webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

53. Erlan si Laki-laki Misterius

Manda mengemasi semua baju mereka dan peralatan mereka ke dalam koper. Untung saja bawaan mereka tidak terlalu banyak.

"Tidur Yang, itukan bisa di beresin besok," kata Erlan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Manda menengok ke arah Erlan.

"Dah mau selesai kok, besok tinggal cek aja," kata Manda sambil menarik resleting koper lalu menguncinya. Erlan menarik koper itu lalu memojokkannya di tempat semula.

"Kita engga beli oleh-oleh?" tanya Manda.

"Besok aja, di mall atau pusat perbelanjaan deket sini," ucap Erlan sambil mencari posisi yang enak untuk tidur.

"Masih cukupkan waktunya?" Erlan mengangguk.

Manda meminum susu hamil miliknya. Setelah itu Manda menyusul Erlan yang tiduran sambil memainkan ponselnya. Manda melihat ke arah ponsel Erlan, ternyata Erlan sedang bermain game pantas saja suaranya berisik sekali.

"Mas, kecilin suaranya gak bisa tidur Aku."

Erlan menekan tombol volume ponselnya lalu membalikkan badannya menjadi membelakangi Manda. Manda yang sedikit malas karena suara bising ponsel Erlan, membalikkan badannya juga membelakangi Erlan.

"Sebelah kanan Ren"

"Kanan Ren, Lo balik TK aja sana salah arah mulu!"

"Oi tolongin!!"

"Gani udah mati, cepet banget Lo, tumben"

Manda berusaha memejamkan matanya, tapi tak bisa. Manda menghela nafasnya lalu kembali mencoba memejamkan matanya.

Erlan mengintip Manda karena kasur mereka yang terus bergerak. Erlan yang tahu Manda tak bisa tidur langsung mematikan ponselnya, biarkan gamenya kalah.

"Gue udahan!" Erlan langsung keluar dari aplikasi itu membiarkan Reno yang mengeluarkan kata-kata sampah untuknya.

"Berisik banget ya?" tanya Erlan.

"Iya, abisnya kalian ngomongnya kenceng banget," kata Manda.

"Kayak pakek toa" Erlan tertawa mendengar kata sindiran Manda.

Erlan menaruh ponselnya lalu memeluk Manda dari belakang. "Ayo tidur Yang."

Manda kembali memejamkan matanya, "Yang, kamu seneng gak hari ini?" tanya Erlan tiba-tiba. Manda membuka matanya sambil menghela nafasnya.

Manda melihat sekilas ke arah Erlan, "Seneng, terimakasih ya Mas," ujar Manda.

Erlan langsung menarik kedua sudut bibirnya. Ia mengeratkan pelukannya pada Manda. "Pas nyiapin ini Aku jadi sadar ternyata Aku masih banyak yang gak tahu tentang kamu," kata Erlan.

"Kamu yang gak suka buah alpukat, suka jus buah naga, gak suka sama yang terlalu manis, gak suka ikan dory, gak suka daging kambing."

Manda terkekeh, "Ini pasti kamu dikasih tahu Bunda kalau engga Bik Surti, iyakan?" tebak Manda. Karena hanya Bunda dan Bik Surti yang tahu bahwa Manda tak suka makan ikan dory dan alpukat.

Erlan menganggukkan kepalanya yang ada di atas kepala Manda. "Iya"

"Kalau kayak gitu Bunda tahu dong kondisi Aku sekarang. Pasti dimarahin deh kita," ucap Manda.

"Iya Bunda udah ngomel tadi. Tapi Bunda gak mungkin marah sama kamu deh Yang, secara kan ya semenjak ada kamu, justru kamu yang anaknya aku mah kayaknya anak tiri gitu."

"Hahaha mana mungkin Bunda gitu, orang Bunda banyak cerita tentang Kamu Mas."

"Iya tapi ceritanya yang buruk-burukkan?"

"Engga juga, Bunda kadang ceritain kamu waktu kamu olimpiade, menang ini menang itu, pokoknya banyak. Bahkan waktu kamu balapan motor aja Bunda lihat kamu loh Mas sebenarnya."

Erlan terdiam, ia menarik tipis senyumannya. Dulu waktu awal masuk pendidikan SMA, dia pernah ikut balapan motor dari yang resmi sampai yang engga. Hanya beberapa kali saja, menemukan hobi tapi tak cocok karena itu bukan passion Erlan, mungkin.

"Aku tahu Bunda nonton, orang banyak yang bilang."

"Bunda kelihatan banget sayang sama Kamu Mas, walau Bunda jarang punya waktu sama Kamu tapi Bunda selalu punya cara buat tahu semua keseharian kamu."

"Tapi besok waktu anak kita lahir, kamu jangan kayak Bunda. Contoh yang baik aja Yang, jangan posesifnya Bunda. Kadang anak-anak itu butuh privasi, khawatir boleh tapi jangan sampai dikekang."

Manda menaikkan tangannya, mengelus pipi Erlan. "Bukannya malah bagus, kita tahu perkembangan anak-anak."

"Ada yang bagus, ada yang engga. Lagian Aku ngalamin semua. Semakin kamu kekang mereka semakin buat mereka jadi mencari cara biar kamu gak tahu tentang mereka," ucap Erlan. Karena memang itu yang selalu ia lakukan agar Bunda tak terlalu banyak tahu urusan Erlan.

Bahkan Gerlan, musuh Erlan yang membuat Manda dan Erlan seperti ini Bunda gak tahu.

"Kamu ngelakuin itu?" tanya Manda. Erlan menganggukkan kepalanya, "Iya, sering."

"Apa yang sering kamu umpetin dari Bunda?" tanya Manda.

"Banyak, banyak hal."

"Termasuk teror inipun Bunda gak tahu Man," ucap Erlan dalam batinnya.

Manda terdiam, dari Bunda justru Manda banyak belajar dan tahu tentang Erlan. Si good looking dan juga si misterius se-SMA nya ternyata benar-benar menyimpan rahasia.

Manda tak tahu sebelumnya jika Erlan dulu pembalap, tak tahu jika Erlan pernah hampir tertangkap polisi, tak pernah tahu Erlan jago dalam banyak hal. Termasuk membuatnya melayang bahagia.

"Apa yang Bunda gak tahu tentang kamu, Aku juga gak tahu?" tanya Manda. Tapi Erlan hanya terdiam.

Manda mengangkat kepalanya melihat Erlan yang tertidur. "Pantas aja gak di jawab."

Manda kembali pada posisi tidurnya, lalu mulai menjemput alam mimpinya. Tapi siapa sangka, Erlan kembali membuka matanya. Ia tak tertidur, hanya menghindari kata tanya Manda.

"Ada, ada yang Bunda dan kamu gak tahu Man," jawab Erlan lewat pikirannya.

Erlan terdiam, memikirkan banyak hal termasuk hari ini. Erlan tersenyum ketika ia ingat kata-kata Bunda ketika Bunda bilang jika Manda sering tanya tentang dirinya. Rasanya senang sekali, merasa sangat di perhatikan.

Erlan menghela nafasnya ketika Ia teringat kata Pak Made dan juga Daniel. "Siapa sebenarnya peneror ini? kenapa dia bisa tahu masalah internal perusahaan dulu dan bagaimana bisa dia mengenal Manda?"

Erlan menelpon Daniel, setelah apa yang ia sadari di dalam otaknya.

("Ganggu banget sih Lan.")

"Dan, Gue mau Lo cari tahu tentang Soraya, jangan bilang Sam tentang hal ini."

("Soraya orang yang di sukai sama Sam? Gila Lo Lan, Gue takut ah kalau masalah ginian. Lagian ngapain Lo kepo sama cewek lain, Gue aduin ke bini Lo ya.")

("Gak bersyukur dapat cewek kayak Manda. Lagian masa Lo mau embat punya Sam, ya kaliankan deket Lan udah kek saudara.")

"Gak usah banyak bacot. Lo juga cek dua pegawai laki-laki bagian marketing kantor pusat dan orang yang jadi tamu di rumah Gue."

("Oo... hmm Gue cek besok.")

"Sekarang! atau say good bye gaji Lo satu tahun ini!"

("Emang Lo mau ngapain sama mereka?")

"Gue punya kejutan buat mereka"

Senyuman smirk bibir Erlan yang begitu menggetarkan mental. Daniel yang tahu nada bicara Erlan menelan ludah.