webnovel

Cinta Yang Tersesat

Pernah merasa bagaimana sesaknya menyimpan rasa terpendam? Itulah yang dirasakan Erfian Satria atau biasa dipanggil Satria, anak kelas 2 SMA yang memiliki perasaan terpendam pada ketua OSIS, Arin Siskawati yang merupakan primadona di sekolahnya. Ingin mengungkapkan perasaan secara langsung tapi...tidak berani. Alhasil? Erfian memilih mengirim pesan lewat ponselnya. Sayangnya takdir memang nakal. Pesannya terkirim bukan ke pujaan hatinya! Melainkan ke Risa Ayu Widya, teman sekelasnya yang terkenal tomboi dan pemarah. Berawal dari salah kirim, berujung salah paham. Bagaimana bisa kau mengatakan kebenaran yang menyakitkan kepada orang yang menyukaimu? Apakah Erfian dapat jujur pada Risa dan mungkinkah benih" cinta muncul diantara keduanya?

NightDragonfly · History
Not enough ratings
30 Chs

Pergi ke panti asuhan

Setelah selesai berbelanja, kami kembali naik motor. Aku mengemudikan motor melewati jalan yang ditunjukkan oleh Ayu karena aku tidak tahu alamat yang kami tuju saat ini.

Di sebuah perempatan, kami berhenti ketika lampu sedang merah. Jalanan sangat ramai dan panas meskipun pagi hari masih belum berakhir. Banyak mobil yang berbaris rapi dan berdesakan dengan para pengendara motor yang mencari celah untuk terus maju.

Suasana ini membuat sesak napas, terlebih lagi asap kendaraan yang begitu mengganggu, membuatku merasa ingin segera pergi dari tempat ini.

Ketika aku sedang memeriksa sisi kanan dan kiriku, ada sebuah pemberhentian bus yang tidak jauh dari tempatku berhenti saat ini. Di sana ada beberapa orang yang sedang menunggu dengan sabar bus berikutnya.

Tapi ada satu gadis yang menarik minatku lebih daripada yang lainnya di sana. Dia memiliki wajah yang cantik dengan rambut sedikit kecoklatan yang terlihat alami. Dia mengenakan baju santai berwarna putih yang sepertinya sangat cocok dengan suasana yang panas.

Yah, kau tahu lah. Warna putih adalah sesuatu yang sulit menyerap panas dan dikenal lebih sejuk ketika diterapkan pada pakaian. Ada teori fisika di baliknya, tapi aku tidak akan membahasnya karena bisa sangat panjang dan rumit.

Aku sangat mengenal gadis itu. Bagaimana tidak? Dia adalah seseorang yang selalu aku pikirkan setiap pagi dan aku harapkan dalam setiap doaku.

Yap, dia adalah Arin Siskawati. Sepertinya dia ingin pergi ke suatu tempat hari ini.

Nah, ini adalah hari minggu, semua orang pasti memiliki rencana masing-masing untuk menghabiskan waktu cuti yang hanya ada sekali dalam seminggu ini.

Lampu merah berganti hijau, semua deretan kendaraan ini berlomba untuk melewati lampu hijau sebelum berganti merah lagi.

Ayu yang duduk di belakangku tiba-tiba mengetuk helmku. Aku berbalik dan menoleh ke arahnya, "Ada apa?"

Ayu menampilkan senyum cerah di balik kaca helm yang transparan, "Nanti lewat sana ya" sambil menunjuk pemberhentian bus yang aku lihat sebelumnya.

"Mau apa?"

"Cuma menyapa temen aja kok"

Aku tidak banyak protes, lagipula aku tidak memiliki hak untuk menolak permintaan Ayu. Dan aku sedikit tidak masalah dengan permintaannya.

Yah, sedikit.

Sekarang aku mulai berpikir… Bagaimana jika Arin melihatku yang sedang naik motor ninja dengan membonceng seorang gadis cantik seperti Ayu. Apakah dia akan cemburu?

Nah, aku sangat berharap seperti itu adanya.

Tapi aku tidak yakin bahkan Arin peduli padaku atau apa yang aku lakukan.

Ada yang bilang bahwa rasa cemburu disebabkan rasa cinta dan takut kehilangan. Aku akan sangat senang jika Arin merasa seperti itu, tapi itu hanya harapan yang sulit terwujud.

Mari kita lihat saja bagaimana reaksi Arin nanti. Ini membuatku sedikit tertarik untuk mengetahui perasaan sebenarnya Arin.

Kami melewati tempat pemberhentian bus dengan sedikit pelan. Ayu tiba-tiba melingkarkan tangannya padaku, tubuhnya menempel erat seperti perekat.

Ayu berteriak sedikit keras, "Rin, sampai ketemu nanti di panti asuhan. Aku duluan ya?"

Arin awalnya sedikit terkejut ketika dipanggil secara tiba-tiba, tapi dia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

…Hanya itu?! Apakah tidak ada reaksi yang lebih baik dari itu?

Tunggu… tadi Ayu bilang 'Sampai ketemu di panti asuhan?'. Yang benar saja, hari ini sepertinya aku mendapatkan kejutan yang tidak terduga.

Jadi Ayu dan Arin adalah teman yang sering pergi ke panti asuhan?

Sepertinya takdir senang bermain dengan hatiku saat ini.

Tunggu, mungkinkah ini bisa menjadi kesempatan untukku mendekati Arin?!

Tapi… jika melihat dari reaksinya yang biasa saja, sepertinya dia tidak memiliki perasaan apa pun padaku. Aku memang sudah mengetahuinya sejak awal, tapi tetap saja rasanya sedikit mengecewakan.

Apakah aku benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta padaku?

Sejujurnya, aku tidak yakin bisa melakukannya. Mengingat begitu banyak saingan yang jauh lebih baik dariku, keinginan untuk menjadikannya milikku terasa seperti angan-angan belaka.

Entah kenapa setiap kali aku ingin menyerah, aku teringat sebuah pribahasa Jawa. 'Witing tresna jalaran saka kulina,' yang artinya 'Cinta ada karena terbiasa.'

Jika aku ingin membuatnya jatuh cinta, aku hanya perlu untuk selalu ada untuknya dan selalu berada di sisinya. Tapi lagi-lagi ada rintangan dalam hal itu, yaitu perbedaan kasta.

Yah, aku sadar bahwa diriku yang berasal dari keluarga petani tidak cocok untuk bersanding dengannya. Secara materi, kami sperti langit dan bumi. Jika berbicara soal penampilan, wajahku hanya berada sedikit di atas rata-rata.

Ya, tidak terlalu tampan ataupun jelek. Lebih dari penampilan, aku memiliki hati yang tulus dan setia.

Bahkan kesetiaan itu telah diuji oleh sepeda milikku. Aku telah menggunakannya selama bertahun-tahun tanpa pernah berganti sekalipun.

Aku selalu mencari sesuatu dalam diriku yang biasa membuatku pantas untuk bersanding dengannya, tapi aku masih belum bisa menemukannya.

Apakah aku orang tanpa bakat?

Tidak, seharusnya aku tidak perlu terlalu berharap pada bakat. Apa yang aku butuhkan adalah kerja keras. Aku akan berusaha keras mulai dari sekarang untuk bisa menjadi laki-laki yang pantas untuk Arin.

Setelah lebih dari setengah jam perjalanan, kami akhirnya sampai di sebuah panti asuhan yang terletak sedikit jauh dari pusat kota. Kebanyakan waktu yang terbuang itu adalah karena jalanan yang ramai dan padat sehingga sangat sulit untuk melaju cepat.

Begitu kami tiba, banyak anak-anak yang keluar menyambut kami dengan senyum ceria. Mereka tampak akrab dengan Ayu dan menerima camilan yang dibawa Ayu dengan bahagia. Setelah itu kami masuk ke dalam bersama mereka.

Ada beberapa anak yang masih kecil, mereka sedang memperebutkan kotak coklat yang dibeli Ayu. Aku dan Ayu tertawa karena menganggap hal itu sebagai sesuatu yang lucu. Mereka masih anak kecil yang polos, anak kecil yang masih menyukai camilan manis seperti coklat dan bisa bermain sepuasnya tanpa tekanan dari beban hidup.

Ah, melihat tingkah lucu mereka membuatku rindu masa kecilku yang begitu banyak kenangan.

Dulu aku memiliki cukup banyak teman, tidak seperti sekarang. Seiring berjalannya waktu, masing-masing dari mereka saling berpisah karena berbagai alasan. Mulai dari keluarga yang pindah hingga beberapa pertengkaran yang masih berlanjut hingga sekarang.

Sekarang, hanya tersisa Ardi yang masih berada di sisiku. Aku merindukan teman-teman lamaku, entah kapan kami bisa berkumpul lagi seperti dulu.

Pengurus panti asuhan ini ikut menyambut kami. Dia adalah seseorang wanita yang masih terlihat sangat muda, sekitar umur 23 tahun aku pikir jika melihat dari penampilannya. Wajahnya cantik dan terawat, dihiasi dengan senyuman ramah yang selalu terpampang di wajahnya. Selain itu, dia mengeluarkan aura wanita dewasa yang bermartabat.

Jadi Inikah Tante dari Ayu? Aku bahkan sungkan untuk memanggilnya 'Tante'. Panggilan 'Kakak' sepertinya lebih cocok.