webnovel

Crazy Love Of CEO

Hari pernikahan adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Sienna apalagi dirinya akan menikah dengan kekasih tercintanya. Sienna tersenyum senang begitu dirinya ingin keluar dari kamar hotelnya setelah dirias. Ia berjalan menuju lantai bawah hotel dengan mengenakan gaun pernikahannya tapi saat dirinya baru saja memasuki lift mendadak dirinya dibekap dari belakang dan matanya menutup saat aroma yang sangat menyengat tercium di indera perciumannya. Ketika sadar dirinya melihat bahwa ia sedang berada di aula pernikahannya dan semua keluarganya dan juga kekasihnya sudah diancam dengan senjata tajam agar tidak bergerak. Agar keluarga dan kekasihnya dibebaskan Sienna terpaksa menikah dengan pria yang bahkan ia tidak kenali sama sekali di hadapannya saat ini. "Kamu adalah takdirku dan akan aku pastikan kamu jatuh cinta padaku." Arga Bowie. Akankah Sienna jatuh cinta kepada pria  yang sama sekali tidak ia kenali?

noviaaryani · Urban
Not enough ratings
411 Chs

Rencana jahat

Samuel yang kesal memutar balik tubuhnya lalu ia menatap tajam Sienna.

"Sudah, aku mau keluar. Kamu beli saja makanan buat kamu sarapan," kata Samuel dengan wajah kesal lalu ia keluar dari apartemennya.

Sienna menutup wajahnya dengan telapak tangannya sambil terisak lagi.

"Kenapa dengan Samuel? Apa salahku? Apa aku tidak bisa membuatnya senang?" gumam Sienna sambil terisak.

***

Di Amerika, Arga yang belum berangkat ke tempat kuliahnya menatap langit-langit kamar. Bayangan Sienna menghampiri kepalanya saat ini.

"Sienna, kamu harus tanggung jawab. Kamu sudah membuat aku frustasi," geram Arga.

Arga bangkit dari ranjang lalu ia berjalan ke kamar mandi.

"Setiap kali aku membayangkan wajahmu dan tubuhmu, pasti milikku selalu tegang. Sampai kapan aku harus bermain solo? menyedihkan," gumam Arga.

Arga melepaskan celananya lalu ia menyalakan shower hingga membuat tubuhnya basah. Tangan Arga membelai miliknya sendiri sambil membayangkan Sienna berada di bawah tubuhnya saat ini.

"Sienna!" teriak Arga merasakan kenikmatan yang membuat dirinya berteriak.

Setelah mengeluarkan pelepasannya, Arga membersihkan tubuhnya.

"Aku harus segera mengurungmu, Sienna Reagan. Aku akan membuat kamu selalu mendambakan diriku bagaimanapun caranya," gumam Arga.

Tok tok tok

"Sayang, ini Mama. Mama boleh masuk?" tanya Reine.

"Iya, Ma. Masuk aja," jawab Arga.

"Sayang, kamu sudah bangun. Mama bawain kamu sarapan nih," kata Reine lembut sambil menaruh nampan yang berisi sarapan untuk Arga ke meja.

"Iya, makasih, Ma. Mama shearusnya tidak usah repot-repot, kan kita punya pembantu," balas  Arga.

"Mama lagi kangen banget sama anak Mama  yang paling ganteng ini. Kamu dulu kan suka sekali Mama yang masak," kata Reine.

"Iya, Ma. Ada yang mau diomongin lagi?" tanya Arga malas-malasan.

"Bagaimana kabar kamu hari ini? Apa kamh masih marah dengan Mama dan papa?" tanya Reine.

"Hmm," deham Arga. Ia malas sekali menjawab pertanyaan mamanya yang tidak penting baginya.

"Aku ingin sekali berangkat ke London, Ma," kata Arga dengan tatapan sedih.

"Sayang, anak Mama, Mama akan bilang ke papa kamu biar kamu kuliahnya online saja dan bisa segera menemui Sienna," balas Reine melihat tatapan Arga yang terlihat sedih.

Reine membawa Arga ke dalam pelukannya. Dia tidak bisa melihat Arga bersedih. Arga tersenyum licik di pelukan mamanya.

"Rencanaku berhasil juga. Sebentar lagi aku akan segera memilikimu my luv," gumam Arga.

Reine melepaskan pelukan pada putranya lalu ia menatap manik mata putranya.

"Kamu sekarang makan dulu ya. Papamu lagi istirahat di kamar, Mama mau membangunkannya dulu," kata Reine lembut sambil membelai pipi Arga.

"Papa sudah ke sini, Ma?" tanya Arga.

"Sudah, Sayang. Semalam papa kamu sudah datang ke sini," jawab Reine.

"Baiklah, nanti aku akan menemui papa setelah sarapan dan mandi," kata Arga dibalas anggukkan Reine tanda setuju.

Reine keluar dari kamar putranya. Sedangkan Arga yang di dalam kamar mengambil makanan yang ada di atas meja lalu ia memakan sarapannya dengan lahap. 

"Buatan mama tercinta memang selalu enak," gumam Arga.

Ting

Ponsel Arga berbunyi. Arga melihat pesan yang masuk dari Alex, asistennya membuat ia mengangkat sebelah alisnya. 

"Kerja yang bagus, Alex. Kita akan segera bertemu Sienna sayang. Kamu hanya milikku, tidak ada yang boleh merebutmu dariku," gumam Arga.

***

Di dalam kamar, Reine sudah membangunkan Roman. Reine dan Roman sedang berdebat soal putra mereka.

"Kamu ini jangan terlalu mempercayai Arga. Kamu tahu kan dia suka sekali drama demi mendapatkan apa yang dia inginkan," kata Roman.

"Tapi Mama bingung sama Papa, kemarin Papa terlihat mendukung Arga?" tanya Reine.

Roman mendengus malas. "Iya, memang aku mendukung Arga, Sayang. Aku tidak ingin masa depan putraku terbengkalai cuma gara-gara seorang gadis yang sudah mau menikah," balas Roman.

"Menikah?" tanya Reine.

"Iya, gadis itu akan segera menikah," jawab Roman.

"Tidak tidak, jangan sampai gadis itu menikah dengan pria lain, bukan dengan anak kita Pa," balas Reine panik.

"Kamu tenang saja. Papa sudah menyusun rencana, Papa akan membuat Siena Reagan bertekuk lutut di bawah kaki Arga," kata Roman dengan senyum liciknya.

"Maafin kelakuan ayah dan anak ini. Aku tidak mendukung rencana mereka sebenarnya, tapi aku tidak sanggup melihat putraku satu-satunya bersedih," gumam Reine.

Di depan pintu, Arga mendengar semua pembicaraan papa dan mamanya. Arga berjalan keluar dari penthouse. Tadinya dia ingin minta izin, hanya saja dia muak diperlambat segala urusannya, dia hanya ingin Sienna dan Sienna.

Reine yang sudah selesai berdebat dengan Roman berjalan bergandengan tangan dengan Roman. Mereka ingin menghabiskan waktu berduaan. 

"Ma, Arga kuliah hari ini?" tanya Roman mengernyitkan dahinya.

"Iya, Pa. Ada apa?" tanya Reine.

"Tumben itu anak tidak nemuin Papa, biasanya suka banget nemuin Papa buat tanya tentang gadisnya itu," balas Roman dengan nada mencibir.

"Anak Papa sendiri diejek," kata Reine sambil berdecak.

"Anak Mama juga ya, kan kita buatnya bareng," goda Roman.

"Apaan sih, Pa. Mulai deh nakalnya," balas Reine.

Roman memeluk Reine dari belakang, mengelitik leher Reine dengan hembusan napasnya.

"Papa, nanti ada yang lihat," rengek Reine.

Reine melapaskan pelukan Roman ketika melihat Bi Ina memasuki ruang tamu.

"Maaf, Nyonya, Tuan," kata Ina menunduk.

Ina merupakan pembantunya yang dibawanya ke Amerika karena hanya Ina yang mengetahui apa yang di mau oleh Arga.

"Iya, ada apa, Ina?" tanya Roman dengan wajahnya memancarkan amarah karena terganggu dengan kedatangan pelayannya.

"Pa sabar, Ina pasti ingin memberitahu hal penting," kata Reine lembut sambil membelai tangan Roman.

Roman menghelakan napasnya kasar. "jelaskan sekarang, Ina!" perintah Roman.

"Tadi Tuan Arga keluar dengan wajah yang marah, Tuan," balas Ina.

"Ada apa lagi dengan anak itu?" tanya Roman mendengus kesal.

"Mungkin Arga kesal karena kesiangan," jawab Reine berpikir positif.

"Semoga saja seperti itu," balas Roman.

***

Arga sudah di dalam mobil saat ini bersama dengan Alex asistennya. Alex melihat ke arah majikannya yang terlihat sangat marah.

"Maaf Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alex.

"Cari tahu keberadaan gadisku tinggal di mana dia sekarang. Kalau perlu kau cari tahu ke kakakmu atau aku akan membunuh kakakmu itu," jawab Arga dengan nada marah.

"Baik, Tuan. Sekarang kita mau ke mana?" tanya Alex.

"Hari ini aku tidak mood masuk kuliah, kau saja yang masuk kuliah," jawab Arga.

"Tapi tuan, kalau sampai dosen tuan tahu saya bisa diusir," balas Alex.

"Hahaha, kau lupa siapa aku. Tentunya aku sudah bicara dengan rektorku," kata Arga sambil tertawa terbahak-bahak membuat aura di sekitarnya seketika mencekam.

"Iya, Tuan. Saya akan menyamar menjadi tuan di kampus hari ini," balas Alex takut-takut.

"Apa lagi yang direncanakan tuanku?" gumam Alex.