webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

46. Soraya

Manda membuka matanya, ia tertidur setelah Erlan pergi untuk rapat. Rasa capeknya mungkin efek naik pesawat dan juga rasa excited Manda akan kota Bali dan Hotel ini.

Manda mengelus perutnya merasakan pergerakan halus anak-anaknya yang lebih terasa aktif dari biasanya, "Kalian sama kayak Bunda ya Nak? gak sabar ya mau jalan-jalan, mending sekarang kita makan dulu simpan energi buat nanti dan juga besok."

Manda mengajak anaknya berbicara terus selama ia mengoleskan selai di atas roti gandum ini. Manda sudah bilang tadi sama Erlan jika pulang bawakan ia satu porsi makanan.

"Nanti kita minta Ayah buat engga jauh-jauh jalan kakinya. Biar Bunda sama kembar gak capek ya sayang," ucap Manda berbicara dengan anaknya.

"Sekarang kita makan satu roti ini dulu, nanti baru makanan yang di bawa Ayah."

Dengan membawa roti itu menuju balkon dan duduk di kursi sambil melihat pemandangan.

Di lain sisi Erlan terlihat begitu fokus pada pembahasan dengan dua kliennya. Ia bersyukur akhirnya kesepakatan final sudah diputuskan. Tapi di lain sisi Erlan sedikit malas, karena ia harus satu rekan bisnis dengan salah satu orang yang Erlan benci.

Wanita bernama Soraya, usianya sama dengan Daniel dan Sam, dua puluh tahun. Tapi wanita itu sangat gila bagi Erlan. Bukan hanya gila kerja tapi gila mengejar dirinya.

Tatapan wanita itu membuat kuduk bulu Erlan berdiri dan meremang. Ia selalu di perhatiankan terang-terangan membuatnya tak nyaman.

Ditambah sekertaris rekan bisnis utamanya mencuri-curi pandang ke arah Erlan. Gini nih yang Erlan tak suka setiap ia berada di sekitar orang baru. Dipandang terus menerus.

"Baik terimakasih untuk kehadiran Bapak dan Ibu semua. Rapat hari ini Saya akhiri, terimakasih sudah bekerjasama dengan hotel kami semoga kita menjadi rekan bisnis yang baik."

Erlan menyalami tangan rekan bisnis utamanya. Karena sudah selesai Erlan langsung keluar dari ruangan ini, lagian tak ada hal lain yang harus ia kerjakan.

Justru tugas dari sang istri sudah menanti. "Erlan! tunggu!" teriak seseorang yang sudah dapat Erlan tebak.

Soraya, wanita itu berlari mengejar Erlan lalu mengapit lengan kanan Erlan. "Ih apaan sih?!" ucap Erlan sambil menghempaskan tangan Soraya.

"Masih aja kayak dulu Lan," ucap seseorang lain dari balik badan mereka berdua. Om James, sekretaris ayah Soraya yang sekarang sedang membatu Soraya sebelum menggantikan Ayahnya.

Erlan menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada Om James yang seumuran dengan Papanya. "Saya pamit terlebih dahulu, karena ada hal yang harus segera Saya lakukan," pamit Erlan yang diangguki oleh Om James sedangkan Soraya berdecih, menghentakan kakinya tanda kesal pada Erlan yang sudah memasuki lift meninggalkannya.

Erlan langsung menuju pintu kamarnya, membuka pintu kamar itu. Ia sudah memesan pihak hotel untuk mengantarkan pesanannya di kamar hotelnya segera.

"Kamu lupa ya Mas? makanannya," ucap Manda yang melihat Erlan masuk tanpa membawa apa-apa hanya ada tas kantor Erlan saja.

"Udah kok, nanti pihak hotel antar ke sini." Manda mengerutkan dahinya, jika begitu ia bisa pesan sendiri.

"Padahal aku mau beli yang di street food depan. Rujak kuah pindang, yang di depan hotel persis. Emang kamu rapat dimasa sih?" tanya Manda. Erlan melepas sepatu dan kemejanya.

"Di lantai atas. Kalau Kamu mau itu sekalian kita jalan-jalannya Yang," ucap Erlan. Manda mengangguk, "Pulangnya kita beli itu dulu ya?" tanya Manda pada Erlan.

"Iya," jawab Erlan.

Erlan melepas kemejanya memperlihatkan tubuh atasnya yang polos. Manda sudah biasa melihat itu walau ia malu tapi ya mau bagaimana lagi, Erlan selalu begitu, tak tahu malu jika bersama Manda.

Erlan berjalan menuju meja dekat kasur, "Sejak kapan ada roti sama selai?" tanya Erlan sambil mengambil satu helai roti lalu menggigitnya.

"Pakai baju dulu sana loh," kata Manda sambil menutup bungkus roti itu. Bisa-bisa habis nanti rotinya dimakan Erlan. Nanti jika ia lapar tak ada makanan sehat yang cepat untuk ia makan.

Erlan merebahkan tubuhnya dengan roti yang ada di mulutnya. "Ih Mas, kamu malah tiduran, ayo dong katanya mau jalan-jalan." Erlan hanya menganggukkan kepalanya sambil terus mengunyah.

Manda geleng-geleng melihat kelakuan Erlan. "Buruan Mas, kata kamu mau pacaran, ini malah kamunya yang nunda-nunda," kata Manda sedikit kesal. Gini nih, Erlan gak pernah pacaran sekali pacaran bikin kesel orang aja. Manda menghela nafasnya sebal.

.

.

.

.

Erlan dan Manda jalan beriringan dengan bergandengan tangan, setelah acara malas Erlan dan acara makan Manda, akhirnya mereka jalan juga. Manda dan Erlan akan menuju aquarium besar yang ada di kawasan hotel ini sebelum mereka benar-benar keluar dari hotel.

"Wah," decak kagum Manda ketika melihat aquarium berbentuk terowongan dengan ikan-ikan yang bergerak berenang ke sana dan kemari. Erlan memesankan Manda satu jus buah untuk Manda.

Sedangkan Manda jalan lurus menyusuri aquarium ini. Katakan Manda ini kampungan, tapi jujur ini adalah pertama kalinya Manda melihat aquarium sebesar ini. Dan ikan seindah dan selucu ini.

"Nih, langsung jalan keluar aja yuk," ucap Erlan sambil memberikan cup berisi minum itu pada Manda. Manda mengangguk lalu berjalan menuju pintu keluar tempat ini.

Karena jarak pantai dan hotel dapat di tempuh oleh jalan kaki dan tak terlalu jauh maka Erlan dan Manda memutuskan berjalan kaki. Banyak orang yang seperti Manda dan Erlan, dari turis, warga lokal yang berjalan kaki.

"Kita cari tempat yang teduh aja." Manda terlebih dahulu membuang cup minumannya lalu mulai memasuki pantai. Di jejeran kursi yang sudah disediakan di tepi pantai dengan teduhan di atasnya menjadikan pilihan Manda dan Erlan.

Di sini sangat ramai dan banyak anak kecil. Mungkin karena pantai ini termasuk tak dalam dan cocok untuk anak-anak bermain di tepi pantai. Erlan dan Manda duduk diatas kursi, Manda yang doyan sekali dengan pantai segera melepaskan alas kaki yang ia gunakan.

Begitu juga dengan Erlan yang tak mungkin meninggalkan Manda sendirian saja. Erlan dan Manda berlari menuju pantai dengan air jernih itu.

Manda dan Erlan saling bermain air, sesekali mereka bercanda dengan berakhir Erlan yang tercebur di air. Mereka seakan-akan bahwa ini adalah pantai pribadi mereka karena mereka melupakan semua orang yang sedang menikmati pantai juga.

Ombak yang cukup besar menghantam kaki Manda dan mulai naik ke perut Manda. Manda yang merasa kerasnya ombak memilih untuk memundurkan langkahnya, "Kenapa?" tanya Erlan yang melihat Manda mundur cukup jauh.

"Ombak nya makin kenceng, anginnya juga." Erlan mengangguk lalu mereka memutuskan untuk berkeliling menyusuri pantai saja.

Sesekali mereka memotret keindahan alam atau salah satu diantara mereka. "Kamu hadap sana deh Man, Aku fotoin," ucap Erlan sambil meminta Manda menghadap pantai.

Erlan menurunkan kameranya lalu memotret Manda yang tampak dari samping. Erlan mencari gaya yang pas tapi ia justru terpana oleh kecantikan Manda. Perut besar Manda membuat wanita itu tampak lebih seksi, padahal pakaian Manda termasuk tertutup untuk ke pantai. Erlan segera memotret Manda sebelum dirinya berimajinasi lainnya.

"Ke sana yuk Mas," pinta Manda ketika melihat kepulan asap yang berasal dari restoran dekat meraka.

"Kamu mau makan?" tanya Erlan. Tak masalah Manda makan hanya saja sebelum mereka kesini Manda sudah habis satu porsi, secepat itukah si kembar mencerna?

"Neduh di sana, sekalian beli es kelapa kayaknya seger gitu," ucap Manda yang mulai berjalan ke arah restoran itu.

Erlan segera menyusul Manda. Sampai disana dua buah kelapa sudah dipesan Manda, lalu mereka mencari tempat duduk yang masih dekat dengan pantai.

"Jangan lihatin bulenya," ucap Erlan yang melihat gerakan kepala dan mata Manda menatap beberapa turis berlalu lalang didepan mereka.

Manda tertawa, ia hanya melihat saja setelah itu tidak terpikirkan apapun. "Mereka gak takut gosong ya Mas, pakai baju terbuka kayak gitu?" tanya Manda sambil melihat sekelilingnya.

Banyak warga asing yang memakai baju tipis, terbuka, bahkan bikini atau telanjang dada. Padahal terik matahari sangat panas, Manda saja memilih untuk memakai dress pantai panjang agara kulitnya tak terkena pancaran sinar matahari langsung.

"Mungkin engga, nyatanya banyak yang berjemur," jawab Erlan sambil melihat hasil jepretan kameranya.

Manda mengangkat bahunya acuh, sampai pelayan mengantarkan dua buah kelapa pada Manda dan Erlan. Erlan menaruh kameranya dan mulai meminum kelapa. Manda memejamkan matanya ketika air kelapa yang segar itu membasahi tenggorokannya.

"Loh Erlan?!" ucap Seseorang yang berada di samping Manda. Manda dan Erlan sontak melihat siapa gerangan yang memanggil. Erlan yang tahu itu siapa langsung memutar bola matanya malas.

Manda mengerutkan dahinya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang, em lumayan terbuka, sedang memanggil suaminya.

Wanita itu berdiri lalu duduk di hadapan Manda dan Erlan. "Wah, kita emang kayaknya jodoh deh Lan, ketemu terus," ucap wanita itu.

Manda mengerutkan dahinya ketika melihat Erlan yang justru diam seakan wanita itu tak pernah ada. Sedangkan wanita itu berusaha mengajak bicara Erlan dan melupakan kalau dirinya ada disini.

"Mau aku daging kelapa punya aku gak?" tanya Erlan tiba-tiba pada Manda dan menghiraukan ucapan wanita itu.

Wanita itu mendengus sebal namun seketika wajahnya memandang tak suka Manda. Anehnya setelah itu wanita tersenyum pada Manda, membuat Manda keheranan akan tingkah wanita itu. "Kenalin aku Soraya, kamu siapanya Erlan?" tanya wanita itu sambil mengulurkan tangannya ke Manda.

Manda tersenyum, ia menjabat tangan wanita itu, tapi belum juga menjabatnya Erlan sudah terlebih dahulu menepis tangan wanita bernama Soraya itu. "Jauhin tangan kotor Lo," ucap Erlan dengan muka juteknya.

Manda yang kaget akan sikap Erlan langsung mencubit paha Erlan dan membesarkan matanya ketika Erlan hendak protes padanya. "Gak sopan," kata Manda berbisik pada Erlan.

Soraya melihat kedekatan Manda dan Erlan dengan tatapan curiga dan menilai. Ia beru pertama kali melihat Erlan yang mau sedekat ini dengan perempuan, nurut lagi Erlannya.

"Kamu siapanya Erlan?" tanya Soraya pada Manda.

"Dia istri Gue," kata Erlan menjawab pertanyaan Soraya. Anehnya wanita itu tertawa lantang, seakan ada hal lucu yang sedang terjadi. "Gila," ucap Erlan dengan pelan.

Manda menggeplak tangan Erlan pelan, "Is kamu tuh Mas," kata kesal Manda karena sikap Erlan yang tak sopan.

"Mas?!" kata Soraya tiba-tiba.

"Udah deh kalian gak perlu sandiwara, dulu Lo juga gini Gue Lan, katanya pacar Lo ternyata pacarnya Reno. Udahlah gak perlu sandiwara lagi, dah ketahuan juga kalian," kata Soraya dengan raut yang masih nahan tawanya.

"Kenalin, aku Soraya, temen deket Erlan." Manda menjabat tangan Soraya dengan senyumannya. "Dah yuk pindah, mendung tuh langit," kata Erlan menarik tangan Manda lalu mengajak Manda pergi dari tempat ini.

Manda yang kaget mendapat tarikan itu hanya bisa mengikuti langkah Erlan dan cepat meraih tas kecil miliknya yang ada diatas meja.

Soraya melipat kedua tangganya di dada lalu bersandar di kursi, "Menarik, sandiwara yang menarik," kata Soraya sambil melihat Erlan yang memeluk pinggang Manda posesif.