webnovel

Episode 11 : Ban Ye Xia Ke (Si Pembunuh Tengah Malam)

Satu orang lagi masuk ke dalam ruangan itu saat sisa asap bius sudah menghilang sama sekali dan kesadaran Jin Shui mulai kembali. Seorang lelaki berumur lewat setengah abad, badannya tinggi besar, mengenakan baju warna merah gelap dan dilengkapi jubah pelindung. Wajah lelaki itu lebar, air mukanya dingin dan kaku, sorotan matanya kejam. Jin Shui belum pernah melihatnya, tapi ia samar bisa menebak.

"Yumen Mo Wang adalah buronan pemerintah, penjahat yang sudah banyak membunuh dan mencelakai orang," terdengar suara berat orang itu. "Lin-mo adalah seorang pengawal istana, menangkap penjahat seperti ini sudah pekerjaan biasa. Hua Jin Shui, perjalanan ke ibukota masih jauh, kuharap kau jangan mati dulu. Kepalamu ini lebih berharga jika masih menempel baik-baik di badan."

Lelaki itu adalah Lin Tong Tian, ayahnya Lin Ji Xuan. Lin Tong Tian dulu adalah seorang pemburu penjahat yang bekerja di bawah perintah anggota kekaisaran, sekaligus juga satu diantara tiga pemimpin aliansi yang menghancurkan markas pusat Yumen Jiao tiga belas tahun yang lalu. Gelarannya adalah Ban Ye Xia Ke, atau si Pembunuh Tengah Malam, tidak banyak yang mengetahui asal usul gelaran ini.

Lin Tong Tian seharusnya sudah pulang kampung dan tidak lagi punya kewajiban menangkap para buronan istana seperti yang barusan dikatakannya. Ia bisa hadir disini agaknya dikarenakan munculnya kabar mengenai para pewaris Yumen dalam beberapa tahun terakhir, atau orang tua ini memang belum rela pensiun.

"Dimana Lin Ji Xuan?" Jin Shui bertanya dengan lemah, pengaruh obat bius Lin Tong Tian masih terasa dan membuat kepalanya sakit. Entah obat bius macam apa yang digunakan oleh bekas pengawal istana itu.

"Anak itu seharusnya menjaga para penjahat hasil tangkapan ayahnya, bukan keluyuran dan berkawan dengan orang-orang yang tidak seharusnya," Lin Tong Tian berkata dengan terus terang. "Aku sudah menyuruhnya pulang. Para pengawal kepercayaanku sendiri yang mengantarkan dia bersama kawannya yang bertangan satu itu."

Jin Shui dan Huang Yu memandang ke arahnya, memperkirakan bahwa Lin Tong Tian belum mengetahui bahwa Lin Ji Xuan adalah salah satu dari delapan pewaris Yumen. Lin Tong Tian agaknya hanya menemukan anak lelakinya itu membawa pergi kapal miliknya tanpa ijin, kemudian merebut kembali kapal dan menyuruh Lin Ji Xuan pulang. Tentu saja, jika Lin Tong Tian sudah tahu putranya menjadi pewaris Xie Zhang, ia pasti akan langsung menghabisi dan selamanya akan menganggap tidak pernah mempunyai seorang putra.

"Bawa kemari!" Lin Tong Tian memberi perintah dan salah seorang anak buahnya menyerahkan dua lembar kertas beserta alat tulis padanya. "Taruh dulu disana."

Kedua lembar kertas dan alat tulis itu disiapkan di atas meja. Jin Shui dan Huang Yu langsung menebak, kedua lembar kertas itu adalah surat pengakuan yang disiapkan untuk mereka. Asalkan menanda tanganinya, sama saja mengakui diri sendiri sebagai penjahat, selanjutnya hanya tinggal menunggu hukuman.

"Tanda tangan ya tanda tangan saja," Jin Shui tertawa sendiri. "Aku Yumen Mo Wang memang seorang penjahat, yang sudah kulakukan aku pasti akan mengakuinya. Mau jatuhkan hukuman seperti apa, silakan saja."

"Kau kira aku akan melepaskan kalian sekarang untuk tanda tangan?" Lin Tong Tian membalik badan. "Buat mereka setengah lumpuh dulu," ia memberi perintah lain pada orang-orangnya. "Lin-mo tidak suka tahanan yang mau mengaku tanpa perlawanan. Tanda tangannya nanti saja."

Cambuk disiapkan. Lin Tong Tian sejak usia muda sudah terbiasa menyiksa orang, ia duduk menonton dengan wajah kaku tanpa belas kasihan sama sekali. Orang-orangnya tidak berbeda, tidak pernah ada ampunan untuk korban-korbannya. Tidak berapa lama suara lecutan cambuk sudah terdengar bersahutan.

Jin Shui dan Huang Yu adalah pewaris Mo Ying dan Chai Lang, dua pelindung utama Yumen. Keduanya memiliki tenaga dalam warisan hasil latihan puluhan tahun. Menghadapi siksaan semacam ini, keduanya mampu bertahan dan tidak berteriak kesakitan apalagi meminta ampun. Tetapi bagaimana pun mempunyai tenaga dalam tinggi bukan lantas kulit jadi kebal. Luka karena lecutan cambuk tentu saja terasa pedih.

Bermenit-menit lewat dengan menyakitkan. Lin Tong Tian meminum teh yang disediakan pengikutnya dengan wajah kakunya yang tidak berubah. Darah mulai mengalir dari pakaian kedua tawanannya, beberapa cambukan bahkan sempat menyambar wajah Jin Shui dan Huang Yu. Tapi sampai saat ini pun, keduanya tetap menutup mulut dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

"Berhenti," Lin Tong Tian tiba-tiba bersuara. Suara lecutan cambuk berhenti. Lin Tong Tian meletakkan cangkir tehnya, kemudian berdiri, menggenggam tangan di belakang punggung dan berjalan mengitari kedua tawanannya. "Belasan tahun yang lalu Lin-mo ikut memimpin para pendekar dunia persilatan menyerang ke markas pusat Yumen dan berhasil menghabisi kekuatan inti aliran, susah payah menghancurkan aliran iblis. Tidak disangka malah Wu Yao Wei masih meninggalkan seorang anak haram."

Mo Ying pernah memberitahu Jin Shui bahwa pada penyerangan ke markas Yumen tiga belas tahun yang lalu, Lin Tong Tian merupakan wakil dari pihak kerajaan. Meski Mo Ying tidak secara langsung menyebutkan, akan tetapi jelas Lin Tong Tian ini sangat membenci Yumen dan berniat menghabisi sisa aliran itu sampai ke akarnya.

"Kabar dalam dunia persilatan juga mengatakan, Yumen Mo Wang sedang mengumpulkan pengikut," kata Lin Tong Tian lagi. "Putraku Lin Ji Xuan pergi dari rumah beberapa waktu yang lalu, ada yang mengatakan dia malah berkawan dengan kalian. Entah apakah Hua Jiaozhu juga ingin menariknya menjadi salah satu pengikut."

"Linglang (putramu) sudah cukup dewasa," sahut Jin Shui meniru gaya Lin Tong Tian, "jika dia ingin bergabung dengan kami aliran Yumen, tentu saja Hua-mo akan menerima dengan senang hati."

"Yumen memang aliran iblis," kata Lin Tong Tian pula, "hendak membuat kami ayah dan anak putus hubungan dan Keluarga Lin putus keturunan, sudah jelas ini cara kalian membalas dendam pengikut-pengikut kalian yang mati di markas pusat tiga belas tahun yang lalu. Lin-mo tentu saja tidak akan membuat niat kalian tercapai."

"Lin Ji Xuan masih hidup baik-baik, kau juga masih cukup mampu menyiksa orang, Keluarga Lin putus keturunan darimana?" Huang Yu bertanya. "Kelak anak cucu Keluarga Lin akan terkenal dimana-mana, sebagai pengikut setia kami aliran iblis."

Lin Tong Tian berpaling padanya, mengawasi wajahnya sesaat, kemudian menangkap rahangnya dan memutarnya satu kali.

"Kau adalah putra kedua Huang Wei Qun, Huang Zongbiaotou dari Hailang Biaoju," ia mengenali Huang Yu. "Tidak disangka kau juga adalah satu diantara mereka. Orang tuamu terbunuh tiga tahun yang lalu, apakah kau belum juga mengetahui alasannya?"

"Apa katamu?" Huang Yu menanya. Ia menyaksikan sendiri kematian ayah ibunya tiga tahun yang lalu, belum lama juga ada bertemu lagi dengan dua pembunuhnya. Akan tetapi sampai saat ini identitas kedua pembunuh itu masih belum diketahuinya, alasan mereka membunuh juga tidak jelas, sungguh sangat membuatnya penasaran.

"Para pelindung Yumen mempersiapkan para pewaris, mengambil anak-anak muda yang bahkan tidak mengenal Yumen dengan jelas," Lin Tong Tian kembali berkata, "kaubilang, cara bagaimana di kemudian hari mereka akan meyakinkan anak-anak muda ini untuk bersama membangkitkan kembali Yumen jika para pelindung itu sudah tidak ada?"

"Para pelindung tewas karena kalian orang-orang yang mengaku dari aliran lurus bersih berniat menghabisi sampai ke akarnya," Jin Shui menyahut. "Mereka meninggalkan kami demi memberi jalan hidup. Mengenai kelak akan membangkitkan kembali aliran atau tidak, semuanya terserah pada kami saja."

Lin Tong Tian memandang tajam padanya. "Kau adalah anak haram Wu Yao Wei, tidak perlu para pelindung, dengan sendirinya akan membangkitkan kembali Yumen, mengambil posisi yang ditinggalkan oleh ayahmu," ia berkata, "akan tetapi tanpa alasan tidak mungkin ada orang lain yang akan membantumu, setia padamu, kecuali kau memberi alasan pada mereka. Alasan untuk membenci aliran lurus, alasan untuk berpihak pada Yumen, alasan untuk menentang seluruh dunia."

Jin Shui tidak menyahut, Huang Yu juga seketika gemetaran menahan emosi. Untuk beberapa saat ia sungguh berharap Lin Tong Tian akan memberitahukan sebuah rahasia penting, akan tetapi juga tidak ingin mendengarnya.

"Kematian orang terdekat bisa memberikan dendam dan kebencian yang cukup untuk merubah pemikiran seseorang," Lin Tong Tian berkata lagi. "Hua Jin Shui, coba kau katakan, jika kawanmu ini tidak kehilangan orang tuanya tiga tahun yang lalu, bukankah saat ini ia masih baik-baik menjadi tuan muda Keluarga Huang dan tidak akan berada disini bersamamu menjadi seorang pendukung Yumen?"

Kata-katanya baru selesai, Huang Yu sudah memuntahkan darah segar dan hampir kehilangan kesadaran. Sesuai yang pernah dikatakan oleh Bai Gu pada kawan-kawannya di Zilan Hua Yuan waktu itu, yaitu membunuh keluarga salah seorang pewaris dan menimpakan kesalahan pada musuh-musuh Yumen.

Sebenarnya cara membangkitkan niat para pewaris mengembalikan kejayaan Yumen seperti ini bukan tidak pernah terpikir oleh Jin Shui dan Huang Yu, karena mereka tahu biar bagaimana pun Yumen di masa lalu adalah aliran iblis yang dipenuhi orang-orang berjiwa kejam. Hanya saja mereka tentu tidak ingin mempunyai pemikiran sedemikian terhadap para pelindung yang sudah berjasa membesarkan mereka.

Jin Shui terdiam, menyadari bahwa benar ambisi Huang Yu membangkitkan kembali Yumen dimulai tiga tahun yang lalu ketika menyaksikan sendiri kematian dua orang tuanya. Tanpa pewaris Chai Lang itu membantunya mengumpulkan kawan-kawan yang lain, sampai saat ini ia juga tidak akan bertindak apa pun dan mungkin akan menyepi di tempat yang tenang, tidak ikut dalam kekacauan di dunia persilatan.

"Lanjutkan," kata Lin Tong Tian lagi, tidak memedulikan kedua tawanannya. Kemudian ia menepi dan kembali ke tempat duduknya.

Orang-orangnya kembali menghajar Jin Shui dan Huang Yu dengan cambuk mereka. Luka yang pedih semakin terasa. Lin Tong Tian menonton saja dengan wajah kakunya, membiarkan sampai dua puluhan lebih cambukan lagi. Huang Yu jatuh tidak sadarkan diri. Seumur hidup belum pernah ia dipukuli seperti ini. Jin Shui lebih kuat. Penderitaannya akibat racun zhaobai dan zixie setelah menolong Xu Qiao waktu itu ada beberapa kali lebih menyakitkan, maka ia jauh lebih mampu bertahan.

"Katakan, pewaris Yumen itu semuanya ada berapa orang," Lin Tong Tian bertanya dengan datar. "Jika kalian bersedia menyebutkan identitas mereka semua dengan jelas, hari ini boleh makan dan tidur dengan tenang."

Jin Shui tertawa. "Aku adalah Yumen Mo Wang," katanya sambil menahan sakit, "bukan tidak mau menyebut identitas saudara-saudaraku, tetapi kami tidak ada kewajiban melapor pada Tuan Besar Lin."

"Hm," Lin Tong Tian tenang saja, sudah biasa mendapat jawaban semacam ini dari tawanannya. "Ya sudah, kalian hari ini tidak berselera makan, Lin-mo tidak memaksa." Kemudian ia bertanya pada pengikutnya, "sudah berapa banyak?"

"Lapor Laoye, sudah tujuh puluh kali," sahut yang ditanya.

"Lanjutkan. Malam ini mereka boleh tidak tidur."

Satu orang kembali mengambil air dan menyiram wajah Huang Yu hingga kembali membuka mata. Beberapa orang mempersiapkan besi panas, agaknya sungguh akan menyiksa kedua tawanan sampai mati.

"Die...."

Suara lembut seorang anak gadis terdengar. Di tempat itu sudah hadir seorang nona muda, mengenakan pakaian halus berwarna ungu muda. Usianya paling banyak sama dengan Xu Qiao, wajahnya mungil cantik meski sedikit pucat dan mata yang sayu. Di belakangnya seorang pelayan wanita tua mengikut tanpa bicara sepatah kata pun. Lin Tong Tian seketika memberi isyarat, orang-orangnya memadamkan besi panas.

Nona itu adalah adiknya Lin Ji Xuan, Lin Xiao Yan. Huang Yu pernah mendengar sedikit tentangnya. Mungkin karena Lin Tong Tian sudah habis akal menghadapi kenakalan putranya, maka semua kasih sayangnya sebagai seorang ayah dicurahkan pada putrinya ini. Tetapi meski dimanja, Lin Xiao Yan tidak bandel dan suka membuat onar seperti kakaknya, melainkan sangat penurut dan juga menyayangi ayahnya.

Di hadapan putrinya ini, Lin Tong Tian paling pantang menunjukkan kekerasan. Segera ditariknya nona muda itu keluar dari ruangan, tapi Lin Xiao Yan sekali ini tidak ingin mematuhinya.

"Xiao Yan, tempat ini bukan untukmu, lekas keluar. Ayahmu sedang ada urusan, kau tidak perlu tahu. Yun Naima (Bibi Yun), bawa nonamu kembali ke kamarnya," ia memberi perintah pada perempuan tua yang berdiri agak jauh di belakang Lin Xiao Yan.

"Die, kau menyiksa orang lagi?" Lin Xiao Yan tidak perlu jawabannya. Ia mendekati Jin Shui dan Huang Yu, memaksa anak buah ayahnya untuk menyingkir. "Lepaskan mereka," ia memberi perintah.

"Tidak boleh dilepaskan," Lin Tong Tian tahu jika Hua Jin Shui dilepaskan, maka akibatnya akan buruk baginya. "Xiao Yan, lekas kembali ke kamarmu, ayah tidak menyiksa orang lagi, jangan khawatir."

"Kalau begitu kenapa tidak melepaskan mereka?" tanya Lin Xiao Yan.

"Mereka penjahat yang berbahaya," sahut Lin Tong Tian, "jika dilepaskan maka akan ada banyak yang menjadi korban. Kau jangan sembarangan."

Lin Xiao Yan melihat dua lembar surat pengakuan di atas meja, ia cukup paham fungsi surat itu. Meski ayahnya memperlakukannya sebagai anak perempuan rumahan yang hanya boleh tahu makan tidur dan belajar sastra, tetapi ia juga cukup mengerti pekerjaan ayahnya dan hukum negara.

"Surat pengakuan belum ditanda tangani, berarti tidak boleh mengatai mereka sebagai penjahat," gadis muda itu berkata lagi. "Die, begini sama saja kau memaksa orang mengakui kejahatan yang tidak dilakukan, kau tidak ada bedanya dengan mereka."

Anak perempuan ini memang adalah kelemahan terbesar Lin Tong Tian. Sejak lahir Lin Xiao Yan tubuhnya lemah dan sering menderita sakit, ibunya yang paling menghargainya selalu meminta Lin Tong Tian mencarikan segala macam tabib dan obat-obatan untuk menjaganya tetap hidup. Mungkin ini juga adalah karma bagi Lin Tong Tian sendiri. Saat Lin Furen meninggal, anak perempuan ini sudah mulai tumbuh dewasa, penyakitnya masih belum juga lenyap, maka tinggal Lin Tong Tian sendirian yang menjaganya, tidak mengijinkannya terluka sama sekali, menganggapnya sebagai mustika yang berharga.

"Baiklah, baiklah, lepaskan mereka." Akhirnya Lin Tong Tian berkata. "Kurung mereka, jangan sampai lolos." Ia mendekati putrinya dan berusaha menariknya keluar ruangan. "Anakku, mereka bersalah atau tidak, nanti pengadilan yang akan memutuskan. Ayahmu tidak menyiksa orang lagi, tapi sementara juga belum boleh melepaskan orang, bisa tidak?"

Nona muda itu tersenyum. "Mereka terluka, harus mengobati mereka," ia masih ada permintaan.

"Nanti ayah suruh orang mengobati mereka. Sekarang kau kembali ke kamarmu. Jangan berkeliaran lagi."

"Aku tidak percaya kalian bisa mengobati mereka," Lin Xiao Yan kembali berkata. "Biar aku disini sebentar lagi."

Lin Tong Tian tidak berdaya menyingkirkan anak perempuannya, juga tidak bisa membentak, terpaksa membiarkannya menyaksikan Jin Shui dan Huang Yu diturunkan dari rantai yang menggantung mereka, dan dibiarkan duduk di lantai ruangan. Dua orang melepaskan sebagian pakaian Jin Shui dan Huang Yu, membersihkan luka mereka. Lin Xiao Yan meminta ibu pengasuhnya memberikan obat, dan perempuan tua itu tanpa sungkan membantu mengoleskan obat pada kedua tawanan.

Lin Xiao Yan merasa sedikit ngeri menyaksikan luka cambukan sedemikian banyak dan darah yang mengalir, ia berjalan ke sekitar ruangan, tidak memedulikan ayahnya yang berkali-kali menyuruhnya keluar, kemudian mengambil bungkusan berisi pedang xuanlong yang tergeletak di atas meja, membuka kain pembungkusnya dan memandangi ukiran pedang yang indah.

"Xiao Yan," Lin Tong Tian kembali menegur, "letakkan pedang itu."

"Pedang ini sangat indah," Lin Xiao Yan berkata, "bolehkah kau berikan untukku?"

"Kau bahkan tidak bisa bela diri, buat apa menginginkan pedang?" Lin Tong Tian balik menanya.

"Terima kasih Die," Lin Xiao Yan berkata sambil menggantungkan pedang di punggungnya, kemudian berjalan menghampiri Huang Yu, memberikan sepotong kue kering padanya.

Huang Yu masih sangat lemah keadaannya, menyaksikan seorang gadis manis menghampiri dan memberikan makanan untuknya membuatnya merasakan getaran yang selama ini belum pernah terpikir olehnya. Untuk beberapa saat ia melupakan keadaannya sendiri dan memandangi Lin Xiao Yan.

"Aku tahu kalian adalah kawan-kawan kakakku," Lin Xiao Yan berbisik pelan padanya, "kalian bisa menggunakan aku untuk pergi dari tempat ini, kakakku tidak akan menyalahkan."

Huang Yu masih memandanginya saja bagai tidak mendengar kata-katanya. Jin Shui juga mendengar, akan tetapi menggunakan seorang anak gadis untuk menyelamatkan diri sendiri bukan sesuatu yang akan dilakukan olehnya.

"Lin Tong Tian," ia berkata pada si Ban Ye Xia Ke. "Aku sudah terkena racun, luka di badan juga belum sembuh, hari ini sudah dipukuli olehmu. Keadanku seperti ini, jika kau ingin membunuhku bukan urusan sulit. Tetapi aku adalah pewaris utama Yumen, putra Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei, cukup pantas untuk menantangmu berkelahi satu lawan satu. Kuyakin, kau juga ingin dikenal orang sudah membunuh aku Yumen Mo Wang Hua Jin Shui bukan dengan memakai racun dan jebakan, melainkan dengan terang-terangan, benar tidak?"

Lin Tong Tian mengangkat alisnya, kata-kata Jin Shui sangat menarik baginya. Tiga belas tahun yang lalu ia pernah ingin bertanding satu lawan satu dengan ketua Yumen masa itu, Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei. Hanya sayang sekali Wu Yao Wei sudah lebih dahulu dikalahkan oleh si Dewa Pedang Zhang Zhe Liang, dan ia tidak pernah mendapat kesempatan menjajal kemampuan tokoh utama Yumen itu.

"Lin Daren adalah seorang yang sudah biasa menangkap buronan, barusan Anda menggunakan jebakan untuk menangkap aku dan menyiksa sedikit, Hua-mo tidak akan memperhitungkan," Jin Shui kembali berkata. "Aku hanya ingin mencoba sedikit beifeng qi milik Anda, melihat apakah Lin Daren sungguh bisa menangkap dan menyiksaku dengan mengandalkan kemampuan sendiri."

"Xiao Yan, berikan pedang itu padanya," Lin Tong Tian tiba-tiba berkata pada putrinya. "Hua Jin Shui, kau boleh gunakan pedang itu dan berkelahi denganku. Memandang kau hari ini sudah terkena racun dan terluka, maka aku akan memberikan tiga jurus bagimu untuk menyerang lebih dahulu."

"Aku tidak perlu tiga jurus untuk menyerang lebih dulu," sahut Jin Shui, "hanya saja keadaanku seperti ini, tidak leluasa menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying Shifu, harap Lin Daren memberikan lima puluh jurus. Selewat itu jika Hua-mo masih bisa berdiri tegak, maka aku hanya perlu Lin Daren melepaskan Huang Gongzi. Mengenai aku, Lin Daren ingin melanjutkan pekerjaan hari ini atau langsung mengakhiri, semua terserah saja."

"Jin Shui," Huang Yu bagai tersadar oleh kata-kata kawannya. Keadaan Jin Shui sangat parah, tubuhnya terluka luar dan dalam, racun masih belum dilenyapkan dan masih harus menahan sakit di seluruh badan. Menghadapi Lin Tong Tian sampai lima puluh jurus sama saja membunuh diri.

"Lima puluh jurus cukup adil," Lin Tong Tian berkata. "Jika dalam lima puluh jurus kau masih bisa berdiri tegak, maka Lin-mo juga mesti mengakui keunggulan Yumen Mo Wang, hari ini kalian berdua boleh pergi."

Lin Xiao Yan menyerahkan pedang xuanlong pada Jin Shui dengan ragu, bukan karena khawatir Jin Shui akan bertarung dengan ayahnya, akan tetapi khawatir ia tidak bisa membantu dua tahanan itu. Sikap Jin Shui barusan yang tidak mau menggunakan dirinya sebagai sandera dan malah menantang Lin Tong Tian bisa dengan jelas dilihatnya, ia sungguh merasakan kekaguman.

Jin Shui menggunakan pedang xuanlong untuk berdiri, kemudian mengikuti Lin Tong Tian menuju ke geladak kapal. Lin Xiao Yan meminta seorang pengawal memapah Huang Yu dan juga ikut keluar.

Mereka turun dari atas kapal dan menuju tepian sungai. Malam sudah larut, Jin Shui diam-diam memandang ke sekeliling dan berusaha mendapati Xu Qiao, Liu Xin dan yang lain di sekitar situ, akan tetapi yang terlihat di sekitar hanya seorang kakek tua yang sepertinya sedang mencari ular di antara rerumputan.

"Laoyezi (orang tua), tempat ini berbahaya, sebaiknya lekas pergi," salah seorang pengawal Lin Tong Tian menghampiri si kakek dan menegurnya.

"Aku sedang mencari ular, tentu saja berbahaya," orang tua itu menjawab dengan tenang. "Di sekitar sini ada bau ular, apa kalian ada melihatnya?"

"Tidak ada ular di sekitar sini," sahut si pengawal.

"Benar tidak ada?" si kakek menanya lagi. "Aku mencium bau ular. Ular yang besar dan sangat berbisa, kalian sebaiknya hati-hati."

"Hua Jin Shui," Lin Tong Tian sudah menggenggam sebuah golok panjang di tangannya. "Lekas mulai."

"Die," Lin Xiao Yan berkata, "biarkan obat lukanya bekerja dulu."

"Tidak ada waktu," sahut Lin Tong Tian dingin. "Hua Jin Shui, kau tunggu apa lagi?"

Jin Shui menyadari bahwa kedua pelayan Huang Yu sudah membawa pergi Xu Qiao dan Liu Xin ke tempat aman, kalau begitu ia tidak perlu khawatir akan melibatkan mereka. Ia hanya perlu menghadapi Lin Tong Tian, urusan lain nanti saja baru dipikirkan.

Maka ia kemudian mencabut pedang xuanlong, mengerahkan tenaga dalam pemberian Mo Ying sejauh kemampuannya, dan mulai menyerang ke arah si Ban Ye Xia Ke. Luka-lukanya masih terasa pedih, akan tetapi ia berusaha tidak merasakan, dalam beberapa jurus pertama juga hanya memainkan gerakan-gerakan sederhana agar tidak memeras tenaga. Tujuannya adalah mengulur waktu sedapat mungkin, bertahan sekuat tenaga, dan bisa melewati lima puluh jurus itu dengan selamat.

Lin Tong Tian tentu saja mengetahui niatnya. Sesuai kata-katanya sendiri, pada tiga jurus pertama ia masih memberi kesempatan Jin Shui menyerang dan ia hanya menghindar saja, pada jurus ke empat barulah ia menggerahkan tenaga bei feng qi andalannya, setiap sambaran golok panjangnya dan bahkan lengan bajunya membawa hawa yang tidak ringan, dilandasi aliran tenaga yang kuat.

Jin Shui tahu tidak bisa mengadu tenaga secara langsung karena dengan kemampuan sekarang maka bisa saja akan dirobohkan oleh tekanan Lin Tong Tian. Ia lebih banyak menghindar, sesekali saja menggunakan pedangnya untuk menyambut tebasan golok panjang, kemudian dengan cara memindah tenaga ia mengeser pedang, membuat percikan api di kedua senjata, dan ia bisa meloloskan diri.

"Cara bertahan yang baik," Lin Tong Tian memuji.

Selewat jurus ke tiga puluh, Lin Tong Tian mulai bisa mengurung Jin Shui dalam lingkaran tenaganya, membuatnya kerepotan karena setiap serangan golok panjang menjadi lebih cepat dan berbahaya, beberapa kali hampir membelah tubuhnya. Jin Shui merasakan tenaganya sendiri sudah melemah, kepalanya terasa pusing, dan sungguh tidak mudah menjaga agar nyawanya tetap melekat di badan.

Pada jurus ke empat puluh tiga, Lin Tong Tian berhasil memaksanya berlutut, menahan serangan golok panjang dengan pedang. Jin Shui tidak bisa menggeser pedang, dan ketika ia menundukkan badan dan hendak bergulingan di tanah demi membebaskan diri dari tekanan tenaga lawan, Lin Tong Tian berhasil menendang tubuhnya, membuatnya terlempar tiga tombak jauhnya.

Jin Shui masih bisa bangkit, menggunakan pedangnya dan menyeka darah dari luka di wajahnya, kemudian menyerang dengan gerakan berputar. Lin Tong Tian tahu serangan ini adalah serangan nekad saja, Jin Shui sudah tidak menggunakan tenaga dalam dan ia akan bisa dengan mudah menangkis serta melemparkannya kembali.

Akan tetapi sekali ini ia malah memiringkan badan dan menghindar begitu saja, memberi Jin Shui kesempatan menyerang sekali lagi dengan cara serupa, demikian sampai jurus terakhir.

"Terima kasih Lin Daren sudah mengalah tujuh jurus," Jin Shui berkata, masih berdiri di tempatnya dengan pedang menancap di tanah digunakan sebagai tumpuan. Sungguh ia sudah sangat payah, jika menyerang satu kali lagi mungkin akan jatuh sendiri.

"Kau bersusah payah seperti ini sungguh hanya demi aku melepaskan dia?" Lin Tong Tian menanya padanya.

"Sudah lima puluh jurus dan aku masih bisa berdiri tegak," Jin Shui berkata, "Huang Xiongdi ini adalah putra mendiang Huang Zongbiaotou dari Hailang Biaoju. Memandang ayah ibunya adalah orang-orang baik, harap Lin Daren bersedia melepaskan. Hua Jin Shui sendiri sudah jatuh ke tangan Anda, mau siksa atau bunuh silakan saja."

Lin Tong Tian memandanginya, mengetahui Jin Shui masih bisa berbicara panjang lebar sesungguhnya sambil menahan sakit yang luar biasa. Diam-diam ia mesti mengakui bahwa pewaris utama Yumen itu punya rasa setia kawan yang sangat tinggi.

"Kalian berdua pergilah," akhirnya orang tua itu berkata. "Aku sudah mengatakan hari ini kalian boleh pergi. Esok hari kuharap kalian sudah jauh, karena Lin-mo akan menggunakan seluruh kemampuan untuk memburu dan menangkap kalian kembali, mencabut sisa aliran Yumen sampai ke akarnya."

Ia menarik tangan anak perempuannya sebelum Lin Xiao Yan kembali menghampiri Jin Shui atau Huang Yu, membawanya kembali ke atas kapal. Para pengawal melepaskan Huang Yu dan membiarkannya mendekati Jin Shui dengan susah payah, kemudian mengikuti.

Baru saja Lin Tong Tian dan orang-orangnya naik ke atas kapal, Jin Shui sudah jatuh berlutut di atas tanah, darah segar mengalir keluar dari sudut bibirnya. Huang Yu berusaha memapahnya berdiri, akan tetapi ia sendiri juga dalam keadaan terluka dan ikut berlutut di tanah.

"Minum ini," seseorang tiba-tiba mengulurkan dua butir pil berwarna hitam pada mereka. Jin Shui sudah mengabur pandangannya, akan tetapi ia masih cukup mengenali orang itu sebagai si kakek pencari ular barusan. Rupanya selama ia bertarung dengan Lin Tong Tian tidak ada yang memperhatikan kakek itu lagi dan ia masih berdiri di pinggir arena menyaksikan segalanya.

Jin Shui tidak ada pilihan lain kecuali mengambil salah satu pil dan menelannya. Keadaannya sudah sangat parah, nyawanya hanya tinggal sehelai saja, jika yang diterima adalah racun maka paling banyak akan mengakhiri penderitaan. Huang Yu melakukan yang sama, tidak peduli terlalu banyak.

Kapal milik Keluarga Lin mengangkat sauh dan meninggalkan tempat itu. Jin Shui dan Huang Yu duduk sebentar untuk memulihkan sedikit tenaga. Si kakek pencari ular tetap berdiri di hadapan mereka, menunggu dengan tenang.

Tidak berapa lama kemudian, Jin Shui dan Huang Yu sudah bisa bangkit berdiri, dan si kakek meminta mereka mengikutinya. Mereka menuju perbukitan dan mendapati sebuah gua disana, letaknya cukup tersembunyi, di dalam gua terdapat sebuah kolam air alami. Si kakek meminta Jin Shui dan Huang Yu beristirahat disana, kemudian meninggalkan mereka. Jin Shui kembali duduk untuk memulihkan diri, mengatur hawa murni dan berusaha menyingkirkan sisa racun. Huang Yu membersihkan luka-lukanya dengan air kolam, hawa dingin mengingatkannya bahwa jubah panjang biru kesayangannya sudah rusak, ditinggalkan di kapal saat pengawal Lin Tong Tian memberikan obat untuk luka akibat lecutan cambuk.

Si kakek kembali beberapa saat kemudian, membawakan dua perangkat pakaian baru untuk mereka, cukup bersih meski dari bahan kasar. Orang tua itu juga membawakan obat luka dan kain untuk membalut, memberikan pada Jin Shui dan Huang Yu dan membiarkan mereka merawat diri sendiri.

S kakek pencari ular itu melepas caping rumputnya, memperlihatkan wajahnya yang halus meski ia adalah seorang tua, dan juga rambut kelabunya. Huang Yu tidak mengenalnya, untuk sementara juga tidak bisa menebak identitas si kakek.

"Kau siapa?" ia menanya dengan waspada, tidak lekas duduk mengobati luka atau memulihkan tenaga dalamnya. "Mengapa kau menolong kami?"

"Siapa yang mengatakan aku menolong kalian?" si kakek balik menanya. "Aku hanya tidak ingin dia mati saja." Ia menunjuk Jin Shui dengan ujung jarinya.

"Kau tahu dia siapa?" Huang Yu menanya.

"Hua Jin Shui, pewaris utama Yumen," sahut si kakek.

"Bagaimana kau mengenalnya?" Huang Yu menanya lagi.

"Anak muda, kau sudah terkena racun, juga baru saja dipukuli orang," si kakek mengingatkannya. "Obatku barusan hanya cukup untuk menjaga nyawamu selama setengah jam. Jika kau tidak lekas menolong diri sendiri, maka dewa pun tidak bisa menolong."

Huang Yu masih berwaspada, akan tetapi ia kemudian duduk juga, memejamkan mata dan mengerahkan tenaga dalam pemberian Chai Lang di dalam tubuhnya untuk menyingkirkan sisa racun yang tadi siang diambilnya dari Liu Xin.

Si kakek pencari ular mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan perapian, kemudian mengambil keranjang yang tadi dibawanya, mengeluarkan seekor ular besar dari dalam keranjang itu dan membelainya beberapa saat, dengan sengaja menunggu sampai Jin Shui dan Huang Yu cukup memulihkan diri, kemudian menguliti dan memotong ular menjadi beberapa bagian, memanggangnya di atas perapian.

Ia seolah dengan sengaja menyebarkan bau ular panggang ke seluruh gua, menelan ludah beberapa kali seperti tidak sabar menunggu santapan lezat. Huang Yu meski adalah seorang yang kejam dan bisa membunuh orang tanpa berkedip, akan tetapi ia tidak pernah melihat orang menyembelih ular, ia sungguh nyaris muntah.

"Kenapa?" orang tua itu menanya dengan gaya santai, "kau belum pernah makan ular?"

"Laorenjia, di hutan ini masih ada banyak binatang liar, berburu sebentar juga beres," sahut Huang Yu, "kenapa mesti makan makanan yang begitu menjijikkan?"

"Dilihat dari keadaan kalian sekarang, tidak akan mudah menemukan makanan lain tengah malam seperti sekarang," sahut si kakek pula, "perut tuaku sudah kelaparan, tidak sabar menunggu."

Air liurnya nampak sudah menetes ketika daging ular mulai mengeluarkan bau yang bagi Huang Yu sangat memuakkan. Dari dalam keranjang bambu dikeluarkannya pula sepasang sumpit, kemudian ia mulai makan sendiri.

"Feng Yeye, bagaimana Anda bisa berada disini? Anda masih ingat pada Jin Shui?" Jin Shui mendekat dan bertanya.

"Tentu saja aku masih ingat, kau anak muda yang membawa nona kecil di atas gunung itu," sahut si kakek sambil makan, "bagaimana keadaan nona kecil itu, apakah kau berhasil melatih wuqing xue dan menyelamatkannya? Kali ini keluar lembah demi mencari Yan Zi, tidak disangka malah melihatmu sedang berkelahi dengan Lin Tong Tian."

Si kakek pencari ular itu tidak lain adalah Lao Feng, kakek peramu obat di atas gunung yang ditemui oleh Jin Shui dan Xu Qiao tiga tahun yang lalu. Berdasarkan keterangan Zhou Yan Zi di Bai Tu Shanzhuang beberapa hari sebelum ini, Jin Shui juga sudah mengetahui bahwa Lao Feng ini sesungguhnya adalah majikan besar Wansui Gu dan gurunya Zhou San Gong, Lao Du Xie Zeng Bai Feng.

"Yan Zi? Feng Yeye, Anda sudah lama tidak meninggalkan Wansui Gu dan tidak pernah terdengar kabarnya di dunia persilatan, keluar dari lembah demi menemukan Zhou Guniang?" Jin Shui menanya. "Yang kutahu dia terakhir ada bersama seorang kawanku, Lin Ji Xuan, yaitu putranya Lin Daren. Hanya barusan Lin Daren tidak ada menyebut tentangnya, kemungkinan dia sudah pergi sendiri."

Jin Shui memberitahukan dengan singkat mengenai kemunculan Zhou Yan Zi di Bai Tu Shanzhuang dan sampai bagaimana Lin Ji Xuan kemudian membawanya pergi bersama Li Jue. Lao Feng tertawa dan mengatakan bahwa Yan Zi itu adalah seorang anak bandel, tidak mungkin putra Lin Tong Tian bisa menahannya lama-lama.

"Putri murid busukku Zhou San Gong itu ketika masih kecil sering menjadi korban ayah dan kakaknya untuk mencoba jenis racun baru, tetapi selalu bisa bertahan," si kakek nampak bersemangat membicarakan Yan Zi. "Aku Zeng Bai Feng seorang yang menyukai ilmu obat dan racun, semula juga hanya tertarik dengan daya tahan tubuhnya yang luar biasa, kemudian mengambil dan mengurusnya, menganggapnya sebagai cucu sendiri dan mengajarkan semua ilmu pengobatan maupun ilmu racun yang ada di Wansui Gu."

Ketika Nan Xing Lie dan Luo Tie Yun membawa lari kitab pengobatan milik Zhou San Gong tiga tahun yang lalu, mereka tahu persis bahwa Zhou San Gong memerlukan kitab itu untuk menolong Zhou Yan Zi yang terkena salah satu racun korban percobaan kakaknya, tetapi mereka tentu tidak tahu bahwa Zhou Yan Zi saat itu sudah diambil oleh kakek gurunya dan Zhou San Gong tidak perlu lagi menolongnya berdasarkan kitab racunnya.

"Kau adalah Lao Du Xie Zeng Bai Feng?" Huang Yu tiba-tiba bertanya.

"Feng Yeye, ini adalah kawanku, Huang Yu," Jin Shui memperkenalkan. "Dia juga adalah pewaris Yumen, murid dari pelindung utama lain, Chai Lang Shishu."

"Rupanya murid Chai Lang," sahut Lao Feng. "Chai Lang terkenal mempunyai pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dunia persilatan lebih baik dari siapa pun. Muridnya tidak mengenali laofu, agaknya usahaku berdiam di lembah selama puluhan tahun tidak sia-sia."

Zeng Bai Feng memberikan daging ular yang sudah masak pada Jin Shui, juga menawarkan pada Huang Yu. Jin Shui memakannya tanpa banyak pikir, Huang Yu menolak dengan halus dan berusaha menyingkir.

"Antara aku dengan Yumen Jiao kalian tidak ada permusuhan," Zeng Bai Feng mengulangi kata-kata yang serupa seperti yang pernah ia sampaikan pada Jin Shui pada pertemuan pertama mereka tiga tahun silam. "Aku meninggalkan lembah kali ini juga demi menemukan Yan Zi, menemukannya akan segera membawanya pulang dan tidak akan ikut campur urusan dunia persilatan, termasuk niat kalian para pewaris membangkitkan kembali Yumen segala macam juga tidak bisa membantu."

"Bisa berkenalan dengan majikan Wansui Gu bisa dianggap sebagai keberuntungan bagi Huang Yu," Huang Yu berkata. "Laoyeye, meski aku tidak menyukai orang-orang Wansui Gu, juga tidak terlalu menyukai Yan Zi, tetapi hari ini Anda telah menolong aku dan Jin Shui, aku mengucapkan terima kasih."

"Daging ular ini kalau sudah dingin tidak enak," Zeng Bai Feng berkata padanya. "Kau jika tidak mencicipinya, maka sama saja tidak memandangku."

Huang Yu terpaksa menerima daging ular itu dan memakannya. Zeng Bai Feng tertawa saja melihat ekspresi wajahnya, kemudian memberikan lebih banyak daging ular pada Jin Shui, memintanya mengisi perut sebisa mungkin.

"Demi Yan Zi, aku datang ke zhongyuan dengan menerapkan tiga peraturan," Zeng Bai Feng berkata, menjelaskan sendiri kenapa di hadapan Lin Tong Tian dan orang-orangnya ia hanya menjadi seorang kakek penangkap ular yang tidak bisa berkelahi. "Pertama, tidak boleh menggunakan neigong berkelahi dengan orang. Kedua, tidak boleh menggunakan racun. Ketiga, tidak boleh membunuh orang."

"Feng Yeye, kenapa mesti begitu?" Jin Shui bertanya. Peraturan diterapkan oleh seorang Zeng Bai Feng terhadap diri sendiri, ini memang agak aneh kedengarannya.

"Xiaozi, kau sudah tahu nasibku ini tidak jauh berbeda dengan kalian, bahkan lebih parah," sahut Zeng Bai Feng. "Seluruh orang di zhongyuan ini menganggapku sebagai penjahat, karena masalah ini jika mereka tahu Zeng Bai Feng kembali lagi sudah pasti akan banyak yang mencari kesempatan mengambil kepalaku."

"Apakah karena kabar dalam dunia persilatan, bahwa tiga belas tahun yang lalu, kau sudah turun tangan membunuh Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang yang pada saat itu sednag terluka parah?" Huang Yu menanya. "Semua orang mengatakan bahwa majikan Wansui Gu sudah mengambil kesempatan saat orang tidak berdaya."

"Aku juga tidak tahu darimana datangnya kabar itu," sahut Zeng Bai Feng santai. "Laofu sudah tua, selama ini menikmati kehidupan dengan tenang di Wansui Gu dan baik-baik saja, entah kenapa ada yang tidak senang dan kemudian menyebar kabar seperti itu. Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan. Perut tuaku sudah cukup terisi, sudah waktunya tidur."

Ia sungguh tidak memedulikan Jin Shui dan Huang Yu lagi, lantas membaringkan diri di tepi perapian dan segera terlelap. Huang Yu mengawasinya sebentar, memikirkan kata-katanya barusan. Kabar dalam dunia persilatan menyebut bahwa Zhang Zhe Liang si dewa pednag itu terluka parah setelah pertarungan dengan Wu You Wei si ketua Yumen terdahulu, kemudian pergi ke Wansui Gu meminta pengobatan pada Zeng Bai Feng, dan disana malah dibunuh bersama murid-muridnya. Jika Zeng Bai Feng sendiri menyebut bahwa kabar ini tidak benar, maka apa yang sebenarnya sudah terjadi?

"Yu," Jin Shui menegur, "yang dikatakan oleh Lin Tong Tian mengenai para pelindung, mengenai orang tuamu, aku berani menjamin bahwa semuanya tidak benar. Kematian orang tuamu tiga tahun yang lalu tidak ada kaitannya dengan tugasmu sebagai salah seorang pewaris Yumen."

"Aku tahu," sahut Huang Yu, seketika melupakan mengenai Zhang Zhe Liang. "Dua orang bercaping itu jika inginkan aku membenci orang-orang dunia persilatan, sejak awal pasti sudah dengan terang-terangan menggunakan identitas sebagai musuh Yumen kita saat membunuh kedua orang tuaku."

"Mereka hendak membunuhku saat aku sembarangan mengatakan bahwa mereka adalah anggota Jianyin Bang," kata Jin Shui. "Jika tujuan mereka adalah agar kita para pewaris mempunyai kebencian yang cukup sebagai dasar membangkitkan kembali aliran, maka kebencian terhadap Jianyin Bang adalah alasan terbaik."

"Kau jangan khawatir, aku mengenal Chai Lang Shifu," sahut Huang Yu, "masalah ini barusan aku juga sudah memikirkannya, bagaimana pun aku percaya para pelindung Yumen adalah kaum ksatria, tidak akan menggunakan cara keji seperti yang dikatakan oleh Lin Tong Tian."

Mereka beristirahat di dalam gua sepanjang malam itu, di pagi hari baru akan mencari Xu Qiao dan yang lainnya. Huang Yu meyakinkan Jin Shui bahwa Xiao Hu dan Xiao Mi cukup bisa diandalkan, pasti sudah membawa Xu Qiao dan Liu Xin ke tempat yang aman, meninggalkan tanda untuk mereka agar bisa menemukan.

Benar saja, pagi itu tidak lama setelah Jin Shui dan Huang Yu berpamitan dengan Zeng Bai Feng dan berjalan meninggalkan gua, tidak seberapa jauh mereka mendapati sebuah susunan daun kering dan batu kerikil, membentuk sebuah panah. Mereka mengikuti tanda itu, melewati perbukitan yang hijau, terus menuju sebuah tebing, menemukan sebuah gubug di atasnya.

Huang Yu mendahului Jin Shui masuk ke dalam gubug, sekali ini ia berwaspada dan tidak ingin tertangkap seperti kemarin. Pintu gubug sudah rusak, dibelah dengan sebuah senjata golok, bekas pertarungan terjadi di sekitar dan bahkan ada ceceran darah.

Di dalam gubug tidak ada orang, Huang Yu menemukan pedang pendek milik Liu Xin tergeletak di lantai, ia segera mengambilnya dan memberikan pada Jin Shui. Jin Shui seketika merasa sesuatu sudah terjadi dan sungguh ia mengkhawatirkan Xu Qiao.

Tiga orang datang mendekat sebelum keduanya melakukan sesuatu. Xiao Hu dan Xiao Mi, kedua pelayan kepercayaan Huang Yu, keduanya membawa serta seorang gadis muda yang nampak bandel, si tukang racun kecil Zhou Yan Zi.

"Ershaoye," Xiao Mi langsung memanggil Huang Yu. "Kalian berhasil lolos?"

"Sudah kukatakan mereka pasti bisa lolos," Zhou Yan Zi berkata. "Lin Tong Tian itu mana bisa menahan Jin Shui Gege lama-lama." Ia menyebut Jin Shui Gege menirukan cara Xu Qiao memanggil dengan sama persis.

"Xiao Hu, Xiao Mi, apa yang terjadi?" Huang Yu menanya.

"Semalam kami melihat kalian bertemu musuh di atas kapal itu, kami tahu mesti membawa Xu Guniang dan Liu Xin Junzhu ke tempat yang aman lebih dahulu," Xiao Hu menyahut, "kami tahu keadaan mereka masih sangat lemah, dan jika ada bersama kalian maka hanya akan menyulitkan."

"Kalian sudah melakukan dengan benar," sahut Huang Yu.

"Kami membawa mereka ke gubug ini, bahkan tidak berani menyalakan penerangan karena khawatir musuh itu juga akan mengirim orang sampai kemari," Xiao Mi menyambung penuturan saudaranya. "Kami menunggu cukup lama, Xu Guniang sangat tidak tenang, kemudian meminta kami menyusul kalian."

"Ketika kami tiba di tepian sungai, kapal itu sudah pergi, dan kami bertemu dengan Nona Zhou ini, dia mengatakan akan mengantar menemui kalian," kata Xiao Hu pula.

"Mengantar menemui Lin Ji Xuan," Zhou Yan Zi membetulkan. "Lin Gongzi yang terhormat itu rupanya sudah mencuri kapal milik ayahnya, kapal kemudian direbut balik dan dia diusir." Ia tertawa cekikikan. "Masih baik aku sempat melarikan diri dan tidak perlu sampai ikut berurusan dengan Lin Tong Tian."

"Dimana Lin Ji Xuan sekarang?" Huang Yu menanya padanya.

"Entahlah," sahut Zhou Yan Zi, "kurasa langsung pergi ke Wenhu karena temannya yang bertangan satu itu kelihatan tidak sabaran, ingin lekas menemui istrinya."

"Kemudian kami kembali kemari dan bertemu Ershaoye," sambung Xiao Mi.

"Xu Guniang dan Liu Xin Meimei sudah tidak berada disini," sahut Huang Yu, "Xiao Hu Xiao Mi, kalian pergi ke arah sana, kami akan mencari mereka ke arah lain, selewat tengah hari kita berkumpul lagi disini."

Kedua pelayan itu langsung mengangguk dan berlari pergi. Jin Shui dan Huang Yu melangkah cepat, berusaha menemukan keberadaan Xu Qiao dan Liu Xin selekasnya. Zhou Yan Zi mengikuti.

"Zhou Guniang, gonggong-mu ada di sebuah gua di sebelah sana," Huang Yu mengusirnya. "Dia meninggalkan lembah demi mencarimu, lekas kau pergi temui beliau."

"Tidak perlu buru-buru," Zhou Yan Zi menyahut sambil tertawa. "Bau obat di tubuhku ini sangat kuat, gonggong jika berada tidak jauh pasti bisa menciumnya dan akan segera menyusul kemari."

Jin Shui dan Huang Yu masih dalam keadaan lemah dan juga terluka, seluruh tubuh mereka masih terasa pedih, tidak leluasa menggunakan ilmu ringan tubuh, maka mereka hanya bisa mencari dengan berjalan dan setengah berlari, Zhou Yan Zi juga dengan mudah bisa mengikuti mereka.

Cukup jauh berjalan dan mencari, dari atas tebing, mereka melihat sebuah jalanan setapak di samping aliran sungai, dan beberapa orang terlihat berjalan menyusuri jalan setapak itu. Jin Shui mengenali Liu Xin dan juga Xu Qiao berada diantara mereka, hampir saja ia memaksakan melompat ke bawah dan menemui mereka. Huang Yu keburu menahannya.

Di depan Xu Qiao dan Liu Xin berjalan seorang perempuan dewasa yang menuntun seorang anak perempuan kecil. Perempuan dewasa itu masih mengenakan pakaian dan penampilan yang sama seperti perempuan pemilik rumah yang sudah memberikan teh beracun pada Xu Qiao di hari sebelumnya, hanya dia bukan lagi seorang perempuan setengah tua melainkan sudah mengganti riasan wajah dan menampakkan wajah asli yang jauh lebih muda, tidak lebih dari enam belas tahun.

Perempuan itu melangkah dengan cepat sambil menuntun, atau lebih tepat menyeret seorang anak perempuan berusia dua belas tahun, dan anak perempuan itu berkali-kali menoleh ke belakang ke arah Xu Qiao dan Liu Xin.

Jin Shui dan Huang Yu mengenali anak perempuan itu sebagai Xiu-er, anak kecil yang hendak diambil sebagai murid oleh pengikut Yuan Wan Cui dari Haitang Jian Pai, anak kecil yang saudara kembarnya sudah tewas di ujung pedang xuanlong. Entah bagaimana dia bisa sampai kemari dan ditangkap orang.

Xu Qiao nampak berjalan dengan susah payah, Liu Xin yang memapahnya juga nampak lemah. Jin Shui melihat dengan cukup jelas bahwa pakaian Xu Qiao berlumuran darah, di dadanya bahkan masih menancap sebilah belati. Seketika ia hendak berlari ke bawah tebing, sekali lagi Huang Yu menahannya, Zhou Yan Zi juga menarik ujung bajunya.

"Aku sepertinya mengenal perempuan itu," Zhou Yan Zi berkata, menunjuk si perempuan remaja yang sudah memberi racun pada teh. "Mirip dengan dajie-ku, tetapi tidak terlalu sama juga."

"Jin Shui, keadaan kita seperti ini, belum tentu bisa menolong orang, bisa jadi malah akan mengantarkan nyawa," Huang Yu mengingatkan, "Lao Feng sebentar lagi akan menyusul kemari, dia bisa membantu menyelamatkan orang." Ia memandang ke arah Zhou Yan Zi, berharap kata-kata gadis kecil itu bisa dipercaya.

"Qiao-er terluka," Jin Shui mendesis pelan, jelas sangat khawatir.

"Hanya luka kecil," sahut Zhou Yan Zi, "bagi gonggong tidak akan jadi masalah."

"Zhou Guniang, boleh kau pergi menemui Zeng Laoqianbei, katakan kami menunggu disini," Huang Yu berkata.

"Baiklah, kalian jangan mati dulu sampai aku kembali," sahut Zhou Yan Zi, kemudian berlari pergi meninggalkan mereka.

Di bawah tebing sana, si perempuan pemberi racun sudah menemui satu orang kawannya di sebuah pemberhentian di pinggir jalanan setapak, seorang pemuda yang nampak tidak asing. Perempuan itu langsung melemparkan Xiu-er ke tanah dan memeluk si pemuda, merangkulnya dengan mesra.

"Aku sudah membawa mereka kemari," perempuan itu berkata. "Tidak tahu siapa yang sudah menawarkan teh beracun, akan tetapi mereka akan mati juga, maka aku beri saja satu tusukan."

"Bagus sekali," si pemuda menyahut. "Lalu anak kecil ini, buat apa kau membawanya?"

Huang Yu dan Jin Shui masih berada di atas tebing, mereka bisa mendengar cukup jelas pembicaraan yang ada di bawah. Suara pemuda itu tidak asing, dan Huang Yu yang paling dahulu mengenali sebagai suara kakak kandungnya, Huang Zhe.

Huang Zhe adalah Yumen Mo Wang palsu, terakhir kali tertangkap oleh Jin Shui dan diserahkan pada orang-orang Jianyin Bang. Belakangan diketahui ia direbut oleh Zhou Xiang Nu, akan tetapi perempuan yang memeluknya barusan bukan Zhou Xiang Nu, entah bagaimana dia bisa melarikan diri dari si Jiuwei Bian.

"Anak kecil ini bilang saudara kembarnya sudah dibunuh oleh Hua Jin Shui, dan dia hendak membalas dendam," perempuan itu kembali menyahut, suaranya terdengar mengerikan. "Aku sudah memberikan qiuxiangwei (racun sembilan rasa) padanya, dalam lima hari ini setiap dua belas jam harus memakan satu diantara sembilan macam obat yang berbeda untuk menawarkan racunnya."

Xiu-er saat itu sudah berusaha berdiri, dan seketika ia melihat adanya orang lain di tempat pemberhentian, ia nampak sangat ketakutan dan langsung menunjuk tanpa bisa mengeluarkan suara.

Jin Shui dan Huang Yu baru menyadari bahwa di belakang Huang Zhe masih ada dua orang lain, sosok mereka terhalang atap tempat pemberhentian. Salah seorang kemudian melangkah maju, menghampiri Xiu-er, seketika membuat Jin Shui dan Huang Yu bagai menahan nafas.

Seorang lelaki tua kurus yang mengenakan caping lebar, orang yang sudah melemparkan saudara kembar Xiu-er, Shuang-er, langsung ke ujung pedang xuanlong di tangan Jin Shui hari itu di sekitar Bai Tu Shanzhuang. Xiu-er masih ingat jelas yang terjadi, masih cukup mengenali si kurus yang mengerikan itu, akan tetapi ia sudah tidak mampu melarikan diri. Liu Xin juga nampak pucat ketika melihat si kurus itu, akan tetapi ia tidak bisa meninggalkan Xu Qiao begitu saja.

"Diedie," si perempuan yang membawanya menegur si kurus bercaping. "Anak kecil itu masih bisa dijadikan mainan olehku, kau belum boleh membunuh dia."

"Qianniu, kau hendak bermain dengannya untuk apa?" Huang Zhe menanya. "Jika kau suka, aku akan cari anak perempuan kecil lainnya."

Si perempuan tertawa aneh, mirip seorang yang mempunyai penyakit sinting. Ia terus merangkul Huang Zhe dengan gaya yang memuakkan. Si kurus bercaping tidak lagi memedulikannya, juga tidak memedulikan Xiu-er, menghampiri Liu Xin dan berdiri persis di hadapannya seperti seekor hewan buas siap menyantap mangsanya.

"Liu Xin Junzhu, rahasia itu guruku sudah memberitahukan padamu, kurasa kau sekarang bisa memberitahukan pada kami," si kurus bercaping berkata dengan mengerikan pada Liu Xin, membuatnya semakin pucat.

"Tidak perlu buru-buru," terdengar suara dari tempat pemberhentian. "Dimana Hua Jin Shui dan kawannya itu?" Suara si tinggi besar bercaping, orang misterius yang sudah membunuh Huang Wei Qun suami istri, agaknya menanya pada Huang Zhe.

"Mereka meninggalkan begitu saja kedua gadisnya," sahut Huang Zhe bangga, "Xie Qianbei, wanbei sudah berhasil mengatur Xun Guniang untuk memberikan teh beracun itu tanpa dicurigai oleh Hua Jin Shui, berhasil menangkap bukan hanya Liu Xin Junzhu tetapi juga Xu Guniang. Anda sudah berjanji akan bersedia mengangkatku sebagai murid, Huang Zhe memberi hormat pada Shifu."

Ia berlutut dan bahkan bersujud, mengagetkan Huang Yu yang menyaksikan dari atas tebing. Mati pun ia tidak menyangka kakak kandungnya sendiri berniat menjadi murid pembunuh orang tua mereka. Untuk sesaat ia sungguh menahan nafas di tempatnya, tidak tahu mesti menghadapi keadaan ini dengan cara bagaimana.

Jin Shui tidak memikir mengenai Huang Zhe, ia baru menyadari bahwa racun teh yang disajikan untuk mereka pagi hari kemarin bukan ditujukan bagi dirinya atau Huang Yu, melainkan demi Xu Qiao dan Liu Xin. Samar ia mulai bisa menebak alasannya, akan tetapi ia sulit untuk percaya.

Pada saat itu di bawah sana, Xu Qiao sudah jatuh berlutut di tanah, hampir kehilangan kesadarannya. Ia menunjuk ke arah tempat pemberhentian, agaknya ke arah si tinggi besar bercaping, berusaha mengatakan sesuatu akan tetapi tidak bisa, lukanya terlalu parah dan keringat dinginnya sudah mengalir deras. Jin Shui melihat semuanya dengan sangat cemas, Huang Yu menotok jalan darah di punggungnya agar tidak bisa bergerak dan memintanya menunggu Zeng Bai Feng dan Zhou Yan Zi sebentar lagi.

"Wu-er," si tinggi besar melangkah keluar dari tempat pemberhentian, menghampirinya dan mendorong Liu Xin ke arah kawannya si kurus, kemudian dengan kejam menarik Xu Qiao berdiri, tangannya mencengkram leher gadis itu dan siap mematahkannya. Xu Qiao memandangnya dengan sangat penasaran, jelas mengenalinya, tidak tahu alasan mengapa orang itu berniat membunuhnya.

"Zhe-ge, mengapa kau menyebut aku sebagai Xun Guniang lagi?" si perempuan setengah sinting menanya pada Huang Zhe. "Namaku Xun Qian Niu."

Huang Zhe memberi isyarat agar ia tidak berkata-kata, dan Xun Qian Niu kemudian sungguh menutup mulut, mengawasi si tinggi besar dan seperti senang sekali melihat orang akan membunuh seperti itu.

"Hentikan," Liu Xin berkata dengan suara bergetar, tusuk kondenya sudah tergenggam di tangan dan siap ditusukkan ke leher sendiri. "Jika kau membunuh dia, maka selamanya tidak akan mengetahui rahasia itu."

Si tinggi besar itu melemparkan sesuatu ke arah Liu Xin, seketika menjatuhkan tusuk konde yang tergenggam di tangannya. Ia terus memandang ke arah Xu Qiao, jelas sekali hendak membunuhnya pelahan dan menikmati detik kematiannya, air mukanya penuh kebencian dan sekaligus kepuasan.

"Shixiong," si kurus bercaping menegur si tinggi besar, "Xu Cheng Hai sudah berbuat dosa begitu besar padamu, masa kau akan memberi anak perempuannya kematian yang begitu enak?"

"Shifu, Xu Guniang ini adalah kekasihnya Hua Jin Shui," Huang Zhe ikut berkata, "sebelum dibunuh, dia bisa digunakan lebih dahulu untuk menangkap Hua Jin Shui, mengurangi satu lagi orang yang bisa menyusahkan Anda di masa depan."

"Hua Jin Shui itu bukan siapa-siapa," si tinggi besar berkata, "tidak akan cukup untuk merepotkanku."

Akan tetapi ia pelan-pelan melepaskan Xu Qiao, mendorongnya ke arah Liu Xin dalam keadaan masih hidup. Si kecil Xiu-er tiba-tiba sudah berdiri, dengan cepat mencabut belati yang tertancap di dada Xu Qiao, kemudian menggunakannya untuk menyerang si kurus bercaping, tindakannya sungguh mengagetkan semua orang, bahkan Jin Shui di atas tebing sana seketika merasakan seluruh tubuhnya berkeringat dingin.

"Yu," Jin Shui berkata dengan lemah, "lepaskan totokanmu."

"Aku tidak akan membiarkan kau mati demi dia lagi," Huang Yu menyahut tertahan, "tunggu sebentar, Yan Zi akan segera kembali."

Xu Qiao merasakan sakit yang luar biasa, darahnya mengalir deras, masih baik Liu Xin bertindak cepat dan segera menotok jalan darah di sekitar lukanya, kemudian menggunakan lengan baju untuk menahan pendarahan.

Si kurus bercaping mendapat serangan dari seorang anak kecil, dengan mudah ia menangkap anak kecil itu, kemudian melemparkannya seperti melempar sepotong kayu saja. Liu Xin dan Xu Qiao tidak berdaya menolong, hanya bisa menyaksikan.

Di saat itulah sesosok bayangan melesat, menangkap tubuh Xiu-er dan meletakkannya dengan aman di atas tanah. Bersamaan, satu sosok kecil juga sudah hadir di samping Jin Shui dan Huang Yu, si bandel Zhou Yan Zi. Yang menyelamatkan Xiu-er barusan, dengan sendirinya adalah Zeng Bai Feng.

Kedatangan seorang kakek yang entah darimana mengagetkan semua yang ada disitu, tidak terkecuali kedua orang bercaping. Dari ilmu ringan tubuhnya, jelas kakek itu punya kemampuan yang baik. Mereka tidak ada yang mengenal, kecuali Xu Qiao, akan tetapi pandangannya sudah terlalu kabur untuk melihat dengan jelas.

Si tinggi besar bercaping seketika memandangi Xu Qiao dan mengawasi dengan ketat, tidak ingin membiarkan gadis itu sampai lolos dalam keadaan hidup. Ia dan kedua kawannya tidak ada yang mendahului bergerak, kemungkinan khawatir si kakek akan bisa mengenali asal perguruan mereka jika sungguh saling gebrak.

"Siapa lagi kau?" si kurus yang menanya.

"Dua orang lelaki tua dan satu anak muda menindas perempuan yang terluka dan seorang anak kecil," Zeng Bai Feng berkata dengan santai, "eh, kalian berdua…." Ia seperti mengenal si tinggi besar dan si kurus bercaping, hanya sudah lama tidak bertemu, tidak bisa langsung menyebut nama keduanya.

Zeng Bai Feng masih berlagak berusaha mengingat-ingat ketika dua orang penunggang kuda datang dari arah lain, berpacu dengan kencang, menerjang ke arah mereka yang berada disitu, langsung menghampiri Xu Qiao dan Liu Xin.

Kedua penunggang kuda menarik tali kekang persis di samping mereka. Ringkikan keras terdengar. Xu Qiao dan Liu Xin mengenali penunggang kuda itu sebagai Yue Long Dai dan Han Bu Dian. Keduanya tidak memedulikan siapa yang ada di sekitar, Yue Long Dai mendahului menarik Liu Xin untuk duduk di belakangnya, kemudian kembali memacu kuda meninggalkan yang lain.

Han Bu Dian masih sempat melompat turun, menarik Xu Qiao ke dalam gendongannya sebelum kembali ke punggung kuda dan menyusul kawannya. Zeng Bai Feng melihat orang lain membawa pergi kekasih Jin Shui, ia hanya mengangkat alis sebentar, kemudian meraih Xiu-er kembali, meletakkannya di punggung kuda bersama Han Bu Dian untuk sekalian dibawa pergi. Gerakannya nampak sangat santai dan mudah, membuat kedua orang bercaping terlambat untuk memutuskan mengejar.

Zeng Bai Feng sudah menetapkan tiga aturan bagi diri sendiri saat meninggalkan Wansui Gu agar tidak menggunakan racun, tidak menggunakan tenaga dalam berkelahi dengan orang, dan tidak membunuh orang. Maka sebenarnya ia tidak ada niat berkelahi dengan siapa pun disitu, kedatangannya pun bisa dikatakan hampir terlambat.

Akan tetapi ia sudah mempersiapkan semuanya. Di tempat itu tiba-tiba sudah berdatangan puluhan ekor, bahkan ratusan ekor ular, merambat turun dari dinding tebing dan sudah merayap di atas atap tempat pemberhentian dan diantara dahan pepohonan. Kedua orang bercaping hendak melesat memburu Han Bu Dian dan yang lain, akan tetapi ular sudah melilit kaki mereka, merambat naik ke tubuh mereka dan bahkan ada yang menggigit, membuat keduanya mesti lebih dahulu bersusah payah menyingkirkan hewan-hewan itu.

Xun Qian Niu sudah menjerit-jerit melihat kedatangan begitu banyak ular, Huang Zhe menebaskan golok di tangannya dengan panik, keadaan mereka semua sungguh kacau.

Zeng Bai Feng menyelinap meninggalkan mereka, naik ke atas tebing dengan gaya yang ringan, meraih Zhou Yan Zi yang masih berada disitu dan membawanya menemui Jin Shui dan Huang Yu di atas sana. Jin Shui sudah berhasil melepaskan sendiri totokan Huang Yu, ia lekas berlari ke arah perginya Han Bu Dian yang lain, yang lain mengikuti.

Ada tiga tokoh yang berperan penting di episode ini :

1. Si Pembunuh Tengah Malam Lin Tong Tian.

Salah satu pemimpin tiga aliansi yang menghancurkan markas Yumen belasan tahun yang lalu, pemimpin organisasi Balai Tanpa Dendam yang juga ayah kandung si bandel Lin Ji Xuan. Terhadap Yumen dia tidak ada dendam pribadi, menghancurkan Yumen di masa lalu dan menghalangi kebangkitannya adalah demi negara.

2. Si Kalajengking Berbisa Zeng Bai Feng.

Majikan tua Lembah Panjang Umur dan guru Zhou San Gong. Orang tua ini sudah lama tidak pernah mengurusi urusan lembahnya dan sibuk menghabiskan waktu mencari obat untuk cucu murid kesayangannya, Yan Zi.

3. Si tinggi besar bercaping lebar dan kawan kurusnya.

Mereka kembali hadir, sekali ini dengan dua kawan baru : Huang Zhe, kakak kandung Huang Yu yang ingin sekali berguru pada mereka, dan Xun Qian Niu, perempuan sinting putri si kurus.

Bagaimana cara Jin Shui menyelamatkan Xu Qiao dan Liu Xin dari musuh utama ini saat dia sendiri juga masih terluka parah?

Xiaodiandiancreators' thoughts