webnovel

Cinta Sang Lycan

SEKUEL KEDUA DARI CINTA SANG MONSTER. *************************** “Kekuatan jiwa dari para Guardian Angel akan bernafas di kehidupan baru dari anak manusia. Tiga Guardian Angel akan lahir ke dunia terrestrial dan sekali lagi, kalian bertiga akan menjadi pelindung mereka.” “Kau akan membuat kami menjadi budak dari makhluk lemah seperti mereka?!” Torak bertanya dengan tidak percaya. “Tidakkah dirimu takut kalau kami akan mematahkan mereka menjadi dua?” Para Guardian Angel itu sangatlah rapuh dan mereka, sebagai Lycanthropes, sangat tidak mengapresiasi segala bentuk kelemahan. “Tidak, kamu tidak akan melakukan itu.” Selene berkata dengan sangat sabar. “Kalian tidak akan menjadi budak mereka ataupun meyakiti para Guardian Angel, kalian akan menghargai mereka dalam hal apapun.” Tapi, suara Selene selanjutnya di selimuti dengan sebuah kebahagiaan saat dia berbicara. “Kalian tidak akan pernah menyakiti pasangan jiwa kalian.” ==== Ini adalah cerita werewolf dan Lycanthropes (dan sudah pasti fantasi)! Didalam cerita ini ada beberapa istilah yang merujuk pada dewa dan dewi yunani kuno. Kalau kalian suka membaca tentang fiksi makhluk supernatural pasti ada beberapa istilah yang tidak asing bagi kalian. Pertanyaan mengenai hal yang kurang jelas dan saran dapat ditulis di kolom komentar, sebisa mungkin akan author jawab. ************************ Update setiap hari Pkl. 13.00 wib. ************************ Meet me on instragram : jikan_yo_tomare

jikanyotomare · Fantasy
Not enough ratings
421 Chs

MEREKA MATI

Darah mengalir dari luka- luka yang Kace derita ketika dia berubah kembali wujud manusianya, sambil berjalan melewati mayat snake shifter yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.

"Aku sudah menyuruhmu untuk membunuhnya." Serefina mengulangi kata- katanya untuk ketiga kalinya, tapi kali ini suaranya tidak bergema di dalam kepala Kace dan sang lycan menghargai hal itu.

Karena terus terang saja, suara Serefina sangat mengganggu.

"Aku tidak akan membunuhnya jika aku bisa." Kace melepas kemejanya dan menyeka darah di bahunya yang terluka saat dia menggantinya dengan pakaian baru yang dia ambil dari dalam tas dari mobil.

Saat dia bertelanjang dada, orang bisa melihat Luka yang terlihat sangat parah, hingga merobek kulitnya tersebut, perlahan menutup dengan sendirinya.

Kemampuan penyembuhan Lycan memang luar biasa.

Luka semacam itu hanya akan bertahan beberapa menit saja sebelum kulitnya kembali seperti semula.

"Jadi, kau akan membiarkan dia menggigit tanganmu?" Serefina tidak menghargai keputusan Kace, meskipun dia telah mengetahui mengapa dia tidak ingin membunuh makhluk itu. Penyihir itu mengira alasannya sangat konyol.

"Aku bisa melumpuhkannya tanpa membunuhnya." Kace mengenakan kemeja hitam begitu lukanya berhenti mengeluarkan darah.

"Ya, aku bisa melihat bagaimana kau akan melakukan hal tersebut, kau beruntung karena kau tidak perlu kehilangan kepalamu lebih dulu sebelum aku memutuskan untuk membantu," Serefina berbicara dengan sinis. "Kau semakin lambat."

"Tidak ada yang bisa aku lakukan selama beberapa dekade terakhir ini dalam hidupku. Mungkin aku harus menjalani beberapa pelatihan lagi." Kace memastikan dia telah bersih sebelum dia mengulurkan tangannya untuk mengambil Hope dari Serefina. "Kehidupanku beberapa tahun terakhir ini agak membosankan."

"Itu karena kau selalu menghindari konflik." Serefina memberikan bayi itu kepada Kace dan Hope terlihat tertawa dengan gembira saat melihatnya.

"Mengapa aku harus repot- repot menghadapi masalah?" Kace mengerutkan kening, tapi itu tidak berlangsung lama, karena begitu wajah lucu Hope berada dalam pandangannya, senyum lebar tersungging di bibir Kace.

"Itulah mengapa kau tidak bisa menjadi Alpha." Serefina mendengus. "Kau terlalu lembut dan tidak tahu apa- apa."

Sebenarnya Kace tidak seperti ini sebelum perang besar terjadi, tetapi dia mulai bertindak seperti ini ketika perang itu berakhir. Mungkin adegan mengerikan dari perang berdarah itu ada hubungannya dengan perubahan perilakunya.

"Memangnya sejak kapan aku menginginkan untuk menjadi seorang Alpha?" Kace memadang penyihir itu dengan tatapan tidak setuju saat dia melemparkan kunci mobil ke arah Serefina. "Kau yang mengemudi, aku sedang terluka."

Karena kedua saudara laki- lakinya memimpin kawanan mereka sendiri di alam yang berbeda, Kace tidak menemukan dalam dirinya keinginan untuk memimpin sesuatu atau mengambil tanggung jawab besar atas banyak kehidupan.

Itu terlalu merepotkan dan menjadi seorang Alpha bukanlah pilihan baginya.

Serefina mengerang dan membuka pintu mobil saat dia duduk di belakang kemudi dengan gelisah.

Namun, setelah mengamankan Hope kembali ke kursi pengamannya, Kace tidak segera naik ke mobil saat dia memandang gadis, yang baru saja ia tolong, itu tanpa ekspresi.

Gadis kecil yang malang itu hanya berdiri beberapa meter jauhnya dari mereka, menatap bangkai snake shifter dengan matanya yang seolah tanpa emosi.

"Kau! Masuk ke mobil!" Kace menggeram pada gadis kecil itu saat dia menahan pintu di samping Serefina terbuka.

Baik Serefina dan gadis itu menatap Kace dengan mata lebar, ketidakpercayaan melintas di mata mereka, namun dengan perasaan yang berbeda.

"Cukup bagimu untuk membantunya! Jangan bilang kalau kau benar- benar ingin membawanya bersama kita!?" Serefina bahkan tidak peduli jika suaranya mencapai telinga gadis itu ketika dia mendekati mereka.

Well, sang penyihir sudah lama berhenti untuk mempedulikan apakah dia menyinggung orang lain atau tidak dengan kata- katanya.

"Aku akan membawanya bersama kita." Kace memberinya jawaban tegas sambil terus menahan pintu mobil terbuka.

Terlepas dari gadis itu mendengarnya atau tidak, dia tidak menunjukkannya di ekspresi wajahnya saat dia beringsut mendekati Kace.

"Masuk ke dalam mobil!" Kace menggeram padanya sekali lagi saat kerutan muncul di dahinya.

Begitu gadis itu berada di dalam mobil, dia buru- buru melilitkan seat belt dirinya, takut Kace akan berubah pikiran dan meninggalkannya sendirian karena tampaknya teman seperjalanannya ini tidak setuju akan keberadaannya.

Dia tidak ingin bertemu makhluk seperti itu lagi. Dia tidak berpikir bahwa dia akan dapat melarikan diri dari hal seperti itu lagi lain kali atau cukup beruntung memiliki seseorang yang membantunya tepat pada waktunya, seperti yang Kace lakukan.

"Aku tidak suka Kau bergabung dengan mobil ini." Serefina berkata dengan nada jijik, karena dia tidak bisa mengatakan apapun untuk membuat Kace berubah pikiran. Yah, dia terlalu mengenalnya untuk mengetahui fakta kecil itu.

"Jangan pedulikan aku." Gadis itu menjawab Serefina dengan singkat, dia bahkan tidak memandang penyihir itu di matanya. "Pria besar itu yang meminta aku untuk bergabung, jika Kau memiliki keluhan, Kau bisa memberitahunya."

Baik Serefina dan Kace mengangkat alis mereka pada komentar tajam gadis itu, dan saat itu juga mereka seolah kehilangan kata- kata.

Gadis itu tidak berpikir ada yang salah dengan caranya berbicara. Selama ini, dia membela diri dan mulai terbiasa membicarakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya tanpa memikirkannya dua kali.

"Kau memiliki keberanian yang luar biasa, Nak." Kace menyatakan.

Sebenarnya, dia tidak terlalu peduli dengan perilaku gadis tersebut, karena kejenakaan gadis itu mengingatkannya pada Serefina. Namun, penyihir itu tidak akan menganggapnya serius sama sekali.

"Bicaralah padaku seperti itu lagi dan aku akan mengusirmu dari mobil ini." Serefina menggeram dengan nada mengancam.

Gadis itu menatap Serefina, tetapi sebelum dia bisa mengatakan apapun, penyihir itu telah menjentikkan jarinya saat api biru muncul di ujung jari telunjuknya.

"Berhenti bertengkar kalian berdua. Ada bayi di dalam dan dia perlu tidur. " Kace mengerang saat dia mencoba yang terbaik untuk membuat Serefina menghentikan tindakannya untuk membakar gadis tersebut.

Lagi pula, Kace terluka karena menolong gadis ini dan jika Serefina memutuskan untuk menghancurkan gadis itu, maka semua usahanya akan sia- sia.

Serefina menganggap gadis reaksi diamnya sebagai tanda bahwa dia memahami posisinya dan menyalakan mesin.

Mobil menggeram ketika Serefina menghidupkan mesinnya dan mereka pergi ke arah tujuan awal mereka.

Sepertinya, karena apa yang baru saja terjadi, mereka dapat terlambat dari schedule yang telah diperkirakan.

"Siapa namamu?" Kace bertanya setelah dua puluh menit hening.

"Lana." Gadis itu berkata dengan segera, menyebutkan namanya dengan nada yang ringan.

"Kenapa kau sendirian di luar sana?" Kace memeriksa Hope dan membenarkan posisi selimutnya agar dia merasa hangat.

"Karena seluruh keluargaku sudah mati."