webnovel

Apa-apaan ini ?

"Bu, aku pergi ya"

"Kamu sendiri ?"

"Iya sendiri, ayah mana ?"

"Udah pergi tadi"

"Oh .... ya udah nanti ketemu malam aja"

"Hati-hati ya, semoga lancar"

"Amin"

Rebecca berlalu setelah berpamitan pada Diah, hari ini Diah berencana libur jualan.

Diah hanya ingin menggu suami anaknya pulang saja, semoga mereka berdua datang dengan membawa kabar yang mebahagiakan.

----

Rebecca telah berdiri di halaman Kantor yang di maksud oleh Rian, menurut lokasi yang dikirimkan Rian semalam, memang benar kalau itu adalah tempatnya.

Rebecca menarik dalam nafasnya dan menghembuskannya perlahan, semoga dan semoga, Rebecca berharap kalau kali ini dirinya akan benar-benar mendapatkan pekerjaan.

"Permisi, selamat pagi bu"

"Iya selamat pagi, mau cari siapa bu ?"

"Saya mau ketemu pak Rian, bisa ?"

"Apakah sudah ada janji ?"

"Sudah, katakan saja dari Eca"

"Eca, baik sebentar saya sambungkan"

Rebecca tersenyum dan mengangguk, sementara menunggu komfomasi dari Rian.

Rebecca memperhatian sekitarnya, luas sekali dan banyak orang yang bekerja disana.

Penampilan mereka ok semua, memang pas untuk seorang pekerja kantoran.

"Silahkan bu, sudah ditunggu di ruangannya"

"Oh iya .... emmm dimana ya"

"Silahkan naik ke lantai 3, nanti ada ruangan manager, ibu bisa masuk kesana, tidak jauh dari lift"

"Oh, ok makasih ya"

"Silahkan"

Rebecca lantas berlalu untuk menuju ruangan Rian, lantai 3 lumaya dekat dan tidak butuh waktu lama untuk sampai kesana, karena memang ada lift yang akan mempersingkat langkahnya.

"Lantai 3, manager .... ini sih"

Rebecca mengetuk pintu di hadadapannya, lanyss masuk setelah dipersilahkan masuk.

"Permisi"

Rian menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Rebecca.

"Eca, ayo masuk, silahkan duduk"

"Terimakasih"

Rian mengangguk dan membiarkan Rebecca untuk duduk terlebih dahulu.

"Kamu bawa kelengkapan lamarannya kan ?"

"Bawa, ini silahkan"

Rebecca memberikan apa yang sempat diminta Rian semalam, Rian membukanya dan membacanya dengan teliti.

Memang tidak ada catatan pengalaman bekerjanya sampai saat ini.

"Ca, kamu kalau jadi sekretaris mau ?"

"Hah ?"

Rebecca mengernyit, pertanyaan macam apa itu, kenapa harus dipertanyakan, tentu saja Rebecca mau.

Jabatan itu bukankah sangat bagus, siapa pun pasti menginginkannya.

"Mau atau tidak"

"Jadi sektretarisnya pak Rian ?"

"Pak Rian"

Rian tertawa mendengar ucapan Rebecca, untuk apa memanggilnya bapak, bukankah mereka sama saja.

"Ya kan manager dong"

"Apaan lebay"

"Jadi ?"

"Bukan disini sih, tapi di Kantor abang ku, gak jauh dari sini kok"

Rebecca terdiam, abang .... siapa dia, Rebecca hanya tahu Rian saja.

Kepercayaan diri Rebecca menghilang begitu saja, kenapa harus melibatkan orang lain.

"Gimana, mau .... kalau mau aku antar sekarang kesana"

"Kemana ?"

"Ke Kantor abang ku"

"Kenapa gak disini sih, katanya disini bisa"

"Memang bisa tapi udah ada yang isi ternyata, yang ada sekarang tinggal buat bersih-bersih"

"Ya udah gak apa-apa, itu aja udah"

"Kenapa, ngaco nih, lebih bagus jadi sekretaris loh"

"Enggak, aku takut nanti disana ditolak"

"Aku sudah cerita semalam sama bang Radit, dan katanya kalau memang disini gak bisa, aku bisa antar kamu kesana, nanti kamu bekerja sama bang Radit dia baik kok cuma.sedikit rewel aja"

Rebecca kembali diam, kenapa sekarang Rebecca malah jadi takut.

Kemapa harus ada penawaran seperti ini, bukankah Rebecca sudah mengatakan kalau tidak akan mempermasalahkan pekerjaannya.

"Ok ya, ayo aku antar kesana"

"Gak usahlah, aku disini aja, gak apa-apa jadi tukang bersih-bersih juga"

"Aku yang gak enak, nanti aku diprotes Hans"

Rebecca berdecak, apa lagi ini, kenapa harus membawa Hans juga.

"Udah ayo, kalau memang kamu gak cocok sama bang Rian, kamu boleh balik kesini"

"Serius ?"

"Iya, ayo ah, aku ada rapat sebentar lagi, kamu jangan buat aki terlambat"

"Ya udah"

Rian mengembalikan berkas yang dibawa Rebecca tadi, keduanya lantas bangkit dan keluar ruangan.

Rian memang selalu gerak cepat untuk hal apa pun, semua harus selesai dengan cepat selagi Rian mampu mengejarnya.

Keduanya kelaur dari lift, Rebecca merasa panik sekarang, akan seperti apa nanti tanggapan abangnya Rian saat bertemu dengan Rebecca.

"Febi, saya mau keluar sebentar, kalau ada yang datang suruh tunggu di bawah ya"

"Baik pak"

Rebecca tersenyum sekilas pada wanita itu, dan menyusul langkah Rian.

"Ayo masuk"

"Iya"

Setelah siap, Rian melajukan mobilnya menuju Kantor Radit.

Rian memang tidak memberi tahukan tentang hal ini pada Radit, tapi Rian yakin kalau Radit akan bisa menerima Rebecca disana.

Memang benar, segala sesuatu harus diusahakan terlebih dahulu.

Kalau memang mereka tidak cocok, maka tidak apa Rebecca bekerja sebagai OG di kantornya.

Tapi sekarang biar Rebecca mencoba dulu menemui Radit, karena tempat yang dibutuhkan Radit sangat bagus.

Rebecca akan lebih cepat bisa merubah kehidupannya, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan apa pun diantara mereka.

Hingga sampai di Kantor Radit pun, keduanya tetap saja terdiam.

"Pak Rian"

"Pak Radit"

"Ada, baru saja sampai"

"Ok, ayo"

Ucap Rian pada Rebecca, berbeda dengan ruangan Rian yang berada dilantai atas.

Ruangan Radit justru ada dilantai bawah, mereka bisa cepat sampai kesana.

Rian membuka pintunya langsung dan mengajak Rebecca untuk masuk, Radit melihat keduanya bergantian.

"Bang"

"Ada apa ?"

"Ini loh"

Rian meminta Rebecca untuk duduk, Rebecca mengangguk lantas duduk dihadapan Radit.

"Siapa ?"

"Eca, yang semalam aku cerita"

Radit terdiam menatap wanita di hadapannya, hal itu membuat Rebecca tidak bisa tenang berada di tempatnya.

"Disini saja ya bang, soalnya di tempat ku sudah ada yang isi"

"Heh .... kan udah dibilang disini butuhnya untuk jadi sekretaris"

"Aahh ribet, udah coba aja dulu, lihat nih kelihatan kan Eca ini pintar, udah percaya aja"

Radit mengernyit dan kembali melirik Rebecca, bagaimana bisa Radit pervaya begitu saja dengan apa yang dikatakan Rian.

"Ya .... coba ya"

Radit berdecak, jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi, tidak enak juga kalau menolak dihadapan orangnya langsung.

"Kasih Ca, berkasnya"

Rebecca memberikan apa yang tadi sempat diberikan pada Rian, Radit menerimanya sama seperti Rian tadi, Radit juga membuka dan membacanya.

Rebecca melirik Rian yang tampak tersenyum padanya, bisa sekali Rian tersenyum padahal Rebecca tengah panik sekarang.

"Bagaimana bang, bisa kan ?"

"Bisa kan bisa kan, udah sana balik ah"

Rian tersenyum dan menepuk bahu Radit, memang kakak yang paling mengerti adiknya.

"Ok, aku balik, terimakasih"

Rian berlalu begitu saja meninggalkan keduanya, Rebecca dengan cepat bangkit dan memanggil Rian untuk menghentikan langkahnya

"Tenang saja Ca, bang Radit baik, hanya sedikit rewel saja, tapi pasti aman kamu disini"

Ucap Rian seraya keluar dari ruangan, Rebecca memejamkan matanya sesaat, dan kembali duduk dengan senyuman bingung untuk Radit.