webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

45. Rasa Bersalah Erlan (18+)

Manda mengikat tali handuk kimononya, lalu berjalan menuju kolam karena Erlan yang masih ada disana. "Mas kamu gak berangkat sekarang?" tanya Manda.

Erlan menepuk dahinya, ia lupa jika ia ada rapat hari ini. Erlan buru-buru keluar dari kolam renang, ia lalu membuka pintu didepannya yang langsung menuju kamar mandi.

Manda hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihat suaminya yang lari terbirit-birit. Manda menuju dalam kamar menutup pintu kolam lalu menutup kordennya.

Manda berganti pakaian lalu ia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Erlan yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berganti pakaian setelan kemeja kerja miliknya.

"Eh Mas, Sam nelpon kamu," kata Manda sambil memberikan ponsel milik Erlan. Erlan mengangkat telepon itu di balkon kamarnya, takutnya Sam membahas tentang peneror itu.

Manda memilih untuk mengganti saluran televisi, walau ia merasa sedikit aneh karena biasanya Erlan tak pernah menjauh jika mengangkat telepon.

Erlan masuk kembali ke dalam kamar lalu menutup pintu balkon kembali. "Loh kenapa di lepas Mas," tanya Manda melihat Erlan yang melepas kemeja kerja dan celana kerjanya mengganti dengan kaos polos milik Erlan.

"Di undur, klien yang satu lagi minta diundur soalnya pesawat dia lagi delay," jawab Erlan.

Erlan merebahkan tubuhnya disamping Manda. Lalu ikut menonton acara televisi, "Jauh-jauh ke Bali nontonnya masih upin ipin aja Yang," kata Erlan setelah iklan berakhir dan memunculkan dua kartun berkepala botak itu.

"Biarin, ketimbang aku nonton gosip hayo," jawab Manda agar tak kalah dari Erlan. Erlan memutar bola matanya, tapi ia bosan melihat kartun itu tapi ia juga tak mau istrinya yang sedang hamil ini menonton acara gosip, bisa-bisa si kembar jadi tukang gosip lagi.

Erlan mau tak mau mengikuti acara menonton kartun itu. Karena bosen akhirnya Erlan memeluk Manda, menaruh kepalanya di lipatan tengkuk Manda. Dan mulai memejamkan matanya.

Seperti biasa secara otomatis tangan Manda mengelus rambut Erlan. "Kamu kepingin anak kita laki-laki apa perempuan Mas?" tanya Manda tiba-tiba.

"Apa aja yang penting kamu sama si kembar sehat," jawab Erlan cepat. Baginya mau apapun jenis kelamin anaknya Erlan tak masalah, apalagi melihat perjuangan Manda yang mengandung membuat Erlan tak mau menuntut lebih.

Manda membangunkan Erlan dengan menggerakkan bahunya, "Mas jangan tidur loh, nanti kamu malah telat," kata Manda. Erlan mengangguk tapi matanya tetap terpejam.

"Mas, kamu kalau udah tidur susah banguninnya," ucap Manda yang masih membuat Erlan tidak tidur. Karena gemas pada Erlan yang terus memejamkan matanya dan tak merespon kata-katanya Manda mengangkat kepala Erlan lalu menggeser tubuhnya agar Erlan tak bersandar lagi padanya.

"Iya Yang iya, lagian kamu nonton upin ipin kan aku gak suka," protes Erlan. Ia lalu berdiri menuju ruang tamu yang ada didalam kamar hotelnya. Memilih untuk berada di sana.

"Orang kartunnya aja gak bikin ilfeel kok, aneh kamu," kata Manda.

"Bukan ilfeel tapi kamu gak perhatian sama aku," jawab Erlan yang berada di ruang tamu. Manda menelan ludahnya, ia baru paham sekarang, suaminya itu ingin diperhatikan.

Manda mematikan televisi itu lalu menyusul Erlan yang sedang tiduran di atas sofa dengan tangan kanannya menutupi wajahnya. Manda duduk dipinggir sofa, ia menghela nafasnya, Erlan pasti merajuk.

"Mas," panggil Manda sambil memegang pipi Erlan. "Aku tuh ke sini pingin liburan Yang, pingin berduaan sama kamu, pingin pacaran. Kamu malah asik nonton dua botak itu," ucap Erlan sambil menutup matanya.

Manda tersenyum, ternyata Erlan cemburu. Dan apa tadi katanya? pacaran? astaga kata-kata Erlan membuat Manda melayang. Padahal mereka sudah sah.

"Kan tadi kamu mau rapat Mas, ke pantainya juga sore kan," jawab Manda.

"Tapikan gak jadi, ditundanya juga lama, kamu ah gak peka taulah," kata Erlan sambil mengganti posisinya menjadi menyamping, membelakangi Manda.

"Dikodein aja engga," kata Manda dengan pelan. Erlan masih mampu mendengar kata Manda tapi ia memilih mengabaikan saja. Manda yang melihat suaminya itu tak bergeming jadi merasa bersalah.

"Mas, ya udah yuk jalan-jalan," ajak Manda sambil menggoyangkan bahu Erlan. Erlan masih memilih diam, merajuk terus. Manda menghela nafasnya, "Mas gak mau jalan-jalan, terus maunya kemana?" tanya Manda.

"Gak usah, nanti kamu ketinggalan nonton botak."

Manda menghela nafasnya mendengar jawaban Erlan. Begini nih yang Manda tak suka dari Erlan, memang dari dulu nih mulut Erlan jago banget nyindir. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di otak Manda.

Cup..

Manda mengecup sudut bibir Erlan, membuat sang pemilik langsung menghadapnya dengan memegang bekas ciuman Manda dan tatapan cengongnya.

Manda jadi tersipu malu, "Kamu nyium aku?" tanya Erlan dengan bodohnya.

Erlan langsung menarik Manda mencium bibir Manda, melumat bibir itu dan menyesapnya. Manda meletakkan kedua tangannya di bahu Erlan dan membalas ciuman itu.

Tangan Manda menyanggah tubuhnya agar tak menjatuhi Erlan. Manda memukul dada Erlan ketika nafasnya sudah mulai habis. Erlan tanpa babibubebo langsung bangun dari tidurnya dan menggendong tubuh Manda bersama anak-anaknya.

Manda yang terkejut reflek melingkarkan tangannya di leher Erlan. Erlan meletakkan Manda diatas kasur lalu memulai kembali apa yang meraka tunda tadi. "Aku kangen kamu," ucap Erlan disela ciumannya.

Manda mengelus kedua pipi Erlan dengan kedua tangannya. "Kamu nangis Mas?!" tanya kaget Manda ketika merasakan pipi Erlan yang basah dan juga lehernya yang terkena tetesan air.

Erlan langsung menyembunyikan wajahnya di tengkuk Manda, "Kok nangis Mas?" tanya Manda lagi.

"Maaf," lirih Erlan dengan suara bergetar.

Manda menghela nafasnya ketika ia dapat menebak Erlan yang lagi dan lagi berpikir kearah kondisi kembar dan juga masalah pertengkaran mereka. "Kamu kok jadi mellow gini sih Mas."

"Mas, Dokter Rina bilang loh kalau Aku sama Kembar gak kenapa-kenapa, lagian semua anjuran Dokter Rina selalu kita lakuin, kamu jangan banyak baca berita di internet lagi deh!" kata Manda mengomentari kebiasaan Erlan yang selalu mencari berita atau informasi melalui internet dimana sering di munculkan akibat negatifnya atau akibat terparahnya.

Manda menarik halus kepala Erlan, Erlan tak lagi mengeluarkan air mata hanya saja raut wajahnya terlihat merasa bersalah. Manda baru tahu jika perilaku Erlan berbanding terbalik dengan hatinya. Perilakunya yang mudah marah, berucap menyakitkan kadang, tapi hatinya se-sensitif ini.

"Yang hamil itu aku loh, yang mellow kamu coba," ucap Manda.

"Aku juga gak tahu kenapa aku jadi kayak gini, mungkin karena ini hal pertama buat aku," jawab Erlan.

"Aku juga, ini yang pertama buat aku. Sini peluk." Erlan dan Manda memiringkan tubuh meraka lalu saling memeluk. Erlan berkali-kali mengecup dahi Manda.

(Flashback On)

"Bunda bener-bener gak nyangka sama kamu Lan!" teriak Bunda di telepon.

Erlan mengerutkan dahinya ketika mendengar sang Bunda yang sedang memarahinya. Dimana ini bukan salah dirinya sepenuhnya.

"Lan Bunda selalu bilang sama kamu! hamil itu gak gampang Lan! Bunda ngalamin sendiri, satu janin aja udah buat Bunda kepayangan, apalagi ini tiga!"

"Usia Manda itu muda Lan, kamu kira Manda ketawa-ketawa atau senyum-senyum gitu dia gak kesakitan? Yang nahan capek, nahan muntah, belum kalau bayinya lagi pingin ini itu, belum lagi tekanan dari luar, dia itu butuh dukungan Lan kamunya malah ilang kayak gitu!"

"Sekarang Bunda tanya, kenapa selalu hubungi Bik Surti atau Bunda buat tanya tentang Manda? nomor Manda hilang? kalian punya masalah? inget ya Lan, suami istri itu pasangan hidup, kalau ada yang salah sama suami ada yang salah juga sama istri, kalau ada yang salah sama istri ada yang salah juga sama suami."

Erlan menghela nafasnya, "Erlan sama Manda lagi ada masalah Bun, lagian Bunda tuh kenapa sih, Erlan capek loh Bun baru ke Bali terus ke Jogja lagi." Erlan melepas kancing kemejanya sambil melepas asal sepatunya.

"Ini memang urusan rumah tangga kalian, Bunda cuma ingetin kamu. Kamu juga aneh Lan, apa masalah itu gak bisa di bicarain baik-baik? satu kesalahan meruntuhkan semua kebaikan, dan apa harus kamu hukum Manda kayak gini?"

"Cepet selesain masalah kamu sama Manda, Bunda gak mau ya cucu-cucu Bunda kenapa-kenapa. Anak kamu itu makin besar dia makin bisa ngerti perasaan orang tuanya."

Bunda langsung mematikan sambungan telepon. Erlan memejamkan matanya dan memegang pangkal hidungnya yang berdenyut-dentut.

"Bunda bener, kayaknya ada yang salah," ucap Erlan. Erlan dengan cepat mengambil laptop miliknya menghubungi Sam dan Daniel untuk menghandle sebentar.

Dan atas saran Daniel dan Sam, Erlan membuka CCTV rumahnya memutar balik kejadian itu. Dan betapa bodohnya Erlan tak melihat kejadian sebelumnya, ia terlalu cepat menyimpulkan hanya karena rasa cemburunya.

Manda jalan sangat lemas bahkan menuruni tangga begitu pelan, dan ketika membukakan pintu Manda jatuh pingsan dan ini pertama kalinya Erlan melihat Manda selemah itu.

(Flashback Off)