webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

37. Hidroponik

Setelah acara itu Manda dan Erlan langsung pulang. Mereka sama-sama beristirahat, sama seperti hari ini. Setelah pekerjaan luar kotanya Erlan meminta hari libur pada Papanya yang jelas saja disetujui mengingat hubungan Manda dan Erlan yang kurang baik sebelumnya.

Manda sedang memandangi taman belakang dan Erlan yang sedang berenang kesana kemari. Manda yang duduk di kursi dan payung besar seperti dipantai hanya bisa duduk lalu tiduran. Manda gak bisa berenang dan kolam keluarga ini sebatas hidung Manda, jadi dia tak mau dekat apalagi nyebur dikolam itu.

"Yang, sini deh," kata Erlan sambil melambaikan tangannya mengkode Manda untuk mendekatinya. "Gak gak gak, nanti kamu ceburin aku ke kolam," jawab Manda sambil menyenderkan punggungnya dikursi.

Erlan tertawa awalnya ia ingin seperti itu tapi Manda sudah menebaknya, ia keluar dari kolam menuju Manda. Manda memberikan handuk pada Erlan. "Eh kamu duduk disana, Aku udah mandi ya, gak mau basah-basah lagi," cegah Manda saat Erlan hendak duduk disampingnya. Erlan berdecak ia lalu pindah ke kursi pantai sebelah Manda.

Manda memejamkan matanya menikmati semilir angin, Manda tiba-tiba merindukan ayahnya sudah berhari-hari ia tak menghubungi Ayahnya, setelah kejadian itu Manda ragu saja menghubungi Ayahnya.

Erlan melihat Manda yang sedang terpejam ia memiliki sebuah ide yang brilian. Dengan langkah pelan Erlan menuju ke arah Manda. Dengan cepat Erlan mengangkat tubuh Manda lalu berlari kearah kolam renang. "Kyaa!!!"

Byurr...

Manda membuka matanya didalam air berusaha mengalungkan tanganya dileher Erlan. Erlan tertawa lalu meraih permukaan mengangkat dirinya dan Manda.

"KYAA!!! KAMU TUH YA, UDAH TAHU ISTRINYA GAK BISA BERENANG MASIH AJA DICEBURIN! NGESELIN TAHU GAK?!" omel Manda pada Erlan.

Erlan tertawa terpingkal-pingkal. Manda marah-marah padanya tapi posisi Manda memeluknya dan mendongak agar kepalanya tetap berada diatas air, jadi Manda mengomel tanpa melihat dirinya. Dan jangan lupakan ekspresi Manda yang begitu lucu.

Erlan mengayunkan kakinya, satu tangannya meraih besi di pinggiran kolam lalu mendudukan Manda di tangga besi itu. "Hahahhaahhaa... " tawa Erlan yang masih belum berhenti.

"Ha Ha Ha aja kamu, ya Allah sabar punya suami kayak kamu Mas," kata Manda sambil mengelus dadanya. Untung saja dia hanya kaget dan Erlan masih terus memeluknya hingga hantaman air mengenai Erlan terlebih dahulu.

"Maaf... Maaf," kata Erlan disela tawanya. Manda mengerucutkan bibirnya karena Erlan yang masih belum berhenti tertawa. Ia mengigit tangan Erlan yang masih berpegangan di besi sampingnya. "Auw!!" pekik Erlan.

"Jangan kayak gitu lagi ah, kalau aku jantungan gimana?" tanya Manda. "Maaf Sayang Maaf," balas Erlan.

"Maaf mulu, tapi ketawanya gak mau berhenti." Erlan mengangguk sambil melipat kedalam mulutnya. Erlan sudah memperhitungkan semuanya ketika akan menceburkan dirinya dan Manda, ia hanya ingin bermain saja dengan istrinya.

Manda memegang pinggiran besi berusaha keluar dari kolam renang, astagaa bajunya basah kuyup, untung saja dia memakai baju yang lainnya tebal dan berwarna gelap jadi tak membuat menerawang dalamannya.

Manda buru-buru mengambil kimono handuknya agar menutupi semua bajunya yang basah. Manda duduk di kursi dimana ia duduk sambil mengigil, Erlan yang melihat itu menjadi merasa bersalah. "Maaf ya Sayang," ucap Erlan, Manda hanya mengangguk saja, kejadiannya juga udah berlaku tidak bisa diulang, pakaian juga sudah basah.

Erlan mengelap badannya sampai air tak begitu menetes, lalu Erlan memberikan pada Manda handuk lebar diatas tubuh Manda agar Manda lebih hangat. Erlan memakai kimono handuknya.

"Aku gendong sini," kata Erlan sambil berjongkok di depan Manda. Manda membuka tangannya yang tadi memeluk tubuhnya ke leher Erlan. Erlan menyelipkan tangannya dipunggung dan dibawah lutut Manda lalu mengangkatnya.

"Jangan kayak gitu lagi Mas, kalau semisal tadi yang kena air duluan gimana coba?" ucap Manda yang ada didalam gendongan Erlan. "Iya iya aku minta maaf ya Sayang," jawab Erlan sambil menciumi wajah Manda yang dekat dengan wajahnya.

Setelah sampai kamar Erlan membawa Manda ke dalam kamar mandi. Manda melepas kimononya, "Ngapain masih disini?" tanya Manda.

"Mandilah," jawab Erlan

"Ya gantian Mas, sana keluar dulu."

"Mandi bareng dong Sayang," kata Erlan.

Manda menggeleng enak aja setelah membuatnya ketakutan dan kedinginan laki-laki itu minta yang enak. "Gak gak, aku marah sama kamu. Sana sana sana," usir Manda pada Erlan.

"Tadi aja mau digendong masa marah sih."

"Itu tuh terpaksa," jawab Manda. Erlan berdecak ada ada saja bumil satu ini. "Ya ampun Yang tadikan udah minta maaf," kata Erlan menimpali kata Manda.

"Tapikan Aku masih marah, dah sana." Erlan berjalan gontai memutar kakinya berjalan keluar kamar mandi, istrinya memang aneh. "Mau Aku maafin?" tanya Manda membuat langkah Erlan terhenti.

"Apa?"

"Kamu buatin Aku rak hidroponik." Erlan mendatarkan ekspresinya. Erlan tak masalah raknya itu mudah tapi kata kata Manda dirinya lah yang membuat rasanya astagaa.

"Ketimbang Aku suruh kamu buatin Aku seribu candi hayooo," ucap Manda lagi. Manda mendorong Erlan untuk keluar dari kamar mandinya. "Tolong ya Ayah, kembar kepingin punya itu."

Manda lalu menutup pintu kamar mandi. Erlan menghela nafasnya, masa beneran dia yang buat astaga. Erlan berjalan ke arah lemari bajunya ia akan mandi di kamar mandi kamar tamu saja.

.

.

.

.

.

Manda sudah memakai bajunya, dengan gaya yang seperti biasa apalagi kalau bukan baju daster yang melekat semenjak Manda hamil. Manda membiarkan rambutnya yang masih basah tergerai. Manda melihat perutnya yang sedikit menyembul di balik dasternya.

Kata Dokter Rina ukuran perutnya justru sekarang terlalu besar tapi masih tergolong normal. "Ya Ampun Nak," kata Manda sambil mengelus perutnya memutar. Menjadi wanita hamil kadang ada tak enaknya juga, tapi Manda bersyukur di trimester dua ini kembar tidak terlalu banyak aneh-aneh hanya saja pergerakan mereka yang pelan mulai bisa dirasakan oleh Manda.

Manda mengambil hairdryer, mengeringkan rambutnya. Setelah itu Manda menyisir kembali rambutnya dan mencepol rambutnya, "Ayah kalian mana ya?" tanya Manda.

Manda keluar dari kamar, saat melewati dapur Manda mendengar bel rumah berbunyi. Manda mau tak mau harus ke pintu utama rumah ini, karena ia tak melihat Bik Surti berada.

"Iya cari siapa Mas?" tanya Manda pada laki-laki didepannya ini.

"Saya dari tim survei tempat Mbak buat penambahan lift dirumah ini. Ini Mbak bukti pemesanannya dan hari ini saya diminta untuk datang ke rumah untuk pengecekan posisi lift aman atau tidaknya."

Manda mengambil kertas itu membaca seksama. Bik Surti yang tadi dari kamar mandi kaget melihat nonanya sudah ada di depan pintu, "Tadi baru saja bibik mau buka Non."

Manda berdecak, ibu mertuanya tertanya beneran membeli lift, astagaa.... Sekarang ia tahu dari mana sifat boros Erlan berasal. Mobil Erlan memasuki pekarangan rumah, disana ia keluar bersama Pak Mar dengan beberapa bahan material.

"Kenapa?" tanya Erlan yang melihat Manda melongo. "Nih," kata Manda menyerahkan kertas itu. Erlan menerima hal itu lalu membacanya. Ia terkekeh ternyata Bundanya itu tahu apa yang paling dibutuhkan.

Erlan mempersilahkan orang itu untuk masuk dan melakukan tugasnya. Setelah itu Erlan kembali dengan segala macam alatnya. "Kamu mau beneran bikin raknya?" tanya Manda.

"Menurut kamu? Aku bawa pipa bawa ini itu buat apa?" jawab Erlan sedikit kesal. Untung Pak Mar pernah membuat rak hidroponik itu sehingga Erlan tak pusing melihat tutorial yang belum tentu jadi.

Cup

Manda mencium pipi Erlan membuat langkah Erlan terhenti, "Terimakasih Ayah. Aku buatin minum dulu ya, semangat Mas." Erlan memegang pipinya yang baru saja dicium Manda. Istrinya ini memang unik banget.