webnovel

BAB 1: Pertemuan Singkat

( ... ) = Monolog Yuuta Maru

Perlahan tapi pasti, Yuuta berusaha untuk bangkit dari kasurnya. Sekarang adalah pukul 5 pagi, yang dimana waktu itu masih terasa sangat nyaman untuk tidur dan bermalas-malasan.

"Ugh ... apa boleh buat," keluh Yuuta saat terpaksa harus bangun.

Yuuta Maru, dia adalah anak SMA biasa yang bersekolah seperti kebanyakan remaja umumnya. Walaupun begitu tetap ada beberapa hal yang membedakan Yuuta dengan yang lainnya, dan itu sudah pasti.

Manusia dilahirkan berbeda-beda dengan kondisi yang berbeda pula. Yuuta tidak memiliki orang tua lagi sejak dia masih duduk di bangku SMP, dan untungnya dia bisa merawat dirinya berkat bantuan dari beberapa orang termasuk tetangganya dan teman-temannya.

Di sekolah, Yuuta terkenal baik pada semua orang dan selalu tersenyum ramah pada mereka, singkatnya dia orang yang baik hati dan tidak pernah membuat kerusuhan. Tentu saja sikap baik hatinya itu membuat dia selalu dikelilingi oleh beberapa orang yang baik pula.

Walaupun tinggal sendirian, tidak semua orang bisa seperti Yuuta, dia memasuki kerasnya kehidupan sejak orang tuanya meninggal karena kecelakaan, dia juga bekerja paruh waktu agar bisa menghidupi dirinya sendiri. Dan bagusnya lagi dia tidak pernah mengeluh akan apa yang sudah dialaminya, dia ingin terus menjalaninya tanpa memikirkan apapun lagi, yang terpenting hidupnya masih baik-baik saja.

Kini Yuuta telah selesai mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, dia juga sudah sarapan dan siap untuk pergi.

"Aku berangkat ... Ayah, Ibu!"

Sebelum pergi, Yuuta menyempatkan dirinya untuk melihat foto kedua orang tuanya lalu berangkat ke sekolah. Foto itu selalu dijaga dengan baik olehnya hingga tidak ada sebutir debu pun yang mengotori fotonya. Yuuta selalu membersihkannya dengan baik seminggu sekali secara rutin. Menurutnya, dengan cara itulah dia bisa menunjukkan kasih sayangnya pada orang tuanya.

Yuuta pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, dan itu memerlukan waktu sekitar 5 menit saja agar sampai di sekolahnya. Sebenarnya dia memiliki sepeda peninggalan orang tuanya, tapi Yuuta memilih untuk berjalan kaki agar bisa bertemu dan berangkat bersama teman-temannya.

"Pagi, Yuuta!"

Salah satu teman sekelas sekaligus terdekat memanggilnya, dia adalah Ryou Chiko, orang-orang memanggilnya Chiko-kun atau bisa juga Chiko-chan. Dia seorang lelaki pengidap otaku akut yang tidak bisa lepas dari kehidupan 2D khayalannya.

"Oh, Chiko-chan. Selamat pagi!"

(Otaku memang beda, berani sekali dia membawa manga ke sekolah.)

Yuuta pun membalas salamnya itu sambil menggumamkan sesuatu lalu mereka mulai berjalan bersama menuju sekolah.

"Kau ada mengatakan sesuatu?"

Mungkin karena gumamannya itu terdengar lumayan keras, Chiko jadi mendengarnya walaupun tidak terlalu jelas.

"Ya, tentu. Tapi lupakan saja! Ngomong-ngomong, kau sedang baca manga apa?"

Untuk pengalihan topik, Yuuta bertanya tentang manga yang sedang dia baca saat sambil menuju sekolah.

"Asal kau tahu, manga ini menarik sekali untuk dibaca! Ini manga bercerita tentang kisah romantis seorang gadis keren yang berpacaran dengan lelaki lemah lembut."

"Ya, ya ... menarik sekali."

"Memangnya kau tahu apa? Dasar Normies! Dengar Yuuta, aku agak benci tentang kau yang bisa akrab dengan siapapun. Tidak seperti diriku yang suram ini, aku hanya bisa berimajinasi tentang dunia yang kuciptakan sendiri, yah ... gadis 2D memang yang terbaik."

"..."

Yuuta tidak bisa menanggapi kata-kata dari Chiko hingga pada akhirnya memilih untuk diam saja.

Tidak terasa, Yuuta telah sampai di sekolah, dengan segera dia memasuki ruang kelasnya sendiri bersama dengan Chiko. Mereka berdua tidak terlambat dan masih memiliki banyak waktu sebelum kelas dimulai, jadi mereka kembali mengobrol di kelas.

"Pagi, Yuuta!"

"Ya, selamat pagi!"

Salah satu teman sekelasnya menyapanya dan dia pun membalasnya.

"Pagi ini cerah, kan ... Yuuta!"

"Ya, kau benar."

Begitulah kehidupan biasa Yuuta saat bersekolah. Saat pagi hari banyak teman-temannya yang menyapanya dan berlanjut saat waktu istirahat banyak dari mereka yang mengajak Yuuta untuk makan siang bersama, tapi biasanya dia menolaknya.

"Cih ... menjadi populer itu sangat enak, bukan?"

Sembari mendecikkan lidah, Chiko menatap Yuuta dengan iri.

"Tidak juga."

"Pembohong!"

"..."

Yuuta dan Chiko terus berbicara hingga akhirnya jam pelajaran pertama dimulai, mereka pun mulai fokus untuk belajar.

Kehidupan sekolahnya yang seperti itu terus berjalan seperti biasanya dan beberapa jam kemudian jam pelajaran terakhir telah usai. Bel berbunyi menandakan para siswa diperbolehkan untuk pulang. Yuuta pun bersiap-siap untuk pulang sendirian, itu karena Chiko sedang ada kegiatan di klub manga.

Saat pulang sekolah, dia melintasi jalanan yang tidak terlalu ramai.

(Membosankan, aku harus kerja paruh waktu lagi nanti.)

Yuuta kembali menggumam tentang kehidupannya yang mulai terasa membosankan. Dia tidak mengeluh, hanya saja dia merasa ada yang kurang dalam kehidupannya, seperti dirinya yang hampir tidak memiliki tujuan hidup.

Dia bercita-cita dan memiliki impian untuk menjadi apa saja asalkan bisa merasa damai dan bahagia, dan tentu saja hal itu membuat motivasinya kurang dalam mengejar tujuan hidupnya.

Saat sedang memikirkan kehidupannya. Tiba-tiba, di depannya terlihat seorang gadis cantik yang berjalan dengan wajah agak murung. Awalnya dia tidak peduli, tapi seiring mereka berjalan secara bersamaan, Yuuta berpikir kalau gadis itu memiliki kesamaan dengannya.

Tentu saja hal ini membuat Yuuta menjadi tertarik dengannya, lalu dengan penuh kepercayaan diri, dia mencoba untuk memanggilnya.

"Hai! Kau terlihat murung, apa sedang ada masalah?"

Gadis yang merasa terpanggil itupun berbalik badan. Namun, ketika gadis itu melihat Yuuta, ia terlihat sangat gugup dan tidak percaya diri. Lalu tanpa sengaja, gadis itu menjatuhkan setangkai bunga tulip ungu di tangannya.

Yuuta langsung mengambil bunga tersebut dan memberikannya pada gadis itu.

"A-anu, kau menjatuhkan ini."

"Te-terima ... kasih!"

Gadis itu sedikit terkejut dan tersenyum kecut, dia mengucapkan terima kasih pada Yuuta.

"Kalau gitu, a-aku pergi dulu!"

Lalu setelah menerimanya, dia berniat untuk pergi meninggalkan Yuuta.

"Tunggu!"

Yuuta yang merasa tidak puas dengan pertemuan singkat ini, dia langsung menahan tangan gadis itu dengan berani. Bahkan dia tidak memikirkan resikonya seperti akan dicap buruk oleh gadis itu. Menurut Yuuta, mencoba sesuatu seperti ini lebih baik daripada tidak sama sekali.

"A-ada apa?"

"Bisa sebutkan namamu?"

"E-eh?! Untuk apa?"

"..."

Tentu saja gadis itu terkejut dengan permintaan Yuuta yang mendadak, bahkan dia terdiam sejenak setelah bertanya. Perlahan, gadis itu mulai membuka mulutnya karena Yuuta tidak berbicara sepatah katapun.

"Eru Chitose."

"Eh, Chitose-chan ... ya? Salam kenal, namaku Yuuta Maru ... panggil saja Yuuta!"

Tak lama setelah Yuuta memperkenalkan dirinya, entah karena apa wajah gadis itu memerah tanpa sebab, bahkan Yuuta pun bisa melihatnya dengan jelas.

"Ada apa, Chitose-chan?"

"Uh-uh ... aku pergi dulu karena ada urusan!"

"Hah?"

Dengan kecepatan yang tak bisa dijangkau Yuuta, gadis yang baru saja berkenalan dengannya pergi meninggalkannya.

Yuuta terdiam membatu karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi, dia sempat berpikir kalau Eru sudah membencinya. Namun yang jelas alasannya bukan itu, mungkin Eru merasa malu karena Yuuta telah memanggilnya dengan nama aslinya.

(Syukurlah, aku bisa menahan diriku!)

(Aku hampir lepas kendali karena melihat gadis yang sangat cantik, apalagi aku yakin kalau dia memiliki kesamaan denganku.)

(Mungkin dia memang memiliki urusan penting dan aku mengganggunya ... yah, aku harus meminta maaf padanya saat bertemu lagi.)

Yuuta masih berusaha untuk berpikir positif sambil menggumamkan beberapa hal. Dari pertemuan singkat tadi, dia merasa kalau gadis yang bernama Eru Chitose bisa saja menambah kejelasan tujuan hidupnya.

(Perasaan ini, tidak salah lagi kalau aku jatuh cinta padanya.)

Sambil berjalan pulang menuju rumahnya sendiri, Yuuta terus berpikiran seperti itu.