webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

55. Lagi-lagi Erlan Aneh

Manda berjalan menuju kamarnya, setelah melihat orang yang begitu mirip dengan Erlan ia langsung kembali ke kamar untuk memastikan apakah Erlan sudah kembali atau belum?

Tapi, tak ada satupun orang di dalam kamarnya. Kemeja ataupun tas kerja Erlan juga tak ada di dalam kamar.

"Beneran mirip aja kali ya?" tanya Manda.

Aku mendudukkan diriku di sofa lalu memilih melihat acara televisi yang justru terasa membosankan.

"Kalau di rumah, Bik Surti pasti udah langsung bikin kegiatan biar Aku gak bosen."

"Assalamu'alaikum Sayang." Manda melihat ke arah pintu, Erlan datang dengan kemeja yang tadi pagi ia pakai dan tas kerjanya.

Erlan langsung meletakkan tasnya dan melepas jas yang ia gunakan. "Jangan taruh sembarangan, ambil gak!" perintah Manda yang kesal melihat Erlan meletakkan barang seenaknya.

"Iya ya Sayang," ucap Erlan mengalah.

Erlan menggantung jas dan meletakkan tas kerjanya di dekat koper yang sudah di persiapkan Manda. "Jas nya di masukkin koper nanti aja ya?" Manda mengangguk.

Erlan berlari ke Manda dan memeluk perempuan itu, "Ck, kaos kakinya juga di lepas dong Mas, ganti baju juga, kebiasaan banget Kamu Mas," kesal Manda lagi.

Erlan malah terus memeluk Manda membiarkan wanitanya mengomel-ngomel. "Mas, is! sana loh!"

"Gantiin," jawab Erlan.

"Gantiin gantiin, dah sana buruan!"

"Maunya gantiin."

Manda menghela nafasnya, lalu membiarkan Erlan yang memeluknya dari samping bahkan mulai mendusel-dusel lehernya.

"Pesawat kita jam berapa Mas?" tanya Manda.

"Empat," jawab Erlan.

"Masih ada tiga jam lagi, dari sini ke bandara cuma setengah jam aja. Kita belanja dulu yuk Mas," ajak Manda.

"Gak"

Manda langsung memanyunkan bibirnya. "Masa kita jauh-jauh ke sini gak bawain oleh-oleh sih Mas."

"Aku udah pesen oleh-oleh paling juga habis ini sampai."

"Hah?! kapan? bukannya kamu rapat?"

"Aku pesan Yang, P E S A N, pesan. Aku beli pie susu, kain, sama suvenir."

Manda menatap Erlan tak suka, padahalkan ia ingin sekali merasakan belanja di Bali. Is, jadi malas lah sama Erlan.

"Ih ngeselin banget sih Kamu Mas. Aku kan pingin jalan-jalan beli ini itu ngerasain belanja di Bali tuh gimana."

"Halah sama aja gak ada bedanya. Orang masih sama-sama di Indonesia. Lagian ya kamu itu di suruh istirahat sama Dokter Rani, mau kamu di omelin sampai di rumah."

Manda langsung kalah telak, kalah jika sudah membahas tentang si kembar atau yang menyangkut mereka.

"Nasib gini amat, ke Bali eh malah gak ngapa-ngapain," batin Manda.

"Gak papa, anggap aja kita lagi penyicilan babymoon," ucap Erlan seakan tahu pikiran Manda.

Manda menatap Erlan, "babymoon babymoon, babymoon apaan kita di hotel doang kok Mas Mas," ucap Manda.

Erlan malah tertawa sambil terus memeluk erat Manda. "Ini kenapa juga kamu peluk-peluk Aku terus," kata Manda sambil menatap Erlan.

"Suka-suka Aku dong, Kamu istri Aku jadi ya bebas dong. Emang kamu gak suka Aku peluk?" tanya Erlan balik.

"Masa suami peluk istri gak boleh sih," lanjut Erlan.

"Iya ya ya terserah kamu aja Mas," ujar Manda yang sudah capek meladeni Erlan. Lebih baik ia melihat siaran televisinya.

Erlan mengelus perut buncit Manda sambil terus memeluk Manda dari samping. Manda menikmati usapan itu sambil melihat berita nasional.

.

.

.

.

Erlan menggandeng tangan Manda, mereka mencari kursi mereka di pesawat. Erlan sengaja memesan baris tengah dan dekat jendela pesawat.

"Kamu dapat kursi deket jendela?" ucap Manda ketika ia tahu bahwa Erlan mendapatkan posisi ini. Erlan mengangguk, "Aku sengaja pesan awal-awal biar kursi bagian ini masih ada."

Ya, keberangkatan meraka di Bali, Manda harus duduk di tengah padahal Manda udah mengusahakan untuk mendapatkan kursi dekat jendela. Manda ingin sekali kursi bagian ini, karena langit dan awan sangat terlihat jelas dan mempesona.

Erlan menyandarkan kepalanya di bahu Manda lalu sambil memainkan ponselnya yang sudah dalam mode pesawat. Permainan offline yang setidaknya mengusir kebosanan.

"Mas, kalau di pikir-pikir lagi, emang apa yang kamu lakuin ke Bunda sampai Bunda ngijinin kita Bali?" tanya Manda.

"Kamu pingin tahu?" tanya Erlan balik. Manda mengangguk.

"Banget?" tanya lagi Erlan sambil menatap Manda.

"Ck, iya Mas, Aku pingin tahu banget."

"Tanya Papa ya nanti," jawab Erlan membuat kening Manda berkerut.

"Cuma Papa sama Bunda yang tahu jawabannya," goda Erlan. Sebenarnya ia juga tahu tapi ia ingin menggoda Manda.

"Ih Mas, masa Kamu gak tahu, gak mungkin banget. Bunda pasti bilang ke kamu, orang kamu yang ijin juga," ucap Manda.

Erlan malah tertawa, "Ada deh," balas Erlan membuat Manda mencubit tangan Erlan.

"Auw auw sakit Yang." Erlan mengelus tangannya yang terdapat bekas cubitan maut Manda.

Manda menatap kesal Erlan lalu ia memilih untuk memperhatikan pramugari yang sedang menjelaskan prosedur keselamatan.

Erlan merangkul pundak Manda, "Nanti Kamu pasti tahu. Aku ceritain pas sampai di rumah aja ya," kata Manda.

"Hmm..."

Erlan mencubit pipi tembam Manda, membuat sang empu menatap tajam Erlan. Erlan mengeluarkan cengirannya lalu membawa kepala Manda agar bersandar di pundaknya.

Pesawat Manda dan Erlan saat ini sudah benar-benar di atas awan. Dan Manda justru keheranan Erlan sedari tadi memainkan rambutnya. "Kusut rambut Aku Mas," kata Manda sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

"Abisnya Aku suka rambut Kamu, halus wangi," ujar Erlan.

Ketiga tanda sabuk pengaman di ijinkan untuk dilepaskan Manda langsung melepaskannya. "Aku mau ke kamar mandi, kebelet banget."

"Aku ikut," kata Erlan.

"Ha?! mau ngapain."

"Ikut aja, buruan entar ngompol lagi," kata Erlan.

Manda melangkahkan kakinya lalu menghampiri pramugari dan pramugara di sana, dan benar saja. Erlan menunggunya di depan toilet.

"Astaga punya suami kok absurd gini. Aku kira Erlan cool, cuek kayak image dia selama ini di SMA eh ternyata. Udah manja, kadang moodnya naik turun, aneh lagi tuh suami. Untung sayang."

Manda menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar aneh banget kelakuan suaminya ini.

"Kamu mau ke kamar mandi juga?" tanya Manda ketika ia sudah selesai dan keluar dari kamar mandi.

"Engga," jawab Erlan.

"Kamu aneh banget sih, kepala Kamu abis ke bentur ya Mas?" Erlan menggeleng.

"Engga, Aku cuma mau deket kamu aja. Abisnya belum puas berduaan."

"Astaga Mas, kayak kamar mandinya itu di Arab Saudi aja. Orang juga gak lama. Oh jangan-jangan mau lihatin pramugarinya ya kamu?"

"Ngapain, semua kalah cantik sama kamu. Dah ah mau ngobrol di sini mulu, mending di kursi duduk kita sayang-sayangan."

Manda mengucapkan istighfar dalam hatinya. Aneh sekali, apa Erlan ketempelan setan Bali ya?

Halo semua apa kabar nih?

Buat yang sedang puasa semangat ya, tetap jaga kesehatan juga.

Gimana part kali ini, seru gak?

Tinggalkan jejak semuanya ^_^ saran kalian benar-benar berguna banget buat Aku dan cerita selanjutnya.

See next all....

fatikhaaa_creators' thoughts