webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

38. Alasan

Manda berjalan ke arah taman belakang, dimana Erlan dan Pak Mar sedang mengerjakan rak hidroponik yang terbuat dari pipa. Manda dibantu Bik Surti membawakan nampan minuman dan juga cemilan kesukaan Erlan, makanan ringan dengan rasa gurih.

Manda terkagum-kagum ketika melihat Erlan yang mau susah payah, niat hati hanya ingin mengerjai Erlan malah Erlan serius mengerjakannya. "Mas, minum dulu."

Erlan menghentikan tangannya lalu menoleh ke arah belakang tubuhnya, Manda dan Bik Surti sedang menatap dirinya dan Pak Mar. "Bentar lagi," jawab Erlan.

"Aduh Den, pipanya kurang ternyata, saya ke tokonya lagi aja ya Den, Aden istirahat dulu saja," kata Pak Mar. Erlan mengangguk setuju karena disini hanya Pak Mar yang tahu bagaimana cara membuatnya.

Pak Mar mengajak Bik Surti kembali ke toko bangunan sekalian Bik Surti beli pesanan Nyonya alias Bunda. Erlan mencuci tangannya lalu duduk disamping Manda.

"Dapat darimana keripik itu?" tanya Erlan. "Kamarlah, aku tahu kamu ngumpetin ini, makanya aku umpetin balik."

Erlan menghela nafasnya, pantas saja keripiknya hilang dikopernya. Ia sengaja tidak mengeluarkannya karena jika di keluarkan Manda akan memakan sampai habis dan akan lupa jika dia harus juga makan yang berat dan bergizi.

Erlan mengambil toples dipangkuan Manda lalu memangku toples itu sambil sedikit menghalangi Manda dari toples itu. Manda berdecih melihat kelakuan suaminya.

"Yang," panggil Erlan.

"Iya?" jawab Manda menatap Erlan yang sedang mengunyah sambil menatapnya.

"Laki-laki yang waktu datang ke rumah siapa kamu?" tanya Erlan serius. Manda mengerutkan dahinya, ia mengingat laki-laki yang mana?

"Permana?" tanya Manda.

"Ya mana Aku tahu namanya," sewot Erlan membalas kata Manda. Ia jadi malas jika sudah begini, Manda ditanya apa jawab apa.

Manda terkekeh, "Dia temen aku, kesini cuma karena pingin silaturahmi aja," jawab Manda. "Tapi kok Mas tahu? Bik Surti yang kasih tahu ya?" tebak Manda.

Erlan menggeleng, dirinya bukan Bunda dan Papanya yang selalu meminta orang lain untuk memata-matai seseorang. "Terus tahu darimana?" tanya Manda.

"CCTV-lah."

"Rumah ini ada CCTV? kok aku baru tahu," kata kaget Manda. Pantas saja awal-awal Erlan kerja, Erlan selalu tahu Manda ngapain aja. "Di kamar ada CCTV juga?" tanya Manda.

Erlan mengangguk, semua sudut ruangan dirumah ini ada CCTV tapi khusus kamar CCTV hanya bisa diakses penghuni kamarnya aja. Karena tetap menjaga privasi seseorang.

Manda menggeserkan kursi miliknya hingga bersentuhan dengan kursi Erlan. "Makasih ya Mas raknya," kata Manda sambil meletakkan kepalanya dibahu Erlan lalu menautkan satu tangan Erlan dan tangannya.

"Aku... juga, aku juga minta maaf soal kemarin." Erlan menghentikan tangannya di udara ketika Manda berbicara masalah yang membuat dirinya dan Manda sedikit merenggang.

Awalnya Erlan pingin marah pada Manda, baginya hanya masalah sepele Manda sampai berpikiran kesitu. Tapi jika dipikir-pikir pasti berat rasanya. Manda harus merelakan masa mudanya dengan mengandung dan menjadi seorang istri. Manda juga pasti ada rasa iri melihat teman-teman sebayanya yang begitu menikmati masa awal di perkuliahan.

Erlan sadar, Manda juga pasti sedikit berat karena harus merelakan tubuhnya yang berubah drastis, merasakan ini dan itu. "Berat ya Man?" kata tanya tiba-tiba Erlan.

Manda mengangkat kepalanya menatap Erlan. "Maaf ya," kata sambung Erlan. "Maksud aku bukan gitu Mas, kemarin serius-" kata Manda terpotong karena Erlan yang mencium bibirnya.

Manda dapat merasakan mulut Erlan yang tadi makan keripik. Erlan melepas pagutan bibir mereka, "Aku juga salah udah bentak kamu. Tapi yang bikin aku marah bukan itu, chat kamu sama cowok itu yang bikin aku marah."

Manda menatap Erlan, "Maaf, aku gak ada niatan mau nyembunyiin," kata Manda. "Tapi kamu gak pernah cerita sama aku," balas cepat Erlan.

"Ya menurut Aku gak penting, aku juga lupa kalau ada chat itu. Toh juga aku gak pernah chat macam-macam sama dia," kata Manda.

"Tapi dia suka sama kamu, aku tuh cowok Man, aku tahu gimana cowok yang suka sama cewek sama yang engga. Kamu balas chat engga pakai hati tapi dia balas chat pakai hati," balas Erlan dengan serius.

"Sok tahu kamu Mas, orang dia tahu kalau aku udah nikah," ucap Manda. Erlan memanyunkan bibirnya mengikuti kata Manda barusan. "Ngeyel," kesal Erlan.

Manda tertawa kecil, ia mencubit pipi Erlan lalu memeluk satu tangan Erlan dan menyandarkan kepalanya di pundak Erlan. "Iya Mas, maaf ya."

Ini bukan jawaban yang Erlan mau, ia mau Manda menanggapi hal ini serius, setidaknya yakinkan laki-laki itu untuk tidak menaruh hati pada Manda. Permasalahannya, laki-laki itu adalah cinta pertama Manda, dan laki-laki itu ternyata juga menaruh hati pada Manda. Bagaimana jika suatu saat laki-laki itu mempengaruhi Manda atau hal lainnya yang membuat Manda pergi dari Erlan?

Erlan menaruh toplesnya lalu memilih untuk melanjutkan menyambungkan pipa-pipa itu sebisanya. Manda hanya bisa menghela nafasnya melihat Erlan yang begitu.

.

.

.

.

Manda berjalan ke dapur, Bik Surti sudah membelikan bahan yang Manda mau. Manda membuka kulkas besar itu, memasukkan beberapa bahan yang akan ia oleh besok. Pandangannya jatuh pada sekotak eskrim yang masih utuh bahkan masih tersegel.

Karena Manda sedang mengurangi beberapa makanan yang biasa ia cemili dan mengganti cemilan yang lebih sehat sesuai saran Dokter Rina membuat Manda tak bisa merasakan terlalu banyak es krim miliknya.

Manda menutup kulkas lalu mengambil roti yang benar-benar terbuat dari gandum seutuhnya. Ia tak terlalu suka roti seperti ini, tapi bagaimana lagi. Ia harus mau dan mengonsumsinya.

"Yang sabar ya Non, gak papa besok Non mau Bibik masakin apa? dijamin deh kali ini enak semua sayurnya," kata Bik Surti yang melihat Nona mudanya sedang memakan roti dengan malas.

"Apa aja Bik, akhirnya juga sayur sama kacang-kacangan lagi," ucap malas Manda. Bik Surti tersenyum saja menanggapi itu, ia juga bingung harus bagaimana lagi.

"Oh iya Bibik yang bilang ya sama Bunda soal lift itu ya?" tuduh Manda tiba-tiba. Bik Surti yang tadi mencuci gelas dan piring langsung buru-buru menyelesaikannya.

"Bibik jemur selimut dulu ya Non, lupa mau kalau belum dijemur," ucap Bik Surti. Manda menggeleng-gelengkan kepalanya, ini pasti alasan Bik Surti. Ngeles aja Bik.

Manda lagi-lagi menghela nafasnya ketika bik Surti sudah tak terlihat lagi didapur. Sepertinya tebakannya benar, kalaupun salah Bik Surti pasti ada bagian adil kenapa lift itu akan dipasang.

Manda jadi merasa merepotkan banyak orang, harga lift itu pasti mahal belum jasa pemasangan lift tersebut. Mertuanya juga terlalu baik menyerempet menghamburkan uang, padahal dirinya bisa pindah dikamar lantai bawah.