. "Nona itu apakah bermarga Nan, bernama Nan Xing Lie?"

"Benar," Zhu Bai Que menjawab pertanyaan Li Jue. "Pada saat pengangkatan murid Haitang Jian Pai selalu dibacakan peraturan aliran, dan aturan ketiga yang sangat penting adalah tidak boleh berjina. Nan Guniang sudah ditetapkan sebagai murid ke lima belas Yuan Zhangmen, ia mengetahui dirinya sedang mengandung."

"Apa katamu?" Li Jue menanya, kata-kata Zhu Bai Que paling mengagetkan bagi dirinya, seketika ia terhuyung.

"A Jue, apakah kau dan Nan Guniang sudah menikah?" Li Qian menanyai adiknya.

"Anak itu adalah anakku," Li Jue berkata lemah. "Lalu dimana Nan Guniang sekarang?" ia menanya pada Zhu Bai Que dengan suara gemetar.

"Nan Guniang dan putrinya berada di tangan Yuan Zhangmen, selama tiga tahun ini dikurung karena dianggap sebagai murid berdosa," sahut Zhu Bai Que, "juga karena dianggap sudah melindungi seorang pewaris Yumen."

"Lalu Zhu Jiejie bagaimana bisa melarikan diri?" Liu Xin menanya, memandang ke arah Zhu Bai Que dengan sangat tidak percaya.

"Aku tidak melarikan diri," sahut Zhu Bai Que dengan suara tidak berubah. "Yuan Zhangmen mengatakan, para pewaris akan berkumpul di Yiling pada tanggal lima belas bulan delapan, dia mengirimku untuk menemui kalian, dan membantunya menangkap kalian."

"Apa katamu?" Huang Yu menanya kaget. "Kalau begitu kau menggunakan tenaga dalam pemberian Hu Ling, memainkan ba yin xiao, adalah demi tujuan ini?"

"Zhu Guniang, mengapa kau memberitahukan semua ini pada kami?" tanya Li Qian.

"Aku percaya pada kalian, kuharap kalian juga percaya padaku," Zhu Bai Que berkata. "Nan Guniang adalah penolongku, dia dan putrinya masih berada di tangan Yuan Zhangmen. Yuan Zhangmen mengatakan, jika aku bisa menangkap para pewaris Yumen yang lain, maka dia bisa mengampuni Nan Guniang sudah melanggar aturan aliran."

"Omong kosong," Li Jue berkata cepat, kini baru ia memahami mengapa ketika di Bai Tu Shanzhuang, anak murid Yuan Wan Cui mengatai Nan Xing Lie dengan begitu merendahkan. "Aku dan Xing Lie saling mencintai, dan dia sudah mengandung sebelum dibawa ke Haitang Jian Pai, dia berguru pada Yuan Wan Cui juga bukan keinginan dia. Melanggar peraturan darimana?"

"A Jue," Li Qian menegur. "Zhu Guniang, kau memberitahukan hal ini pada kami, kuyakin sudah punya pertimbangan kuat. Katakan, kau ada rencana apa."

"Yuan Zhangmen inginkan aku menangkap orang, maka aku mesti membawa orang menemui dia untuk ditukar dengan Nan Guniang dan putrinya," Zhu Bai Que berkata. "Hanya saja Yuan Zhangmen tidak mengetahui siapa saja delapan pewaris Yumen, maka orang yang kubawa menemui dia tidak perlu pewaris Yumen yang benar."

Jin Shui menurunkan pedangnya. Yuan Wan Cui lagi-lagi menggunakan cara licik demi menghadapi para pewaris Yumen, sungguh ia memandang rendah ketua Haitang Jian Pai itu. Akan tetapi kata-kata Zhu Bai Que juga membuatnya berpikir, ia tidak lekas memberi jawaban.

"Dage," Li Jue berkata pada kakaknya, "kita harus menolong Xing Lie dan putri kami."

"Aku tahu," Li Qian berkata padanya. "Jin Shui, apa perlu menemui Yuan Zhangmen itu dan meminta orang?"

"Kita akan meminta orang," sahut Jin Shui, "akan tetapi jika menemuinya begitu saja, dia tidak akan menyerahkan."

"Yuan Wan Cui menyuruh Zhu Guniang menangkap kita para pewaris Yumen yang sudah berkumpul disini," Huang Yu berkata tenang, "barusan Zhu Guniang menggunakan ba yin xiao untuk menyerang kita, hal ini sudah diketahui oleh orang-orangnya Yuan Wan Cui karena barusan Zhu Guniang mengatakan ada yang mengikutinya."

"Aku tidak mendengar suara orang lain diluar sana," Lin Ji Xuan berkata. "Jika ada yang menyaksikan cukup dekat, masa bisa lolos dari pendengaran kita yang memiliki tenaga dalam pemberian para pelindung Yumen?"

"Mereka mungkin mengikuti dari jauh," kata Zhou Yan Zi, "tidak akan bisa melihat atau mendengar jelas pembicaraan kita disini, hanya menunggu sampai Zhu Guniang melaporkan hasil kerjanya pada mereka."

"Aku bisa mengatakan pada mereka, suara ba yin xiao adalah demi menguji siapa saja yang mempunyai tenaga dalam kuat," Zhu Bai Que berkata. "Selama ini aku mengatakan pada orang-orang Haitang Jian Pai, identitas kalian hanya diketahui oleh pewaris Chai Lang. Yuan Zhangmen mengetahui bahwa pewaris utama adalah Hua Dage, tetapi bahkan tidak mengetahui siapa pewaris Chai Lang Shibo."

"Tetapi bagaimana pun kau juga adalah pewaris Hu Ling Shishu, dan kemudian bisa meyakinkan kami semua disini bahwa kau masih punya kesetiaan pada Yumen," Huang Yu berkata dengan tenang. Ia kemudian mengambil guci arak dan duduk di dekat perapian. "Han Shaobangzhu, Anda bukan salah satu dari kami, tidak ada kaitannya dengan semua ini. Jika ingin pergi, aku tidak akan menghalangi." Ia berkata pada Han Bu Dian, kemudian minum saja dengan santai.

"Kau ingin membiarkan kalian ditangkap oleh Yuan Zhangmen?" Han Bu Dian menanya padanya.

"Apa boleh buat?" tanya Huang Yu. "Yuan Zhangmen menahan istri dari salah seorang saudara kami. Setidaknya, diantara kami disini mesti ada yang dibawa untuk menukar orang."

"Bawa aku saja," Li Jue berkata cepat.

"Kau bukan pewaris Yumen," Li Qian menyahut, "lenganmu yang hanya satu itu juga tidak bisa disembunyikan, Yuan Zhangmen pasti masih ingat padamu."

"Kalian semua duduklah dahulu," Huang Yu berkata. "Satu lagi pewaris yang datang, barusan sudah bersusah payah menguji kita untuk memastikan semua adalah kawan sendiri. Tentu saja yang selanjutnya kita semua mesti minum arak dan merayakan pertemuan, saling bercerita dan menghilangkan kecurigaan."

Hanya Lin Ji Xuan dan Zhou Yan Zi yang lantas duduk, yang lain semuanya tetap berdiri dan mengawasi Zhu Bai Que.

"Lin Ji Xuan, kalau tidak salah di sekitar tempat ini ada beberapa pengikut aliran kecil," Huang Yu berkata padanya, "mungkin kau bisa menangkap satu dua orang untuk nanti diserahkan pada Yuan Zhangmen."

"Aku tahu kau tidak akan diam disini minum arak," Lin Ji Xuan menyahut sambil tertawa. "Apakah ada yang bersedia membantuku mencari buruan?" ia menanya.

"Aku ikut," Yue Long Dai menawarkan diri.

Kedua orang itu lantas pergi meninggalkan yang lain. Huang Yu memanaskan arak, kemudian memberikannya pada Zhu Bai Que dan memintanya menuangkan untuk Jin Shui. Mereka memahami pemikirannya, mengerjakan peran dengan baik.

"Yu, jika hanya menangkap orang luar untuk diserahkan pada Yuan Zhangmen, dia tidak akan percaya," Li Qian berkata. "Paling tidak mesti ada satu diantara kita yang ikut diserahkan, pada waktunya juga bisa membantu Bai Que menolong orang."

"Biar aku saja," kata Jin Shui. "Yang paling diinginkan oleh Yuan Wan Cui adalah aku."

"Dia akan langsung membunuhmu," kata Huang Yu. "Zhu Guniang masih bisa mengatakan kau sudah melarikan diri."

"Masih ada satu dari kita disini yang belum hadir," kata Qin Liang Jie. "Zhu Guniang tidak perlu menangkap tujuh orang persis."

"Biar aku saja," Li Qian berkata. "Yuan Zhangmen sejak awal sudah mencurigai bahwa aku adalah pewaris Du Cao Shifu, sekalian saja membuat dia senang sedikit."

"Qian-ge," Huang Lian cepat memprotes. "Bagaimana kita tahu dia tidak akan langsung membunuhmu?"

"Tidak akan," sahut Li Qian, "dia sengaja meminta Zhu Guniang menemui kita semua disini sehari sebelum pertemuan tanggal lima belas. Kecuali terhadap Jin Shui yang sudah diketahui banyak orang sebagai putra ketua Yumen, dia tidak punya cukup dendam pada kami. Dia pasti akan membuka identitas kami esok hari, menyampaikan bahwa Haitang Jian Pai punya kemampuan menangkap para pewaris, juga akan memakai kami untuk memaksa Jin Shui menampilkan diri."

"Aku memang akan menampilkan diri pada pertemuan esok hari," kata Jin Shui. "Aku tahu bagaimana menghadapi Yuan Wan Cui itu."

"Zhu Jiejie juga boleh membawa aku sekalian," Liu Xin berkata, "aku tidak memiliki tenaga dari pelindung Yumen, akan tetapi juga adalah satu dari kalian. Aku adalah putri dari Xianjing Wang, Yuan Zhangmen itu tidak akan berbuat sesuatu padaku dan paling banyak hanya akan mengirimkanku pulang ke ibukota."

"Tidak perlu," Jin Shui berkata, "kami masih bisa mampu menyelamatkan Li Qian seorang, akan tetapi jika kau ikut tertangkap bisa menjadi masalah."

"Jin Shui, Liu Xin Meimei ikut dibawa menemui Yuan Zhangmen bukan hal yang jelek, bisa jadi malah akan membawa keuntungan bagi kita," Huang Yu berkata. "Li Qian, Liu Xin Meimei, terpaksa menyusahkan kalian sebentar."

Li Jue berlutut pada kakaknya, juga pada mereka yang ada disitu. "Kalian semua bersedia berkorban demi anak istriku, aku Li Jue sangat berterima kasih," katanya.

"A Jue, aku adalah kakakmu, urusan ini juga tidak mungkin berdiam diri saja," Li Qian berkata padanya. "Jin Shui dan Huang Yu punya rencana, aku akan segera membawa dimei dan keponakan padamu."

Mereka yang ada disitu menikmati makanan dan arak yang tersedia, bersikap seolah tidak terjadi sesuatu yang luar biasa. Huang Yu berpura-pura mabuk, kemudian meminta Qin Liang Jie membawa pergi Shangguan Ru Yin dan bayinya, juga Huang Lian, Zhou Yan Zi, Li Jue, Xiao Hu, Xiao Mi dan si majikan pondok Lao Li, menyamar sebagai penduduk desa sehingga tidak akan ada yang mengusik mereka.

Ketika Lin Ji Xuan dan Yue Long Dai kembali, mereka membawa dua orang yang sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan dibungkus di dalam karung. Kedua orang itu dibawa ke dalam salah satu pondok dan ditinggalkan disana. Lin Ji Xuan kemudian menarik Yue Long Dai menyelinap pergi, Huang Yu juga menyingkir diikuti Han Bu Dian. Li Qian dan Liu Xin berpura-pura tidak sadarkan diri akibat obat bius yang ditaburkan oleh Zhu Bai Que dalam makanan.

"Zhu Guniang, terpaksa menyusahkanmu sedikit," Jin Shui sempat berkata pada Zhu Bai Que sebelum pergi, sebelah tangannya menghantam bahu si pewaris Hu Ling itu hingga memuntahkan darah. Zhu Bai Que tidak menghindar.

"Jin Shui Gege," Xu Qiao memprotesnya.

"Katakan pada Yuan Wan Cui, Hua Jin Shui sudah mengetahui pengkhianatanmu, dan hampir mengambil jiwamu," Jin Shui berkata pada Zhu Bai Que. "Jika bukan dalam keadaan terkena racun, aku tidak akan membiarkanmu lolos."

"Aku tahu," sahut Zhu Bai Que. Kata-kata Jin Shui akan membantunya meyakinkan Yuan Wan Cui bahwa ia hanya berhasil menangkap empat dari para pewaris Yumen, tidak bisa menghalangi sisanya melarikan diri.

Episode ini bisa sedikit membuat kontroversi, tetapi diperlukan demi menampakkan perselisihan yang ada antara mereka yang mengaku dari aliran lurus bersih dengan aliran yang dianggap sesat, sebuah konflik yang biasa terjadi dalam dunia persilatan.

Ada satu nama penting yang disebut dalam episode ini : Liu Song Qiao, pemimpin sekte iblis sesungguhnya yang akan menjadi musuh utama pada bagian akhir trilogi.

Para pewaris hampir berkumpul semua. Semoga banyaknya karakter tidak membingungkan pembaca.

Haitang Jian Pai memang sekelompok perempuan yang merepotkan. Bagaimana mereka nanti akan berhadapan dengan Jin Shui dan kawan-kawan pada pertemuan di Yongshi Bei? Siapa lagi yang akan muncul pada saat itu? Apakah sudah waktunya para pewaris memperkenalkan identitas mereka pada seluruh dunia ?

Xiaodiandiancreators' thoughts