webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

56. Kedatangan Soraya

Manda dan Erlan mendarat dengan selamat, saat ini mereka sedang berada di satu kedai roti sambil menunggu Pak Mar yang akan menjemput mereka.

"Mau yang rasa apa? original, coklat, keju," tanya Erlan pada Manda.

"Original aja, oh sama beliin orang rumah original juga gak papa," jelas Manda. Erlan mengangguk lalu menuju kasir untuk memesan roti bulat coklat itu.

Manda meluruskan kakinya yang tak sudah begitu bengkak seperti waktu itu tapi sekarang kakinya mudah sekali merasa lelah. Mungkin efek dari kehamilan seperti, mungkin.

Manda mengeluarkan nafasnya kasar lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang ia duduki, melepas rasa pegal di punggungnya.

"Besok kita harus cek kondisi kamu, Aku udah buat janji sama Dokter Rani." Manda menganggukkan kepalanya.

Erlan melihat Manda yang terlihat kelelahan, "Kamu capek ya?" tanya Erlan.

"Aku ngantuk banget," jawab Manda pada Erlan. Erlan menelpon kembali nomor Pak Mar menanyakan keberadaan Pak Mar.

"Tahan bentar ya, Pak Mar udah deket, rotinya juga bentar lagi." Manda mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di bahu Erlan sambil tangannya memeluk erat lengan Erlan.

"Jangan lupa, kamu harus ceritain Aku tentang Bunda." Erlan memutar bola matanya, masih saja istrinya ini ingat.

"Iya iya," jawab Erlan dengan nada malasnya.

.

.

.

.

Manda dan Erlan sampai di rumah, Manda yang melihat kasur langsung merangkak lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia benar-benar mengantuk sekali.

Erlan dan Pak Mar menaruh koper mereka di walk in closet kamar Erlan. Dengan langkah pelan Erlan berjalan menyusul Manda yang sudah tertidur pulas di atas kasur.

"Setidaknya sekarang kita udah aman ya Sayang. Aku sudah tahu siapa saja yang mulai menyerang dan mengusik kita. Kamu tenang aja, Aku pastiin kita aman. Nurut sama Aku ya Sayang."

Erlan mengelus rambut Manda, membelai pipu berisi Manda.

Tiba-tiba deringan ponsel membuat Erlan terkaget dari acara menatap istrinya yang tertidur itu.

"Halo"

("Lo bisa datang ke kantor?")

Erlan mendengar suara Daniel di sambungan ini, ia lalu mengeluarkan dehemannya.

"Hm.. tiga puluh menit lagi Gue sampai sana," kata Erlan.

Erlan menghela nafasnya, baru saja ia sampai. Tapi mau bagaimana lagi, ia dan Daniel sedang dalam sebuah rencana tak mungkinkan Erlan membatalkan rencana hanya karena dia yang baru saja mendarat.

"Ayah berangkat dulu ya," ucap Erlan pada ketiga anaknya di dalam perut Manda. Erlan mengambil jaket dan ponselnya lalu berjalan keluar kamar, segera ke kantor.

.

.

.

.

BRAKK!!!

Pintu ruangan Erlan tiba-tiba terbanting begitu keras. Bahkan Erlan dan Sam yang sedang berdiskusi terlonjak kaget.

"Soraya?" ucap kaget Erlan dan Sam berbarengan.

"Kurang ajar Lo Lan! apa maksud Lo batalin kerja sama di Bali!"

"Gue udah ngeluarin duit banyak buat proyek itu!"

"Maksud Lo apa batalin sepihak kayak gitu!"

Sam menatap terkejut Erlan, pasalnya saat ini, Erlan dan dirinya sedang membahas kelanjutan proyek itu. Bahkan mereka baru saja memperbarui beberapa kebijakan.

"Sam bisa tinggalin kita berdua?" kata pinta Erlan. Sam ingin sekali menolak kata Erlan tapi ia paham kode mata Erlan yang memintanya pergi saat ini juga.

Sam menghela nafasnya dan meninggalkan ruangan ini. Membiarkan Erlan dan orang yang ia sukai berbicara berdua.

"Gue gak batalin tapi Gue mau beberapa kebijakannya berubah," ucap Erlan.

"Dan menguntungkan satu pihak! Lo gila, perusahaan Gue rugi banyak!"

"Lo licik Lan, bener-bener licik!"

Erlan menarik lacinya, melemparkan sebuah Map merah tepat di bawah kaki Soraya.

"Sama kayak Lo, Gue juga gak mau rugi. Dan itu gak merugikan siapapun, kecuali Lo bener-bener seratus persen ikutin aturan itu. Gue bukan Lo yang cuma cari keuntungan sendiri."

Soraya melihat isi map merah itu. Sebuah kertas tebal berisikan kepemilikan dan sejumlah pemasukan uang dari sebuah perusahaan yang jelas Soraya tahu perusahaan apa dan siapa pemiliknya.

"Gimana Lo tahu?" tanya Soraya kaget.

"Gue akui Lo cukup mahir Soraya, tapi Gue Erlan, anak dari orang yang di takuti dalam dunia bisnis. Lagian buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Bukan begitu Soraya," ucap Erlan dengan senyum yang merendahkan Soraya.

Tangan Soraya meremas kuat-kuat map merah di genggamannya. "Lo gila Lan."

"Lo lebih gila. Lo makan semua dana itu. Gak mikir pegawai-pegawai Lo yang udah seratus persen percaya sama Lo"

"Oh iya, Gue saranin ganti orang inti perusahaan Lo. Semua orang itu kotor, Gue masih punya hati karena Gue mandang Om James yang udah baik mau ngajarin Lo dari nol dan mau habisin masa tuanya buat jaga amanah orang tua Lo yaitu perusahaan keluarga Lo."

"Silahkan keluar," usir Erlan.

Soraya tiba-tiba melempar map merah itu yang sudah tak berbentuk ke arah Erlan dan hampir saja mengenai Erlan jika Erlan tak menundukkan kepalanya dengan cepat.

"Gila Lo!"

Soraya membabi buta dia melemparkan semua barang-barang miliknya dan barang yang ada di dekatnya ke arah Erlan.

PYAR!!

Alas meja kerja Erlan pecah, kaca itu retak dan bagian ujungnya telah pecah berkeping-keping. Sam yang berada di luar dan merasa aneh dengan suara samar-samar itu memutuskan masuk ke dalam ruangan itu.

"Soraya berhenti!" ucap Sam sambil menahan tangan Soraya, memeluk gadis itu agar tak bisa bergerak.

"Gue benci sama Lo Lan!! Gue benci!"

"Lo bener-bener licik!"

"Lo yang salah tapi Lo malah ngatain Gue Gila?!" ucap Erlan pada Soraya.

Erlan berjalan menuju Soraya yang berada di pelukan Sam. "Gue emang licik dan Lo suka orang licik ini."

"Gue gak cuma tahu masalah permasalahan perusahaan itu aja Soraya."

"Hidup Gerlan sekarang bergantung padaku dan Gua akan dengan mudah meminta Gerlan buka suara kapanpun. Bukankah lebih baik kamu sendiri yang buka suara Soraya?"

Soraya menatap tajam Erlan, Sam juga menatap Erlan dengan wajah tanyanya. "Apa maksud Lo?" tanya Soraya.

"Kenapa Lo datang ke acara Reno? Kenapa Lo ngancem Gerlan? Apa hubungannya Lo sama teror di rumah Gue?" tanya Erlan dengan nada rendah, berat dan tegasnya. Membuat merinding ketakutan.

Sam menatap Soraya dengan tatapan terkejut, tak percaya. Orang yang selama ini ia sukai berani setega itu. Teror yang diberikan bukan main-main, dan jebakan itu ternyata bukan Gerlan dalangnya tapi Soraya. Sekejam itu perempuan yang ia sukai.

"Perusahaan tersembunyi Lo udah jadi incaran para bandit dan mafia. Lo tahu karena apa Soraya? karena Lo salah memilih petinggi perusahaan dan Lo salah memilih Gue sebagai mitranya."

"Kartu As Lo udah sama Gue sekarang." Erlan mengeluarkan senyuman smirk adalannya. Membuat siapa saja merasa ketakutan saat melihatnya.

Halo Halo, gimana nih kabarnya?

Puasanya udah bolong belum? hehehe

Tetap semangat ya teman-teman. Jangan lupa tarawih hayo hayo hayo... abis itu baca cerita ini wkwkwkwkwk...

Gimana cerita kali ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Saran temen-temen semua sangat berharga buat Aku dan cerita selanjutnya. Terimakasih teman-teman semua.

Semangat All... (๑•ᴗ•๑)♡

fatikhaaa_creators' thoughts