webnovel

Cinta Pertama (Menjadi Nyata) pt. 3

⚠️WARNING 18+

Aluna mencoba tenang, ia menarik nafas dalam-dalam berusaha menjernihkan pikirannya. Dzeko sampai bersembunyi dibalik selimut seperti itu pasti karena sangat malu dan merasa bersalah padanya. Sebagai teman yang baik, Aluna akan berusaha memaklumi tindakan Dzeko tadi. Sebenarnya bukankah yang dilakukan Dzeko adalah tindakan alamiah? Seorang laki-laki tentu akan mengalami yang namanya masa pubertas (?)

"Hei! It's oke, Ko. Maksudnya Lo kan laki-laki dewasa yang pasti udah mulai memiliki ketertarikan seksual ke cewek. Lagian gue gak ngelihat apa-apa kok tadi, serius deh punya Lo kecil sampai gue gak bisa lihat". Lirih Aluna dengan wajah merona diakhir kalimatnya. Kecil apaan, orang Aluna lihatnya sampai teriak gitu karena saking gedhenya :')

Dzeko yang tak terima diledek seperti itu oleh Aluna pun, sontak menyibak selimutnya "Heh! Lo bercanda sekarang? Terus kenapa tadi Lo teriak kalau gak lihat apa-apa?". Tantang Dzeko. Aluna memutar bola matanya, ia memikirkan jawaban yang tepat untuk mendebat Dzeko.

"G-gue teriak karena shock Lo masturbasi sambil manggil nama gue. Emang apa sih yang lo bayangin sampai manggil-manggil nama gue?!". Dzeko memalingkan wajahnya karena malu, Aluna dalam hati merasa gemas dengan reaksi lelaki itu. "Siapa yang manggil nama Lo?! Eng-gak kok, Lo salah denger". Kilah Dzeko dengan bibir manyun.

"Duh... Gemesin banget sih reaksinya. Goda dikit boleh lah hihi". Batin Aluna licik. Perempuan itu lalu naik keatas ranjang dan mendekati Dzeko. Jarak mereka amat dekat hingga Dzeko tak bisa bernafas dengan benar. "L-lo mau apa?!". Dzeko mulai berkeringat. Ini masalahnya ia sedang mode needy, akan sangat berbahaya jika Aluna makin menggodanya. Kewarasan Dzeko hanya tinggal setengah, sisanya nyaris gila karena bagian pusat tubuhnya makin mengeras.

"Gue mau lihat wajah cowok kalau lagi needy, kasihan banget sih Lo. Kesakitan ya? Mau dibantu?". Goda Aluna menyebalkan sambil tersenyum mengejek. "Ya ampun, punya Lo keras banget". Dan dengan nakalnya perempuan itu menyentuh milik Dzeko yang mengeras dari balik selimut. Secara reflek Dzeko mendorong tubuh Aluna karena kaget dengan tindakan perempuan itu.

"Dzekooo... Lo pikir Lo bisa biarin gue jatuh sendiri". Aluna pun menarik baju dibagian dada Dzeko sebelum terjatuh dari ranjang. "Hati-hati Na...".

Bruk...

Untung saja Dzeko dengan sigap melindungi bagian kepala Aluna sebelum perempuan itu terjembab ke lantai. Alhasil Dzeko jatuh menimpa Aluna, kue yang dibeli perempuan itu pun hancur dan melumuri tangan Dzeko.

"Aaaaaaakkk... Punya Lo nempel di perut gue". Teriak Aluna heboh kala milik Dzeko menempel diperutnya yang terbuka karena bajunya sedikit tersibak keatas. Dzeko pun sontak bangkit dari posisinya dan kembali menutup bagian bawah tubuhnya dengan selimut. "Lagian Lo ngagetin aja, bisa-bisanya Lo nyentuh punya gue". Omel Dzeko namun tak berani menatap wajah Aluna.

"Hiks... Padahal gue korban pelecehan, tapi malah diomelin. Lo manggil nama gue pas lagi masturbasi, gue dijadiin objek fantasi kotor...". Rengek Aluna pura-pura sedih. Ia sengaja sih menggoda Dzeko, karena reaksi lelaki itu amat menghibur. "Heh! Bisa diem gak?! Gue gak ngelecehin Lo". Karena kesal, Dzeko mencengkeram pipi Aluna dengan tangannya yang penuh krim. "Ishhh... Tangan Lo!". "Oh... Sorry, sini gue bersihin". Dengan telaten, Dzeko mengelap pipi Aluna yang cemong gara-gara krim. Aluna pun diam saja sambil cemberut, manjanya mulai keluar.

"Lagian Lo kenapa ngomelin gue, kan gue ngomongin fakta. Emang apa sih yang lo bayangin pas lagi gituan?". Dzeko berdecak, ia kesal karena Aluna malah memancing dirinya lagi dan lagi. Padahal Dzeko tidak mau membahas hal itu lebih lanjut. "Bisa diem gak?! Gue gak suka Lo bahas itu lagi". Aluna tersenyum tipis lalu menarik tangan Dzeko, ia menjilat jemari lelaki itu yang penuh krim. "Tapi gue suka". Ujarnya nakal, Dzeko shock wajah lelaki itu makin panas dan merah.

"L-lo jangan suka mempermainkan perasaan gue. Pulang sana, jangan bikin gue berharap sama Lo". Dzeko memalingkan muka. Ia tidak mungkin menyerang Aluna ketika ada kesempatan seperti ini karena lelaki itu tahu mereka tidak memiliki perasaan yang sama.

"Lo yakin? Lo gak mau gue bantuin? Punya Lo makin keras tuh". Aluna menunjuk milik Dzeko yang makin terlihat menonjol dari balik selimut. Dzeko menatap Aluna dengan wajah datar -____- yang tadinya berusaha menjaga iman karena tidak mau menodai perempuan yang ia sukai, tapi gara-gara Aluna yang terus memancing maka Dzeko pun akhirnya mengabaikan batasan itu. Lelaki itu kini yang gantian mendekat kearah Aluna. "Kalau gitu lihatin punya Lo". Tantangnya. "Eh? Apa Lo bilang?". Tanya Aluna gugup. Malah Aluna gelagapan sekarang karena Dzeko balik menggodanya. Dzeko tersenyum miring lalu membisikkan sesuatu ke telinga Aluna.

"Lihatin punya Lo, biar kita impas". Aluna memejamkan matanya rapat-rapat lantaran merasa merinding. Jantungnya berdetak anomali, ia pun mulai merasa horny. Sial, pertama kalinya Aluna merasakan panas dingin seperti ini. "Bercanda Lo?! Gue gak mau". Tolak Aluna lalu mendorong dada Dzeko kasar. Dzeko berdecih, tuh kan makannya gak usah nantangin tadi. Lelaki itu mengambil jarak lalu kembali mengusir Aluna "Udah gue bilang, pulang Aluna! Lo kalau gak suka, jangan ngasih harapan kayak tadi ke gue. Please, berhenti mainin hati gue". Mohon Dzeko nampak sedih. Aluna terdiam, entah setan mana yang merasukinya perempuan itu kembali mendekati Dzeko dengan mata sayu-nya "Kata siapa gue gak suka? Gue suka banget... Eh?". Aluna pun membekap mulutnya sendiri karena merasa salah bicara. Astaga, jangan-jangan di lubuk hatinya yang paling dalam ia sebenarnya memiliki perasaan suka pada Dzeko tapi ia selalu menyangkalnya. Itu sebabnya dalam keadaan horny dan tak sadar seperti ini ia baru menyadarinya.

"Lo bilang apa tadi?!". Mata Dzeko membulat lalu menatap Aluna lamat-lamat. Ia tidak salah dengar kan tadi? Aluna bilang sangat suka?

Aluna panik, perempuan itu langsung memundurkan wajahnya "Gu-gue pulang dulu...". Perempuan itu hendak kabur namun Dzeko yang baru saja diberi sinyal dan harapan pun menahan lengannya. Dzeko menarik tangan Aluna sedikit kasar hingga perempuan itu jatuh didadanya, ia mulai mencium bibir Aluna.

Aluna melotot karena ini ciuman pertamanya, dengan sahabatnya pula. Dzeko memasukkan lidahnya dan mencium Aluna makin dalam. Aluna meremat kaos Dzeko erat-erat, perutnya seperti dihinggapi banyak kupu-kupu. Saliva menetes di ujung bibir keduanya, pertanda ciuman makin panas. "Kenapa Lo gak nafas, heum?". Kekeh Dzeko merasa geli sesaat setelah ia melepaskan tautan bibir mereka. Lelaki itu mengusap pipi dan bibir Aluna yang basah. " G-gue gugup, jadinya gak bisa nafas. Lo doang kali ya yang biasa aja, jahat!". Omel Aluna malu-malu sambil memukul dada Dzeko.

"Kata siapa? Gue gugup sama kayak Lo. G-gue juga suka banget sama Lo". Aku Dzeko kemudian, wajah keduanya sama-sama memerah. Jantung berdebar dan gugup tentu saja, akankah hubungan mereka segera diupgrade? "Ini beneran gue cuma nyium dia aja? Selanjutnya apa yang harus gue lakuin?". Batin Dzeko meronta. Ia menatap Aluna yang kini menunduk dengan wajah merah merona. Keinginannya untuk melakukan hal yang lebih pada Aluna makin menjadi, apalagi setelah mengetahui jika perempuan itu memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Eung... Sebelum makin jauh, gue mau tanya satu hal sama Lo". "Apa?". Sahut Dzeko cepat setelah Aluna bertanya. "Ada gak cewek yang Lo sukai di kampus, maksudnya yang bikin Lo tertarik gitu?". Aluna tentu mempertanyakan perihal rumor tentang Dzeko dan Baby yang katanya jadian dipesta perayaan mahasiswa baru. Dzeko tersenyum penuh arti lalu menjawab "Ada, lah...".

"Hah?! Jadi beneran ada?!". Aluna shock, Dzeko mengangguk lalu mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu. "Iyap...". Dzeko menjawab dengan tidak spesifik, tentu saja hal itu membuat Aluna salah paham. Berarti rumor itu benar? "Ahhh... Pasti cewek itu Ba...". "Gue tertarik sama Lo, Lo orang yang gue suka". Potong Dzeko sebelum Aluna selesai bicara. Mata Aluna membulat, "Hah?! Berarti rumor soal Lo jadian sama Baby itu gak bener?!". Tanya Aluna memastikan, Dzeko menarik sebelah alisnya karena tak paham dengan maksud perkataan Aluna.

"Emangnya ada rumor kek gitu di kampus? Kok gue gak pernah denger?". Dzeko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lelaki itu memang jarang bergaul dengan teman-teman di kampus, ia pun tipe lelaki cuek. Tak heran jika Dzeko tidak tahu jika ada rumor yang menyangkut dirinya. "Lo gak jadian sama Baby?". Tanya Aluna sekali lagi ingin mendapat jawaban yang memuaskan dari Dzeko. "Tck! Ya enggak lah, dari dulu sampai sekarang gue sukanya sama Lo". Dzeko hendak mencium leher Aluna namun perempuan itu menahan dadanya.

"Tunggu dulu, Lo buru-buru amat". Kata Aluna gelagapan. Jelas gelagapan lah, perempuan itu tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan hal yang mungkin akan terjadi itu adalah yang pertama bagi Aluna. "Tadi aja nantangin kayak gitu, sekarang pas diladenin minta nanti-nanti. Jangan becandain gue mulu dong Na". Dzeko menghela nafas panjang, ia sudah sekuat tenaga menahan diri agar tidak menyerang Aluna sebelum diberi ijin. Ia menyatukan dahi keduanya sembari menggenggam jemari Aluna.

"Ah... Apa Lo masih mikirin Mario? Lo gak bisa lakuin itu sama gue karena dia ya?". Tebak Dzeko, Aluna menggeleng tegas sebagai jawabannya. "Enggak! Gue gak suka dia". Sahut Aluna cepat. Jawaban Aluna membuat Dzeko puas, baguslah berarti tidak ada alasan untuk menunda kan? "Ya udah, kalau gitu jangan tahan gue lagi". Perlahan Dzeko merebahkan tubuh Aluna ke atas ranjang. Tangan lelaki itu menyentuh bagian kepala belakang Aluna lalu meletakkannya keatas bantal dengan hati-hati.

"Muka kita terlalu deket, Dzeko". Lirih Aluna malu-malu. "Gak akan panggil Koko?". Bisik Dzeko, lelaki itu mulai menjilat dan menggigit cuping telinga Aluna. Aluna memejamkan mata rapat-rapat, suara lenguhan mulai keluar dari bibir perempuan itu. Kemudian ciuman Dzeko turun dileher, sukses membuat bulu kuduk Aluna meremang. Perempuan itu mencengkram kuat-kuat ujung kaos Dzeko. "Gak akan panggil Koko? Heum?". Dzeko sengaja menggoda Aluna.

"Ahhhh... Koko...". Bibir Aluna mengatup rapat, jari Dzeko menelusup ke dalam celananya. Dibawah sana terasa lembab, Dzeko menyentuh disana. "Oh, Lo udah basah banget". Goda Dzeko membuat Aluna malu. "Gak! Gue gak basah". Dzeko terkekeh, ia tatap wajah malu-malu Aluna. "Lo bisa bohong, tapi tubuh Lo enggak". Dan setelah itu Dzeko memasukkan dua jarinya di dalam sana. Aluna berteriak, ini hal baru baginya. "Ahhh... Gila jari Dzeko masuk ke dalam, punya gue...". Batinnya. Aluna mati-matian menahan desahan karena ia malu jika harus mengeluarkan suara menjijikkan itu.

"Ini enak, tapi gue malu. Gue sebenernya gak suka, tapi Dzeko yang lakuin ini. Gak tahu lah...". Aluna terus berperang dengan pikirannya sendiri. Disatu sisi ia malu melakukan hal seperti ini bersama Dzeko, namun disisi lain ia tak bisa memungkiri rasa nikmat yang diciptakan lelaki itu dengan dua jarinya.

"Lo denger suaranya kan? Wahhh... Una Lo bener-bener horny ya". Goda Dzeko lagi dan makin mempercepat gerakan jarinya. "Gak Dzeko, enggak! Gue gak gitu". Omel Aluna karena malu. Tiba-tiba Dzeko menghentikan gerakan jarinya, jujur saja Aluna merasa kecewa. "Dzeko? Lo marah sama gue? Iya maaf, gue berhenti pakai jari...". Aluna kesal karena Dzeko mengeluarkan jarinya dari sana. Perempuan itu hendak protes tapi urung ketika Dzeko mulai menempelkan milik mereka.

"Tapi pakai ini". Dzeko tersenyum culas, ia memasukan ujung pedangnya dan hampir ia masukkan seluruhnya kalau saja Aluna tak mendorong pelan dadanya. "Tu-tunggu, ini kecepetan". Aluna jelas takut karena belum pernah melakukan hal sejauh ini. Iya sih ia pernah bilang jika ingin melakukan hal panas dengan kekasihnya dimasa depan, tapi gak secepat ini juga kali. "Coba rileks, gue bakal pelan-pelan". Bujuk Dzeko namun Aluna malah makin terlihat ketakutan. "Lo takut?". Dzeko menahan diri agar tidak memasukkan miliknya lebih dalam.

Ingin menjawab takut, namun Aluna tak sampai hati karena melihat Dzeko yang sudah needy sekali. Pasti rasanya sakit menahan itu, terlebih sejak tadi Aluna malah terus mengulur waktu. "Oke tenang Aluna, ini kan Dzeko yang ngelakuin. Gak apa-apa". Batin Aluna mencoba memberi sugesti pada dirinya sendiri. Aluna pun memejamkan matanya rapat-rapat lalu menggeleng "Gak kok, gue gak apa-apa". Meski mengatakan baik-baik saja namun ekspresi wajah Aluna tidak bisa bohong. Perempuan itu jelas ketakutan, Dzeko pun tak sampai hati jika harus memaksa Aluna.

Maka Dzeko perlahan menarik miliknya dan mengangkat dua kaki Aluna. Omong-omong entah sejak kapan celana Aluna berhasil dilucuti? Aluna sendiri pun heran karena tiba-tiba sudah tidak pakai celana. "Na, tahan kaki Lo kayak gini". Dzeko pun menjepitkan miliknya di paha Aluna yang menyatu keatas. Perlahan lelaki itu menggesekkan miliknya ke milik Aluna.

"Astaga, padahal Dzeko gak masukin itunya tapi kita kayak lagi ngelakuin beneran". Batin Aluna sambil merem-melek. Sekuat apapun Aluna berusaha menahan desahannya, tapi tanpa sadar suara laknat itu keluar juga.

"Shit! Ini enak banget, gue hampir gila karena gak bisa masukin dia. Tapi ternyata segini aja Aluna udah bikin gue keenakan". Dzeko berujar dalam hati. Lelaki itu makin mempercepat gerakannya. Dan suara desahan mereka menyeruak di dalam kamar. Mereka sama-sama masih memakai baju, hanya bagian bawah saja yang terbuka. Aluna memeluk erat leher Dzeko kala merasakan sesuatu di dalam sana akan meledak.

"Ko...". Rengek Aluna manja dengan wajah sayu. Dzeko yang tahu Aluna hendak menemui pelepasannya pun meraup bibir perempuan itu dan bergerak makin cepat. Ia juga hendak menemui pelepasannya, decapan dari bibir yang saling mencium itu terdengar makin keras dan menggila.

"Cum di muka atau perut?". Tanya Dzeko dengan suara terengah. "Pe-perut aja...". Jawab Aluna susah payah, desahan perempuan itu makin nyaring seiring dengan mengetatnya sesuatu dibawah sana. "Oke...". Dzeko mencabut miliknya lalu mengeluarkan cairan cinta diperut Aluna sesuai dengan permintaan perempuan itu. Carian cinta juga keluar dari milik Aluna. Perempuan itu menarik nafas panjang beberapa kali dan berusaha bernafas dengan baik. Jantung keduanya sama-sama menggila, energi terkuras habis.

Dzeko menautkan jemarinya di jemari Aluna lalu mengecup dahi perempuan itu. Dzeko tak menyangka jika cinta pertamanya akan menjadi nyata dengan cara seperti ini. Aluna yang sudah kelelahan pun langsung tertidur lelap, sementara Dzeko masih mencoba menormalkan deru nafasnya. Ia terkekeh kecil lalu memeluk tubuh Aluna erat-erat. Malam ini ia begitu bahagia...

***