webnovel

kabut di bawah air terjun

pagi ini, adalah pagi yang cerah di mana semua anak kuliah akan terbebas dengan suara bising kendaraan yang lalu lalang di kota, penjelasan dosen yang membosankan, serta tugas kuliah yang orang merasa bahwa kuliah itu membosankan. akhirnya liburan semester pun tiba, saatnya mengunjungi tempat tinggal nenek di sebuah desa yang di berinama desa batu raja rejang. di desa itulah biasanya adia berlibur sekaligus menenaangkan fikirannya. terlepas dari tugas kuliah dimana ia adalah salah satu mahasiswi tingkat akhir yang harus pusing menghadapi skripsi.

" hahhhh akhirnya libur juga nggak sabar deh, rasanya ingin cepat-cepat sampai desa nenek tercinta" dengan rasa gembira sambil mengahayal pemandangan dan suasana desa yang dimana terdampar areal persawahan yang terbentang luas. hal itu menambah sejuknya udara, dimana yang akan dituju yaitu wilayah pegungan yang dingin. setelah menempuh perjalan yang cukup jauh dari kota ke desa dengan beberapa jam akhirnya adia sampai di terminal bus. dilihatnya dari kejauhan supir yang akan menjemputnya sudah datang dengan mobil avanza abu-abu.

" nona, nona, nona adia disini" mang jise sambil melambaikan tangannya. mang jise itu adalah orang kepercayaannya nenek beliau telah bekerja di rumah nenek selama puluhan tahu bahkan sebelum aku dilahirkan.

"mamang, mana nenek ? " tanya adia kepada mang jise

" nenek sedang istirahat nona, beliau menyuruh saya untuk menjemput nona" kata mang jise sambil mengambil koper dan tas adia dari dalam bagasi bus.

"ayo nona kita berangkat sekarang" kata mang jise

" ia mang ayo" kata adia sambil masuk ke dalam mobi.

di perjalanan menuju rumah adia melihat sebuah bukit yang menurutnya cukup aneh. bukit itu tertutup kabut putih yang pekat bahkan bukit itu tidak terlihat seperti bukit melainkan seperti tumpukan kabut yang menyerupai bukit.

" mang, bukankah itu bukit yang berada di belakang rumah nenek, tapi mengapa bukitnya terlihat putih semua ya mang ? " tanya adia penasaran

" oh non, itu namanya bukit kabut non, sepanjang waktu bukit itu tertutup kabut dan hanya memiliki beberapa waktu saja terlihat cerah. bukit itu konon katanya adalah jelmaan seorang putri yang ingin menolong semua orang baik. namun putri itu tidak ingin orang melihatnya bahwa ia telah melakukan sebuah kebaaikam non. " kata mang jise

" loh kenapa sang putri tidak ingin orang memgetahui bahwa dia itu baik mang" tanya adia semakin penasaran

"wah kalau itu mmang kurang tahu non. tpi

nona adia jangan kesana ya berbahaya nannti nona akan tersesat masuk ke dalam jantung hutan di karenakan kabutnya yang tebal" kata mang jise.

mobil pun terus melaju akhirnya adia pun sampai di rumah nenek.

"nenek ....." adia memanggil nenek dengan senyum yang senang.

" aduhhh cucu kesayangan anun datang" anun memeluk adia sambil mengelus-mengeluskan rambut adia.

" hehe aku lupa klau manggi nenek dengan sebutan anun hehe" kata adia sambil memegang kepala dengan malu.

" huhh dasar anak kota sudah lupa dengan panggilan tradisional memanggil nenek dengan sebutan anun" kata anun sambil menepuk lembut kepala adia.

"sudah-sudah nanti bercandanya ayo kita masuk nenek sudah siapkan makanan yang enak untuk cucu nenek ini. kebetulan di dalam ada nak adam dia juga sedang libur kuliah tadi dia mengantarkan nenek ikan yang nenek beli dari ibunya" sambil berjalan ke dalam rumah menuju dapur dan makan.

"nek adam pamit dulu ya nek, mau mengantar ikan ke tempat tante leni" kata adam

"loh dam, kan anun sudah bilang makan dulu, lihat siapa yang datang kenalin ini cucu anun dia juga datang dari kota" kata anun

"adam" sambil menjulurkan tangan ingin kenalan

"adia kak" kata adia

" ayo adam kita makan dulu mumpung lagi hangat" kata anun

" nggak usah nek terima kasih sebelumnya tapi saya harua pergi sekarang takutnya tante leni udah nunggu lama, kan dia mau jualan ikannya di rumah makan nun" kata adam

" oh ya sudah kalau begitu, lain kali makan bersama di sini yah" kata anun

"iya nek, mari adia saya duluan" kata adam

"iya kak adam hati-hati dijalan" kata adia sambil senyum.

adam pun pergi meninggalkan meja makan dan langsung pulang.

"gimana nak adam tampan bukan" kata anun

"nenek apaan sih, dimana-mana laki-laki itu semuaanya tampan kalau cantikkan repot hahahaa" kata adia

"hus jangan ngomong gitu ah tidak baik ayo lanjutin makannya setelah itu istirahat besok baru kamu boleh keliling desa" kata anun

"ok siap bos" kata adia sambil hormat kepada anun.

setelah makan adia segera ke kamar dan istirahat namu ia mendengar sayup suara yang terus memanggilnya, namun hal itu ia hiraukan mungkin ia merasa lelah dan kecapean hingga salah dengar.

malam pun tiba, suasana di pedesaan yang dingin ditambah rintikan hujan rasanya emakin menambah dingin saja. karena sudah larut malam orang-orang dirumah itu sudah pada tidur, kemudian adia juga masuk kekamar. dari kamar seharusnya terlihat jelas bukit kabut yang berada tepat di depan kamarnya namun bukit itu tidak terlihat.

keesokan harinya adia mengikuti orang bawahan neneknya ke kebun di dekat bukit.

" mbak tolong jagain cucu saya ya" kata anun

" iya buk nanti pasti kita jagain kok" kata salah satu karyawan nenek.

" adia jangan kemana-mana, jangan main ke bukit kamu hanya boleh dekat mbak-mbak saja ya" kata anun

"iya nun aman" kata adia

adia dan para pekerja kebun pun menuju perkebunan untuk memetik hasil kebun yang di tanam di lahan pertanian keluarga yang terbilanh cuku luas.

"wahhh mbak ini semua kebun anun ya mbak? " tanya adia

" iya non, non jangan kemana-mana ya non kami mau panen dulu nona boleh kok ikut kami panen atau duduk - duduk di pondok" kata mbak erma

"iya mbak aku mau jalan-jalan sambil melihat pemandangan" kata adia

"oh iya non, tapi jangan jauh-jauh ya non" kata mbak erma

"iya mbak nggak jauh kok deket-deket aja" kata adia

adia pun terus berjalan tak terasa ia telah sampai pada aliran sungai yang berisik. bahkan ia tak sadar kalau ia telah berjalan sangat jauh dari area perkebunan. tapi adia fikir ia akan menikmati pemandangan yang indah dan sejuknya air sungai.

namun beberapa saatvsuasananya agak berubah menjadi anen, adia merasa ada yang sedang mengikutinya bahkan ada yang sedang mengawasinya.

sampai sebuah suara pun terdengar

"adia...adia..adia" suara samar-samar memanggil adia dengan penuh misteri. Adia pun mencari dari mana suara itu berasal. sembari mencari sumber suara, disisi lain kesunyian yang mencekam di pinggir sungai dengan suara jangkrik yang bersautan menambah horornya suasana. tiba-tiba adia menoleh kebelakang dilihat dari kejauhan ada suatu hal yang membuat ia penasaran. melihat pemandangan yang aneh itu adia merasa penasaran lalu ia menapakkan kakinya secara berlahan dengan hati-hati ia terus berjalan menelusuri bebatuan dan air yang bersahut-sahutan. dengan langkah kaki yang pasti gadis cantik itu sampai dimana ia melihat suatu air terjun yang indah. konon katanya air terjun itu di sebut dengan air terjun lemo nakai, yang artinya adalah air terjun lima sungai. menurut kepercayaan penduduk setempat air terjun itu memiliki segudang misteri di dalamnya. ada yang mengatakan bahwa jika ada orang yang dapat melihat kabu putih tepat pada sela-sela air terjun tersebut maka metka yang melihatnya akan mendapatkan kuatan ilmu putih. dimana kekuatan iti hanya dapat di gunakan untuk menolong orang-orang yang lemah.

namun adia masih penasaran dengan suara yang terus memangginya. "si..siapa, siaapa yang tetus memnggilku dari tadi" dengan perasaan takut adia terus mencari. "adia..adia, tolong, tolong" suara itu semakin jelas. tapi anehnya bukan suara itu yang seharusnya terdengar jelas melainkan suara gemuruh air terjun, gesekan dedaunan dengan pohon yang sangat rindang, serta suara binatang dimana tempat itu tepat berada di hutan. dan sepertinya tidak ada orang lain selain adia gadis dengan kelebihannya yang tak terduga.

tiba-tiba adia sampai di air terjun, iya melihat sebuah kabut putih di bawah air terjun yang berbentuk seperti malaikat yang sedang melihat kearahnya. kabut putih itu menyinarkan sebuah cahaya yang menyilaukan mata dan masuk kedalam tubuh adia sesaat adia tidak sadarkan diri dan tiba-tiba ia membukakan matanya ia telah berada di atas tempat tidur di rumah.

" di, adia bangun hey, hey bangun" kata anun

" anun kok aku bisa ada disini, tadi aku berada di air terjun nun" kata adia bingung

" ia non, tadi non pingsan di pinggir sungai llu kami membawa nona pulang" kata mang jise

"oh gitu ya mang" kata adia bingung

" kamu tidak apa-apa kan " kata anun

"tidak kok nun, hanya sedikt pusing saja.

adia pun bingun mengapa ia bisa berada di tempat tidur dan bagaimana bisa ia keluar dari hutan dan pingsan di pinggir sungai.

ikuti terus ceritanya bersambung....