webnovel

Cinta Ilusi

Alena sibuk mengunyah kue-kue yang disodorkan suaminya. "Pelan-pelan, nanti tersedak" Kata Nizam sambil mengambil tisu lalu melap mulut Alena yang belepotan krim kue. "Mau lagi?" Kata Nizam sambil memotong kue red Velvet oleh ujung sendok kecil dan menyodorkan ke mulut Alena. Alena membuka mulutnya dan mulai mengunyah lagi.

Cynthia dan Pangeran Thalal jadi asyik nonton tingkah laku Nizam dan Alena. Mereka bagaikan anak remaja yang sedang kasmaran. Seakan mereka lupa bahwa di dunia ini mereka tidak hidup berdua. Ada orang lain disekitar mereka.

Cynthia memandang suaminya dan lalu Pangeran Thalal menjadi salah tanggap. Ia mengira kalau Cynthia ingin disuapi juga maka tangannya refleks mengambil sendok memotong kue dan menyuapkan ke Cynthia.

Tapi Pangeran Thalal langsung kaget karena reaksi Cynthia bukannya membuka mulut malah mengeram bagai harimau mengeram pada mangsanya. Tangan Pangeran Thalal jadi tergantung. Ia nyengir bagai kuda lalu memasukkan kue itu ke mulutnya sendiri.

'Apaan mau disuapin segala emangnya Ia Alena yang lagi hamil' Cynthia berkata dalam hati sambil masih mendelik ke arah Pangeran Thalal yang senyum-senyum melihat Kakaknya sibuk memperhatikan Alena.

Para gadis tampak semakin meleleh melihat Nizam menyuapi Alena. So sweet banget. Walaupun wajah Nizam tampak bagai air yang tenang tanpa ekspresi apapun tapi para gadis itu mengakui bahwa Nizam memang luar biasa tampan dan mempesona. Mereka jadi iri pada Alena dan ingin ada diposisinya.

"Mengapa banyak gadis begini. Perasaan cuma kita laki-lakinya" Pangeran Thalal jadi celingukan. Nizam mengedarkan pandangan matanya ke segenap ruangan. Memang benar ternyata kebanyakan anak gadis ABG. Nizam jadi tidak enak hati.

"Alena..memang grup band nya grup band siapa? pasti grup band alay. Mengapa banyak anak gadis remaja?"

"Aku ga tau pasti. Ga lihat juga tadi di depan bannernya. Pokoknya dari Amerika. Namanya juga Aku lupa lagi."

Nizam merasa tidak enak hati. Ia menatap para gadis yang sedang minum kopi dan makan makanan ringan itu terlihat antusias dan ketika MC tiba-tiba mengumumkan bahwa band inti segera muncul. Suara gemuruh dan tepuk tangan seakan menggetarkan hati.

"Inilah Band The East, dengan personel empat pria tampan. Edward vokalis, Harry Bas, Dean drummer dan Deny gitar dengan lagunya yang merajai hampir diseluruh tangga music dunia. "Cinta Ilusi" Kami persilahkan ke atas panggung.

Ketika keempat pemuda itu kemudian muncul kehadapan penonton. Dan para penonton kemudian tampak gegap-gempita mengelu-elukan mereka. Wajah Alena,Nizam dan Chyntia langsung berubah warna hanya Pangeran Thalal yang datar.

Nizam memandang Alena dengan penuh curiga. Matanya begitu tajam seakan mata elang yang hendak merobek mangsa. Terakhir kali bertemu Edward, Alena menangis di pelukannya karena kasihan. Sekarang Alena mengajak mereka untuk nonton grup band nya. Apa maksudnya ini?

Wajah Alena yang cantik langsung pucat pasi. Apalagi ketika kemudian suara Edward mengalun syahdu.

***

Cinta Ilusi

Ku berjalan di lorong malam yang gelap

Di tengah kelamnya malam tiada gemintang

Mencari ditengah api yang terpadam

Mencari setitik cahaya yang tersamar

Ku berjalan diatas gelombang pasang

Di tengah deru ombak yang menghantam

Mencari secercah sinar yang terbias

Mencari seberkas cahaya yang temaram

Hatiku luruh dalam desahan nafas mu

Hatiku terjatuh dalam hempasan rindumu

Ketika bintang jatuh dimatamu Aku bergemuruh

Ketika sutra terjerat rambut hitammu, ku terjatuh

pertama kali Aku mencinta

pertama kali Aku terluka

Cinta bagiku hanyalah Fatamorgana

Sebuah ilusi dalam bayangan

Aku hanyalah sebuah kubur cinta untukmu Alenaku Sayang....(*)

***

Suasana begitu hening ketika Edward menyanyi. Jeritan para gadis tak terdengar malah air mata yang membanjir membasahi pipi mereka.

Wajah Edward yang tampan tampak sendu. Matanya yang bagai zamrud berkaca-kaca membuat baper semua orang

Tak terbayangkan lagi murkanya Nizam mendengar syair lagu Edward. Siapa lagi gadis yang memiliki mata bagai bintang dengan rambut hitam tergerai yang dikenal Edward dengan nama Alena kalau bukan Istrinya.

Nizam seketika berdiri dengan wajah menakutkan. Alena langsung mengerut ketakutan. Cynthia ikut berdiri lalu mencekal tangan Nizam dan berkata ketika Nizam hendak menerjang maju ke arah Edward. "Duduklah...ini bukan Azura atau Amerika. Ini negara Alena. Hormati orang tuanya" Hingga akhirnya Nizam hanya berdiri menatap Edward dengan buas.

Pangeran Thalal yang dari tadi mencium aroma Kematian disekitar mereka. Menjadi ikut berdiri tidak paham apalagi kemudian melihat Alena menangis.

Edward sendiri begitu melihat Nizam berdiri langsung terkesiap. Wajah tampan itu akan begitu mudah dikenali oleh siapapun walaupun ditengah kerumunan orang karena Dia umpama dewa Yunani dalam keabadian yang tersesat diantara manusia yang hidup di alam fana.

Suaranya seketika berhenti. Edward berdiri tegak menatap Nizam dan mereka lalu saling pandang. Apalagi kemudian dia melihat Alena yang tertunduk dikursinya. Nafas Edward serasa terhenti, jiwanya bagai terbakar api. Teman-temannya langsung terheran-heran karena Edward berhenti bernyanyi dan hanya berdiri kaku.

Ketika pandangan mata teman-temannya mengikuti pandangan mata Edward. Mereka pun pucat pasi. Bagaimana bisa wanita yang begitu memporak-porandakan hati vokalis bandnya ada di sini. Bukannya mereka sedang ada di Azura. Aakh... betapa susahnya teman-teman Edward membuat Edward melupakan Alena walau itu suatu kesia-siaan.

Bagaimana tidak sia-sia karena Edward tidak akan pernah melupakan Alena. Bagaimana dia lupa kalau syair lagu yang sedang hits itu adalah lagunya tentang Alena. Dan sekarang Alena ada di depan mereka lengkap dengan suaminya, Nizam.

Herry memegang bahu Edward seakan ingin menenangkan hati Edward. Tapi Edward malah memberikan mic nya pada Deny yang ada disampingnya. Lalu tanpa bisa dicegah Ia berjalan bagai jasad tak bernyawa menghampiri Alena dan Nizam.

Mata Nizam semakin memerah ketika dengan beraninya Edward menghampiri mereka.

Seakan tidak melihat Nizam, Edward berkata,

"Alena..ya Tuhan Alena. Cintaku..apakah Nizam memperlakukan mu dengan baik. Bukankah kau hanya dijadikan salah satu Istrinya. Apakah Kau hidup tersiksa. Hidup lah dengan ku Alena..."

Belum selesai Edward berkata Nizam sudah tidak bisa menahan emosinya. Dan tidak dapat dicegah Tangan kanannya langsung melayang menghajar muka Edward. Edward seketika jatuh jauh terjerembab ke belakang dengan hidung berdarah.

Suasana langsung heboh. Para gadis berteriak ketakutan. Teman-temannya Edward langsung menghampiri Edward yang terjatuh. Tapi Edward berdiri kembali, sambil berlumuran darah Ia menghampiri lagi ke arah Nizam.

"Edward..Kau jangan gila..." Dean menahan tangan Edward. Tapi Edward malah menepiskan tangan Dean. Ia tetap maju ke arah Nizam. Dan Nizam bukanlah manusia yang punya belas kasihan, Begitu Edward mendekatinya maka pukulannya kembali melayang. Edward kembali terhempas kali ini pelipisnya robek. Suasana semakin ricuh..

Para bodyguard Edward langsung menghampiri mereka tapi mereka berhadapan dengan pengawal Nizam.

Cynthia langsung maju menghalangi Nizam yang terlihat maju untuk menghajar Edward kembali. Sebelah tangannya menahan dada Nizam sebelahnya lagi menahan Dada Edward yang sudah berdiri kembali.

"Please guys...wake up!! Apakah yang sedang kalian lakukan ini?"

"Dia mencari mati, Aku berikan apa yang dia cari" Kata Nizam sedingin es.

"Dia menyengsarakan dan mengurung belahan jiwa ku, Bagaimana Aku bisa hidup dengan tenang" Suara Edward terdengar menyedihkan. Airmatanya tampak mengalir bersama darah.

"Apa yang Kau maksud dengan menyengsarakan dan mengurung?" Nizam meradang bagai luka yang berdarah dikorek orang.

"Kau...tanyalah hati nuranimu. Berapa banyak air mata yang sudah Alena teteskan untuk mu. Aku bersumpah untuk setiap tetes air matanya Kau harus membayarnya..." Edward berteriak dengan murka. Mukanya kini mengerikan. Membuat Semua yang menatapnya bergidik ngeri.

Cynthia menatap Edward dengan heran. Darimana Edward tahu tentang kondisi Alena. Edward balas menatap wajah Cynthia. "Cynthia katakan... Katakan padaku apakah temanmu itu bahagia? "

"Dia bahagia.. sangat bahagia bahkan dia sedang mengandung anaknya Nizam. Berhentilah bertindak bodoh.. " Cynthia lalu berbalik karena dilihatnya Alena menggigil ketakutan. Ia lalu menggandeng Alena. "Ayo Alena kita pergi, mereka berdua hanya sekumpulan orang bodoh yang tidak mengerti apa itu cinta"

Alena mengikuti langkah Cynthia pergi meninggalkan Nizam dan Edward. Melihat Alena akan pergi Edward menjadi panik Ia berteriak lagi

"Jangan pergi Alena...Aku tidak perduli kau sedang mengandung...Akh" Edward terhempas terjatuh ke belakang karena Nizam kembali menghajarnya. Kali ini Pangeran Thalal langsung memegangi Kakaknya dengan kuat menariknya pergi. "Kakak sudahlah, Kasihan jangan buat Kakak Alena stress. Ayo kita pergi." Nizam begitu mendengar kata-kata adiknya langsung menurut dan mereka pun pergi mengikuti Alena.

Edward masih berteriak kalap melihat Alena pergi bagaikan anak kecil yang dirampas mainan kesayangannya. Ia sudah lupa dengan sekitarnya. Rasanya Edward ingin berlari mengejar Alena tetapi Ia dipegangi teman-temannya. Akhirnya Edward jatuh berlutut dan menangis bagai anak gadis. Lupalah kalau Ia laki-laki. Apalagi semua gadis ikut menangis. Arani, Ali dan Fuad saja diam-diam menaruh iba pada Edward Apalagi teman-temannya.

Arani yang biasanya setegar karang diam-diam menghapus air matanya yang muncul disudut mata..Ali dan Fuad tertunduk lesu. Tangisan Edward membuat hati setiap orang tercabik-cabik. Para bodyguard Edward langsung bergerak cepat mengamankan Edward.

Badan para bodyguard itu juga ternyata tidak berpengaruh pada suasana hati mereka. Menyaksikan betapa nasib Edward begitu mengenaskan hati mereka menjadi iba. Sambil mengamankan Edward mereka juga merasakan hatinya teriris-iris lalu ditaburi cuka.

****

(*) Syair lagu di ilhami oleh lagu Wings yang berjudul "Taman Rashidah Utama"