webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

51. Satu Hari di Hotel (18+)

Erlan dan Manda kembali ke hotel setelah menikmati senja di pantai. Manda langsung pergi ke kamar mandi karena dirinya yang sudah merasa risih dengan tubuhnya yang terasa lengket.

Erlan membuka kopernya ia lalu mengambil alat sholat dan menggelarnya di tempat yang di peruntukan untuk sholat.

Manda keluar dengan wajah yang lebih fresh, wangi dan pasti sudah ganti baju. Erlan menyambar handuknya. "Abis ini masuk jam sholat, tunggu aku bentar," ucap Erlan sambil berjalan ke kamar mandi.

Manda menghela nafasnya lalu ia mulai memakai mukenanya, karena tadi Manda sudah mengambil air wudhu.

"Mas, ponsel kamu bunyi terus!" teriak Manda yang mendengar ponsel Erlan terus-terusan berbunyi. Tapi Erlan tak membalas ucapan Manda.

Manda mencari ponsel itu. Setelah bertemu ponsel itu Manda membuka ponsel Erlan yang terus berbunyi sebuh notifikasi. Manda mulai bertanya-tanya kenapa banyak sekali pesan dari Sam dan Daniel yang banyak mengirimkan pesan ke email bahkan pesan pribadi ponsel Erlan.

Manda tak sengaja menekan satu notifikasi yang muncul, membuat layar ponsel itu membawa Manda ke sebuah aplikasi dengan background hitam dan merah.

(Semua aman, Kita bisa memulainya kapan saja)

Manda menggulir ponsel Erlan ke atas tapi tiba-tiba ada suara Erlan yang mengagetkannya membuat ponsel Erlan terlempar, untungnya jatuh di atas kasur. "Siapa Yang?" tanya Erlan.

"Ha? O-Oh itu tadi... ada banyak notif di HP kamu Mas," jawab Manda sambil memberikan ponsel Erlan yang sudah ia keluarkan dari aplikasi tadi.

"Ya udah yuk sholat dulu," ajak Erlan.

Manda melihat Erlan yang sudah berpakaian, Manda sedikit merasa heran, biasanya laki-laki itu akan memakainya di dekatnya, karena merasa jorok jika harus berganti di kamar mandi.

.

.

.

Manda meluruskan kakinya yang sangat pegal dan terlihat bengkak. Manda sedikit memijit kakinya tapi hanya sedikit yang mampu ia pijat karena perutnya membuat Manda kesulitan memijat kakinya.

"Aku pijitin sini," kata Erlan sambil meletakkan ponselnya di atas kasur.

"Kok bengkak gini ya Yang," kata Erlan melihat kaki Manda yang tiba-tiba terlihat lebih bengkak dari sebelumnya.

"Gak tahu, mungkin emang gini," jawab Manda.

"Gini gimana? masa ya dalam beberapa jam udah bengkak kek gini, aneh kamu," kata Erlan.

Erlan dengan cepat mengambil ponselnya lalu menelpon Dokter Rani, baginya ini masalah yang mesti ditanyakan. Manda yang mengetahui Erlan menelpon Dokter Rani hanya dapat menghela nafasnya.

"Kayaknya kita harus batalin agenda besok deh," kata Erlan membuat Manda syok.

"Ih kenapa? Kitakan mau lihat tari kecak Mas," ucap Manda.

"Kata Dokter Rani ini faktor kamu kecapean, banyak jalan juga jadi bengkak. Badan kamu pegel semuakan?" tebak Erlan yang sayangnya tepat sasaran.

"Jadi lebih baik kita batalin ini, kasihan juga si kembar," kata Erlan.

Manda mengangguk, ia lalu memilih untuk merebahkan. Jujur saja ia sedih, besok agenda yang justru Manda inginkan. GWK, melihat tari kecak, dan pastinya berbelanja.

"Sayang, ini demi kamu sama kembar, gimana kalau kita besok keliling hotel ini pakai Buggy hotel?" usul Erlan.

Manda mengangguk, "Terserah." Lalu Manda benar-benar tertidur. Erlan yang melihat itu hanya mampu menghela nafasnya.

.

.

.

.

Erlan melihat Manda yang sedang tertidur, pagi ini Manda langsung tidur kembali setelah mereka melaksanakan sholat subuh. Mungkin Manda masih merasa sedih, sehingga memilih tidur untuk mengurangi rasa sedihnya, mungkin.

"Mau ngapain ya?" tanya Erlan sambil terus berpikir.

Erlan keluar dari kamar hotel mereka lalu pergi keluar. Manda yang mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup, membuka matanya. "Malas banget mau ngapa-ngapain."

Manda menutupi kembali tubuh dan kepalanya dengan selimut, benar-benar membungkus dirinya. Manda berusaha tidur, agar ia dapat mempercepat waktu. Dan bisa melupakan rasa sedih, kesal, kecewanya. Dan benar saja, Manda tidur dalam hitungan menit. Terlelap begitu saja.

Tiba-tiba tidur Manda terganggu karena suara-suara yang begitu berisik di dalam kamarnya. Manda yang tak tahan, dengan kantuk yang masih ada membuka selimutnya dengan hentakan kasar. Betapa kagetnya dirinya ketika melihat beberapa petugas hotel berada di dalam kamarnya.

"Loh Mas, kenapa ini?" tanya Manda pada Erlan yang datang menghampirinya.

"Nanti Aku kasih tahu," jawab Erlan yang semakin membuat Manda keheranan.

"Kamu mandi dulu sana," perintah Erlan sambil menarik tangan Manda agar beranjak dari kasur. Manda dengan malas bangun dan menuju kamar mandi.

.

.

.

.

Manda selesai mandi tapi ia tak melihat Erlan di dalam kamar. "Mas, Mas Erlan," panggil Manda. Manda meletakkan handuk di tempat biasa meletakkannya.

Ia lalu berjalan ke tengah ruangan tapi tak ada tanda-tanda Erlan disana. "Apa turun ya?" pikir Manda.

Manda membalikkan badannya, betapa terkejutnya ketika ia melihat balkon kamar hotel mereka yang sudah tertata rapi meja dan kursi serta hidangan makanan.

"Eh baru aja mau aku panggil," kata Erlan ketika ia bertatapan dengan Manda.

"Ini alasan kenapa petugas pada ke sini?" Erlan mengangguk, ia lalu menarik tangan Manda agar duduk di kursi di samping kursi Erlan.

Manda melihat meja di depannya ini. Satu piring didepannya dan satu piring di depan Erlan. Dengan menu sama, yang berisi telor mata sapi, daging steak bersama rebusan brokoli, kentang dan asparagus. Dua gelas

"Kata Dokter Rani menu sarapannya lebih baik ini ini aja. Ini ikan kok bukan daging sapi," kata Erlan.

"Terimakasih," ucap tulus Manda.

Sebenarnya Manda ingin mengatakan jika ini menu minum makanannya pas, pas banget bahkan. Tapi porsi minum dan makanannya, em kayaknya Manda gak bakal habis, dan program dietnya sepertinya mmm... hari ini gagal.

Tapi tak enak hati mau bicara tentang hal itu pada Erlan. Udah susah payah gini masa Manda mau ngomel sih, mana tega dia.

"Oke, mari berdoa terus makan," ucap Erlan yang setelah itu langsung mengadakan tangannya, berdoa. Manda pun begitu.

"Enak gak?" tanya Erlan pada Manda yang sedang mengunyah telor mata sapi itu.

"Enak," jawab Manda. Tapi sejujurnya sama saja enaknya jika Manda masak sendiri di rumah.

"Itu aku sendiri loh yang bikin." Manda langsung menoleh ke wajah Erlan.

"Serius? kapan?" tanya Manda.

"Ya tadi pas aku turun, pegawai hotelnya tahu kalau aku kerjasama bareng hotel ini jadi tadi aku di ijinin masuk dapur, sekalian mereka cariin aku meja ini," jawab Erlan dengan nada yang sedikit menyombongkan dirinya.

Manda tersenyum, ia sedikit kaget sebenarnya, tapi ia merasa sangat senang. "Terimakasih ya Mas," ucap Manda sekali lagi.

"Sama-sama," balas Erlan.

"Tapi kenapa kamu nyiapain ini semua? terus tumben kamu makan asparagus sama brokoli?" tanya Manda.

Erlan menghentikan tangannya yang sedang memotong steak ikan itu. "Karena kita belum sarapan, lagian sekali-kali kayak gini. Kurang romantis ya Yang? maafin ya, kamukan tahu aku gak pernah bisa romantis," jawab Erlan.

"Kamu sih semua cewek ditolak semua, jadi gak punya pengalaman romantiskan." Erlan mengangguk-anggukan kepalanya lalu kembali memotong ikan itu.

"Kalau aku dulu terima mereka gak mungkin kita di kayak gini," ucap Erlan.

"Mungkin, kitakan jodoh Mas," ucap Manda sedikit menggoda. Erlan terseyum, merasa melayang atas kata-kata Manda. Erlan melepas garpu dan pisau di tangannya lalu mengucup bibir Manda lama.