webnovel

4 konflik

"Jadi putriku pergi ke Paris sendirian dan kamu sengaja tidak menemaninya."tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari mulut ayahku dengan nada ketus.Dengan posisi terduduk dan memandang koran yang terbuka.

Aku menghentikan langkahku,saat ini lelah dan rasa cape melandaku karena hari ini dikampus banyak sekali tugas.Dan di saat yang tidak tepat pula lelaki yang selama ini jarang bersua denganku menimpas tiba-tiba disela langkahku.

"Aku tidak menemaninya karena kebetulan dikampus banyak tugas."jawabku datar dan masih tetap berdiri.

Ayah menutup korannya dan memandangku dengan tatapan datar

"Bukankah perjalanan ke Paris hanya butuh 1 Minggu dan tugasmu yang kau jadikan alasan itu seharusnya bisa kau selesaikan sepulang dari Paris."jawabnya datar

"papa aku..."aku berniat menyelanya

"Kau memang sengaja melakukannya."potongnya disertai tatapan tidak suka

"Apa maksud papa .….????"hardikku tak terima

"kau biarkan adikmu berlibur sendirian agar putri kesayanganku merasa bersalah karena bersenang-senang sendirian."tebaknya dan tetap memasang wajah tak suka

"....."bibirku terasa keluh tak bisa menjawabnya,tak habis fikir kenapa ayah bisa berfikir demikian dan memiliki prasangka yang ia tujukan padaku sejauh itu.Seburuk itukah dia menilaiku.aku menarik napas berat.Walaupun air mata ini tiba-tiba memaksa untuk keluar dari pelupuk mata ini namun aku tahan

"Benarkan tebakanku???...asal kau tahu adikmu bersusah payah meminta izin padaku agar kau bisa pergi bersamanya.Dia meminta nya dengan niat memberikan kebahagian untukmu karena dia tau besok adalah hari ulang tahunmu.Namun apa yang dia dapatkan darimu??? (menarik napas sebal)..kau memang tidak tahu terimakasih."sambungnya masih tetap dengan nada sinis.

"cukup papa ...cukup'' aku sedikit menaikkan nada sambil memejamkan mata ini

"Dalam hal ini mungkin aku telah membuat adikku merasa kecewa dan aku tidak menghargai niat baiknya (bernapas sesaat)Tapi apakah benar izinmu untukku pergi bersamanya hanya sebuah pengabulan dari permintaan putri kesayanganmu atau sebuah keterpaksaan saja?seingatku kapan papa peduli atau ingat ulang tahunku dan kapan papa memberi ucapan atau hadiah padaku?selayaknya yang sering diterima oleh adikku selama ini"belaku

"Jadi kau sudah pintar menjawab sekarang,apakah aku memberikan pendidikan yang layak dan tinggi hanya untuk menjadikanmu menjadi putri pembangkang.!!!!"tiba-tiba ayah naik pitam berdiri dengan emosi dan melempar koran ke atas meja.

Aku mundur dan terperanjat karena ayah melangkah dan menghampiriku serta berbisik pelan

"Jangan mengharapkan lebih dan bersyukurlah kau masih bisa berlindung di rumah ini."Diapun pergi meninggalkanku yang hanya bisa diam membisu.

Kakiku terasa lemah dan ku terjatuh duduk bersimpuh dilantai yang seakan mendingin karena suasana.Ku tutup mata ini dengan kedua mataku dan menunduk diiringi tangisan yang dari tadi ku tahan.Ruangan sepi ini seakan jadi saksi bahwa aku benar-benar sedih dan tersakiti.Dalam bathinku terus bertanya,apa salahku hingga ayahku selalu seperti itu.Disaat dia sibuk dia sengaja meluangkan waktunya menungguku hanya untuk menyalahkan ku karena tidak pergi menemani adikku Maya ke Paris

Tangisanku pecah karena tak dapat menerima kenyataan bahwa aku tidak pernah diharapkan dan selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari ayahku.perlakuan seperti ini seakan sudah menjadi makanan pahit disepanjang perjalanan hidupku.

"Sayang..sayang apa yang terjadi...???"tiba-tiba terdengar langkah kaki ibu dan menghampiriku serta memelukku

aku tidak bisa menjawab dan tangisanku semakin menjadi-jadi.

"Sudahlah,jangan kau fikirkan..hentikan tangisanmu ini sayang..jangan kau tanggapi apa yang telah papa lakukan.dia seperti itu karena banyak fikiran karena masalah diperusahaannya."lanjut ibuku setelah tangisanku mereda.Dia sudah menebak siapa yang membuatku menangis

"Ma..benarkah aku anak kalian..??"tanyaku tiba-tiba dengan air mata yang masih menetes dikedua pipiku

"Sayang kau anak kami,apa yang kau fikirkan?

buang jauh-jauh fikiran anehmu itu"jawabnya lembut sambil mengusap air mata yang mulai turun dari pipiku

"Tapi kenapa papa selama ini seakan..."selaku

"sudah..sudah ..sudah..(potongnya)sekarang istiratlah.kamu pasti cape.sayang kau putriku yang ku sayangi jangan pernah berfikir kau bukan bagian dari kami.kau putri mama..kau segalanya buat mama..''tepisnya dan membangunkanku kemudian membopongku ke kamar.

Sesampainya didalam kamarku,kamipun terduduk ditepi kasur saling berhadapan.Mama menyelipkan rambut panjangku dikedua sela telingaku dengan lembut dan mengusap sisa ai mata dipipiku.Dia menarik napas berat dan memandangku dengan tatapan penuh sayang.

"Kehadiranmu buat mama adalah anugerah.saat itu mama seakan tidak bisa hidup dan bernapas lagi.Kakakmu yang masih berajak 2 tahun meninggal mengenaskan menjadi korban penculikan.Mereka dengan tega membunuh kakakmu putra lelakiku tanpa ampun dan sadis(mama berhenti dan terlihat air mata mengalir dari pelupuk matanya)begitu lamanya mama mengalami masa-masa terpuruk,kelahiranmu memberikan kehidupan baru untukku.maka dari itu setiap tetes air matamu adalah air mata mama,sakitmu sakit mama.Kau adalah putriku segalanya bagiku."ceritanya dan langsung memeluk dengan lembut tubuhku.

Aku baru mendengarnya,ternyata begitu kejadiannya dan apakah mungkin ayah membenciku karena mama melahirkan anak perempuan setelah kematian putranya?

Tapi itu tidak adil bagiku.Tuhan sudah memberikan garis hidup setiap orang begitupun memiliki anak jelas tidak bisa memaksakan kehendak sendiri.Aku terlahir sebagai perempuan dan jelas tidak bisa ditukar menjadi seorang lelaki.Dan mengapa ayah sebagai manusia yang pintar tidak mengerti hal itu hingga tidak menerimanya.Apa ada hal lain yang tidak aku ketahui???

Memikirkannya pun serasa pening,aku tidak sampai hati untuk terus bertanya kepada ibu karena akan membuatnya bersedih.Saat ini hanya dia yang aku miliki dan hanya dia yang mampu membuatku bisa terus bertahan di rumah ini.Aku bertekad akan terus bertahan setidaknya sampai aku bekerja dan mampu memiliki rumah atau sekedar mengontrak.Itu harapanku yang selama ini aku angankan dan jalan satu-satunya bisa keluar dari rumah ini.

"Aku harus bertahan sampai waktunya tiba keluar dari rumah ini."bisikku dalam hati.