webnovel

26. Laporan bu Siti

"Kenapa lagi, Nis? Kok mukanya berubah gitu?” tanya Riri penasaran ketika melihat perubahan pada raut wajah Nisa, padahal sebelumnya ia nampak terlihat ceria, akan tetapi kini berubah lagi menjadi pias.

Nisa menyerahkan ponselnya kepada Riri dan Deden, memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan yang membuat wajahnya nampak tidak mood, isi pesan yang dikirimkan oleh Siti.

“Astaga, ini Bu Siti yang yang satu sekolah dengan Pak Dani itu kan?” Riri memastikan.

Nisa pun hanya mengangguk saja, ia sendiri bingung kenapa Siti malah mengirimkan pesan itu kepadanya, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak punya urusan. Deden hanya diam saja sebab memang dijelaskan bagaimana pun, ia tidak akan tahu.

“Memangnya kamu punya masalah sama dia? Duh, tapi dia itu sama julidnya tahu! Ikut campur aja urusan orang lain.” Riri bersungut-sungut, kesal juga kepada Siti yang juga memang ia tahu bagaimana watak wanita itu.

Nisa hanya menggelengkan kepalanya lagi, lalu berkata,

“Aku gak pernah punya masalah sama dia, tapi kenapa orang ini tiba-tiba aja ikut campur masalahku dengan Pak Dani, ya, seharusnya yang chat begini kan, Bu Rika, istrinya, bukan malah orang lain.” Nisa bertanya-tanya dalam hatinya.

“Kayaknya dia kelamaan jadi Jones (Jomblo ngenes) deh, Nis!” Riri kini menimpali seraya berkata sekenanya saja tentang Siti.

“Oh masih jomblo, toh? Dilihat dari photo profilenya tadi, dia sudah dewasa.” Kini Pak Deden ikut bicara, bertanya mengenai Siti.

“Iya, Pak Deden, memang usianya sudah 29 tahun, masih honor, dan masih jomblo juga, katanya sih gak ada cowok yang mau sama Bu Siti itu karena mulutnya pedes banget dan parahnya, pengin tahu urusan orang lain aja,” jawab Riri bersungut-sungut kepada Deden menjelasakan, nampak lelaki itu kini hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

“Itu artinya memang sudah sifatnya begitu, Bu Nis! Gak usah dihiraukan, abaikan aja orang seperti Bu Siti, justru biasanya semakin diladeni, malah akan semakin menjadi saja, jadi biarkan aja, gak usah dibalas chatnya, biar dia bosan sendiri,” tutur Deden memberikan saran.

“Iya, Nis, benar kata Pak Deden, gak usah dibalas chatnya Bu Siti, udah kurang ajar itu, atau mungkin jangan-jangan Bu Siti juga ada rasa sama Pak Dani?” Riri berbicara sekenanya saja, sehingga menjadikan Nisa terbelalak matanya.

“Ahh, yang benar saja! gak bakal lah. Aku tahu bagaimana tipe wanita Pak Dani yang ia suka, dia sukanya sama daun muda,” bantah Nisa.

“Iya, kan maksudku tadi bukan Pak Dani yang suka, tapi Bu Sitinya yang suka sama Pak Dani.” Riri meralat ucapannya kepada Nisa.

Nisa hanya diam saja, hening sejenak, ia tidak ingin memikirkan Dani lagi, apalagi dengan Siti karena memang sudah sepatutnya juga Nisa melupakan lelaki tersebut karena ia mau menikah dengan Reza.

“Udahlah, gak usah dibahas lagi! Gak perlu memikirkan masalah seperti itu yang gak ada untungnya buat kamu, Bu Nis!” Deden menimpali.

***

“Mas, kenapa kamu malah bohong aku lagi sih?” tanya Rika dengan nada tinggi dan tatapan tajam, sehingga Dani yang baru saja sampai ke rumahnya, tiba-tiba saja terperanjat, terkejut dengan sambutan dari istrinya tersebut.

“Kalau kamu memang udah gak mau denganku, ya sudah, kita udahan aja!” Rika semakin membabi buta saja, ia sudah kehilangan kendali sampai meminta untuk pisah segala dari Dani karena saking kesal dan marahnya, terus menerus dibohongi oleh suaminya.

“Loh, ada apa lagi sih, sayang? aku baru aja datang dari sekolah, kenapa kamu malah marah-marah begini?” tanya Dani masih bingung dengan apa yang terjadi kepada istrinya tersebut.

“Kendalikan dulu emosimu, sayang! taruk nafas panjang, lalu embuskan!” Dani malah meminta Rika untuk menghela nafas panjang, agar emosinya yang meluap itu bisa ia redam.

Rika pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh Dani untuk menghela nafasnya panjang, berulang kali, sehingga setelah istrinya itu nampak kelihatan lebih tenang, ia pun kembali bertanya kepada Rika.

“Coba jelaskan sama aku, kenapa kamu bisa marah-marah begini?” tanya Dani dengan nada lembut dan pelan, bahkan kini lelaki itu membelai lembut rambut Rika.

“Aku dapat chat dari Bu Siti kalau kamu ketahuan kirim pesan lagi sama Nisa paia ponsel Cika.” Rika menjawab dengan mata yang masih menuntut penjelasan kepada Dani.

DEG

Dani terkejut juga setelah mendengar penuturan dari Rika, bahwa ternyata ia dilaporkan oleh Siti atas apa yang ia lakukan tadi di ruang perpus. Entahlah, apa yang diinginkan oleh wanita itu kepada dirinya.

“Kenapa diam aja, Mas? Berarti benar kan? Apa yang dikatakan Bu Siti itu benar? Kalau kamu masih aja kirim pesan sama Nisa?” desak Rika lagi tak sabaran.

Dani menghela nafasnya terlebih dulu, sebelum akhirnya ia menjawab dan menjelaskan kepada Rika, agar istrinya itu bisa memahami dan mengerti dengan apa yang ia lakukan.

“Iya, memang benar dengan yang dikatakan oleh Bu Siti,” jawab Dani kepada Rika, sehingga kini wajah wanita itu semakin tajam saja tatapannya.

“Tapi tolong dengarkan dulu penjelasanku, sayang. Aku hanya memberikan selamat saja kepada Nisa, gak lebih, karena dia mau menikah dalam waktu ini.” Dani kembali menjelaskan.

“Lalu apa hubungannya dengan kamu, Mas?” tanya Rika lagi.

“Ya, aku hanya ingin memberikan selamat saja, sayang, dan juga ucapan selamat tinggal. Seharusnya kamu pun bahagia mendengar kabar Nisa mau menikah, karena itu artinya kami berdua sama sekali tidak akan pernah saling komunikasi lagi,” tutur Dani lagi dengan tegas seraya menatap wajah istrinya dengan penuh kelembutan.

Rika terdiam sejenak, mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Dani kepadanya mengenai berita pernikahan Nisa. Benarkah ia harus ikut bahagia mendengar kabar ini?

“Kamu serius kan gak bohong? Tapi kenapa juga kamu harus chat pake nomor Cika, aku gak suka, Mas! Padahal kamu udah janji, gak akan lagi berhubungan dengan dia.” Rika masih saja berontak.

“Iya, sayang, aku minta maaf, tolong maafkan aku, ya! Kamu tahu, kan kalau aku sangat mencintai kamu, aku gak mau buat kamu marah lagi,” ucap Dani seraya memeluk Rika dengan erat, dan wanita itu kini sudah berada di dalam pelukannya.

“Kalau cinta gak akan pernah main-main dengan wanita muda di sana, Mas!” Rika membantah pernyataan Dani.

“Iya, sayang, maaf, maaf.” Dani meminta maaf lagi, lalu melepaskan pelukannya, dan menatap lekat wajah istrinya yang memang cantik sekali.

Lelaki itu kini mendekatkan wajahnya pada Rika, rika yang diperlakukan demikian oleh suaminya, hanya diam saja, pasrah. Rika pasrah, bahkan menikmati ketika Dani mendaratkan bibirnya pada bibir Rika.

Keduanya kini terlibat dalam ciuman panas, saling menukar saliva, bahkan birahi keduanya pun kini sudah sama-sama bangkit,terlebih dengan tangan Dani yang memang tak ia biarkan diam.

Seraya menikmati ciuman itu, Tangan Dani bebas bergerilya, menyentuh lembut bagian dada Rika, sehingga menjadikan pemiliknya melenguh, mendesah. “Aaahhh, Mas.”