webnovel

Seperti Itu Ternyata

Rebecca berjalan dan membuka pintu ruangan kerjanya, pagi ini Rebecca sudah mulai bekerja dan itu adalah keputusan Radit sendiri.

Rebecca mengernyit ketika melihat meja dan kursinya tidak ada disana, padahal kemarin ketika Rebecca memasukinya, lengkap dengan kursi dan meja juga.

"Kemana, kok tidak ada ya, perasaan kemarin ada"

Rebecca lantas berjalan menuju ruangan Radit untuk bertanya apa yang membuatnya bingung saat ini, tidak mungkin kalau Rebecca sampai salah masuk ruangan, karena baru kemarin Rebecca melihat ruangan tersebut.

"Permisi, pak Radit kenapa di ruangan saya tidak ada lagi meja dan ...."

Rebecca tidak melanjutkan kalimatnya ketika kedua matanya melihat kursi dan meja miliknya, berada tepat disamping meja Radit.

"Kamu yang bialng kan kalau kamu butuh bimbingan untuk beberapa waktu ke depan ?"

"Iya, tentu saja itu benar"

"Ya sudah, saya tidak mau buang-buang waktu untuk bolak-balik ke ruangan kamu, kalau memang kamu ada pertanyaan, kamu tinggal nengok saja kalau kamu ada disini"

Rebecca mengangguk, sepertinya ada benarnya juga apa yang dikatakan Radit itu, Rebecca juga tidak perlu ragu untuk memanggil Radit keruangannya untuk sekedar bertanya, karena ternyata sekarang Radit dengan baik hati mau satu ruangan dengan Rebecca.

"Untuk apa diam disitu, kamu lupa dengan jadwal bekerja kamu hari ini ?"

"Tidak, mafkan saya"

Rebecca lantas masuk dan berjalan ke tempatnya, duduk disana dan mulai membuka berkas pekerjaannya.

"Hati-hati, jangan sampai ada yang salah"

"Saya usahakan pak"

Radit mengangguk tanpa melirik Rebecca sedikit pun, Rebecca juga tidak masalah dengan itu, biarkan saja Rebecca juga masih bisa untuk pekerjaannya saat ini.

Mereka fokus ke layar laptop masing-masing, tanpa melakukan perbincangan apa pun juga.

Rebecca memang diberikan laptop untuk bekerjanya, karena jika memakai komputer akan sulit untuk memindahkannya seperti sekarang.

"Lihat baik-baik kalau tidak salah dua hari lagi saya ada meeting diluar, awas jamnya salah"

"Iya pak"

Rebecca mengangguk, menjawab kalimat Radit tanpa harus mengurangi fokusnya.

Radit sempat melirik Rebecca sekilas, tapi tidak berniat untuk mengajaknya berbicara satu kata pun.

Radit membiarkan Rebecca fokus dengan pekerjaannya, ini adalah hari pertanya jadi Rebecca harus benar-benar fokus agar bisa cepat mengerti dengan semuanya.

----

Berbeda dengan Radit yang sedang sibuk, Rian justru sedang santai di ruangannya, hari ini Rian tidak ada pekerjaan, Rian hanya menunggu waktu meetingnya saja.

Rian sibuk dengan ponselnya, seperti sedang di kamar sendiri, Rian melupakan jika dirinya tengah ada di Kantor.

Itulah Rian, dia akan fokus dengan satu yang tengah dikerjakannya saja, tidak pernah berubah memang.

Rian selalu suka dengan apa yang dikerjakannya, dan selalu fokus dengan hal itu.

"Permiai pak, saya mau berikan berkas ini, bapak hanya perlu menanda tanganinya saja"

"Apa itu ?"

"Ini berkas yang diberikan oleh Jihan, dan katanya harus dikembalikan dengan cepat"

"Baiklah, mana bawa kesini"

Dian melangkah dan memberikan berkasnya, membiarkan Rian menanda tanganinya karena memang ada beberapa lembar.

"Cuma satu, ini saja ?"

"Iya pak, memang hanya itu saja"

Rian menutupnya dan mengembalikannya pada Dian, urusannya dengan Rian hanya itu saja, dan Dian juga segera meninggalkan ruangan Rian.

Rian kembali fokus pada ponselnya, berkutat disana dengan begitu serius.

Entah apa yang dilakukannya dengan posel itu, tapi sepertinya Rian enggan berpaling meski hanya sebentar saja.

Sesekali mulutnya terlihat seperti mengatakan sesuatu, tapi entah apa karena memang tidak ada suara dan pergerakannya pun sangat cepat.

Rian melihat jam ditangannya, waktu meetingnya masih lumayan lama.

Rian lupa kalau hari ini pekerjaannya hanya sedikit saja, kalau ingat tentang itu sudah pasti Rian akan datang hanya saat jam meeting saja.

Sekarang Rian sudah terlanjur datang, untuk pulang pun rasanya tidak mungkin, karena hanya akan membuatnya lelah saja.

Rian memejamkan matanya sesaat, menyimpan ponselnya dan membuka laptopnya.

Rian teringat dengan Rebecca, kemarin malam Radit mengatakan kalau Rebecca sudah mulai bekerja.

Apa Rebecca bisa mengerjakan semua yang diperintahkan Radit, dan apa Radit mau memberikan Rebecca bantuan atas apa yang menjadi kesulitannya ketika bekerja.

Rian menggeleng, untuk apa juga Rian memikirkan semua itu.

Biarkan saja mereka dengan urusan mereka sendiri, dan Rian juga dengan urusannya sendiri.

Rian bisa bertanya saat pulang Kantor nanti, bukankah jika seperti itu waktu bicaranya pun akan semakin lama.

Rian bisa bertanya banyak pada Rebecca atau Radit, tentang hari pertana Rebecca bekerja bersama Radit.

Semoga saja Rebecca tidak dibuat kesal oleh abangnya itu, karena kalau sampai itu terjadi.

Rebbeca pasti akan kesal, Radit memang selalu membuat kesal sekretarisnya.

Mungkin itulah sebabnya kenapa tidak ada yang betah jadi sekretaris Radit, Rian sudah bosan mendengar Radit membuka lowongan pekerjaan untuk jadi sekretarisnya.

Sekali pun dapat pasti tidak lama, mereka akan mengundurkan diri saking pusingnya dengan Radit.

"Semoga saja kamu betah ya Ca, maafkan abang kalau dia membuat mu pusing"

Rian mengangguk, semoga saja seperti itu, karena untuk bekerja di Kantor Rian, justru Rian sendiri yang merasa keberatan dengan lowongan yang ada.

Rebecca memang tidak punya pengalaman bekerja, tapi bukan berarti harus jadi tukang bersih-bersih juga.

Kalau memang masih ada posisi lain yang memang lebih bagus, kenapa tidak untuk Rebecca mencobanya terlebih dahulu.

Nyaman atau tidak, akan Rebecca rasakan sendiri, dan kalau memang nyaman tentu saja Rebecca akan sangat beruntung karena semudah itu berada diposisinya saat ini.

----

"Makan siang dulu, Ca"

"Baik pak, sebentar saya keluar"

"Ya sudah, duluan ya"

"Iya pak"

Radit keluar meninggalkan Rebecca sendiri di ruangannya, semoga saja Rebecca tidak mengalami kesulitan apa pun ketika Radit sedang tidak ada.

Karena Radit selalau makan diluar Kantor, dan Rebecca akan kesulitan untuk mencari keberadaan Radit.

Rebecca mengusap wajahnya, rasanya lega karena Radit tak lagi ada di ruangan bersamanya.

Sejak tadi Rebecca merasa tidak tenang bekerja ditemani oleh Radit, Rebecca jadi merasa lebih canggung lagi bekerja harus diawasi seperti itu.

Mungkin Rebecca akan minta agar ruangannya kembali di pindah saja, sejak tadi Rebecca juga tidak mengalami kendala apa pun.

Rebecca mengerjakan semuanya sendiri, dan kalau memang bertanya, itu pun tidak terlalu sering.

Dan kalau pun memang Radit enggan datang ke ruangannya, biarkan saja Rebecca yang akan datang menemui Radit.

Mungkin itu akan membuat Rebecca lebih tenang ketika bekerja, tanpa merasa diawasi berlebihan.

Rebecca akan semakin mudah menjaga fokusnya jika sendiri, Rebecca mengangguk.

"Akan ku coba untuk bicara padanya nanti, semoga saja pak Radit mau mengerti dan mau mengizinkan ku kembali lagi ke ruangan yang kemarin saja"