webnovel

Part 3

"Bagaimana nak, Apa kata dokter?" Tanya Diana ibu dari Lingzhi.

"Lingzhi mengalami benturan di kepala serta tanganya yang retak, dan dia belum bisa mengingatku."

"Apakah ada gangguan pada otaknya?" Tanya Viktor sang ayah mertua.

"Kata dokter tidak ada masalah pada otaknya yah"

"Kalau tidak ada kamu tidak perlu khawatir."

"Benar Alden meskipun kami juga sedih, tapi Lingzhi hanya kehilangan ingatan beberapa tahun saja, ia pasti akan segera mengingat kita semua."

"Lalu bagaimana dengan pelaku tabrak lari itu?"

"Polisi serta anak buahku sedang menyelidiki hal itu ayah."

"Semoga segalanya bisa segera selesai"

"Sekarang lebih baik kamu pulang istirahat, sudah beberapa hari kamu tidak pulang dan istirahat dengan baik biar kami yang menjaga Lingzhi malam ini."

"Tidak Yah, aku tidak akan tenang bila meninggalkanya, lebih baik Ayah dan ibu saja yang pulang dan beristirahat."

"Baiklah kami pulang dulu, tolong jaga Lingzhi bila ada apa-apa hubungi kami."

"Baik Yah."

"Kami pulang jangan lupa makan dan istirahat, Ibu sudah bawakan makanan didalam harus dimakan. Kamu juga tidak boleh sampai sakit." 

"Baik bu, hati-hati dijalan."

"Huhf…" suara helaan napas terdengar, Letih lelah yang dirasa tak mengalahkan rasa penyesalan dalam hati seorang Alden.

Ia selalu terbayang akan kejadian yang menimpa sang istri.

"Bodoh… bagaimana bisa kau membiarkan kejadian itu terjadi didepan mata kepalamu sendiri Alden." Rutuknya dalam hati.

"Seharusnya aku bisa meraihnya."

"Atau setidaknya tidak membicarakan perceraian saat perjalanan keluar."

"Seandainya saja…, arhh dasar Kau alden"

Rasa bersalah terus menghantuinya hingga ia tiba di kamar inap Lingzhi.

Sekembalinya ke ruang rawat inap sang istri masalah justru bertambah.

"Oh… jangan lagi."

"Aldeeen! Apa yang kau perbuat pada cucu menantuku, lihatlah dia terluka lalu kapan aku punya cicit?"

" Pelankan suara kakek ini rumah sakit, mari bicara diluar."

Alden Yang langsung berbalik keluar membuat sang kakek semakin geram.

"Dasar cucu kurang ajar! Apa saja yang kau lakukan hingga Lingzhi seperti itu." Albert sang kakek memarahi Alden serta memukulnya dengan tongkat yang ia pegang.

" kakek hentikan."

"Kalau kondisi Lingzhi seperti itu lalu kapan kakek menimang cicit."

"Apakah kakek berkata seperti itu juga padanya?"

"Kenapa? Apa mungkin kau yang lemah?" Balas sang kakek meremehkan.

"Bukankah kakek sudah berjanji bahwa setelah keinginan kakek itu aku kabulkan kakek tidak akan mengekangku lagi. Jadi penuhi janji kakek." Setelah mengatakan itu Alden langsung meninggalkan Albert.

"Dasar cucu kurang ajar…!"

"Halo, Alex bagaimana? Sudah ada informasi?"

"Selamat malam tuan, kami sudah mendapat beberapa bukti, namun plat nomor dipalsukan, kaca mobil yang terlalu gelap ada kemungkinan kecelakaan ini direncanakan."

"Direncanakan?" Batin Alden bertanya tanya.

"Baiklah segera temukan pelaku, dan hubungi saya bila ada informasi sekecil apapun."

"Siap tuan."

"Direncanakan? Oleh siapa, jangan jangan dari musuhku?"

"Oh astaga kenapa aku selalu membawa kesialan saja untuknya?" Batin Alden yang  tengah merokok di rooftop rumah sakit. 

satu minggu kemudian Lingzhi akhirnya bisa kembali kerumah dengan rawat jalan.

Disepanjang perjalanan perasaan canggung dan was-was melingkupi pikiran Lingzhi.

"Apakah aku harus jujur sekarang? Tapi bagaimana kalau dia langsung menceraikanku?" Batin Lingzhi banyak pertanyaan, kekhawatiran serta bayangan adegan demi adegan dalam benaknya.

"Bagaimana pertemuan pertama kita?" Tanya Lingzhi memulai pembicaraan.

"Kita dijodohkan jadi tentu saja di acara perjodohan itu kita bertemu."

"Benarkah apa sebelumnya kita tidak saling mengenal? Mungkin… di masa kecil?" Tanya Lingzhi sedikit memberi umpan.

Namun apa daya umpan tak ditangkap.

"Tidak."

"Tidak?"batin Lingzhi, mengapa ia bilang tidak. Apa ia melupakan semua kenangan kita dimasa dulu? Atau…

Mereka kembali diam di sepanjang perjalanan dengan pemikiran masing masing, hingga  tiba di depan rumah.