webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

23. Seorang Manda Hashilla

Erlan tetap berada di ruang tamu menunggu istrinya keluar dari kamar. Sedangkan Ayah mertuanya sudah Erlan pinta untuk istirahat dulu, biar Erlan saja yang menunggu Manda. Erlan bersandar di sofa, sesekali Erlan melihat pintu kamar itu. Erlan melihat jam dinding, sudah setengah jam ia menunggu Manda setelah Ayah menceritakan tentang kejadian di keluarga Manda.

Erlan berdiri ia sudah tak tahan karena sudah satu jam ia menunggu pintu itu terbuka, ia memilih untuk mengetuk pintu kamar Manda dan memanggil istrinya itu. Erlan mencoba membuka pintu kamar Manda, betapa bodohnya Erlan ia menunggu satu jam ternyata kamar Manda tidak di kunci. Hadehhh.... tau gitu Erlan buka dari tadi, terus juga kenapa Erlan diam aja tidak berpikiran membuka pintu Manda? Hadehh.... hadehh..

Erlan membuka pintu itu melihat Manda yang tidur di atas kasur dengan posisi menyamping dan terdengar suara isakan tangisan. Erlan menutup pintu, ia menuju hadapan Manda dan duduk di atas lantai, Manda langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketika Erlan ada di depannya. Hiks.. hikss.. hiks..

Erlan menepuk lengan Manda dan memilih diam mendengarkan suara tangisan Manda. "Sayang kenapa nangis?" tanya Erlan dengan pura-pura bodoh. Manda menggeleng dan masih terus menangis.

"Sayang, peluk sini," tawar Erlan melepas kedua tangan Manda dari wajah Manda. Manda langsung bangun dari tidurnya dan masuk kedalam pelukan Erlan suaminya. Manda menangis dengan kencang, semua tangisannya yang ia tahan langsung ia tumpahkan.

"Aku gak suka orang itu Lan! Aku gak suka!" kata Manda dalam pelukan Erlan dan terus menangis. Erlan mengelus punggung Manda memberikan ketenangan dan memilih diam.

"Aku gak mau lihat dia deket sama ayah Lan! Gak boleh! Hiks pokoknya gak boleh!" Erlan mengangguk mengiyakan kata Manda dan terus mengelus punggung Manda dengan sayang.

Hiks... Hikss.. hiks

Hiks... Hikss.. hiks

Manda terus menangis walau tak sekencang tadi. Ia terus memeluk Erlan, karena ia butuh pelukan dan pelukan ternyamannya adalah pelukan Erlan. Erlan mengintip wajah Manda, wanitanya masih terus mengeluarkan air mata. Cup.... Cup...

"Naik kasur yuk Yang, lantainya dingin loh," ajak Erlan pada Manda.

Manda menggeleng, ia tak mau lagi pula ia di atas pangkuan Erlan, mana ia merasakan dingin. Erlan melihat posisi Manda, mungkin ia bisa mengangkat Manda karena posisi Manda yang mengkakang padanya.

"Gak mau Lan, hiks mau kayak gini aja," kata Manda karena tahu Erlan akan menggendongnya. Erlan menghela nafasnya ia lalu membiarkan Manda menempelinya.

"Lan maaf ya," ucap maaf Manda tiba-tiba. Jelas saja Erlan mengerutkan dahinya langsung, "Kenapa minta maaf?" tanya nya.

"Kamu malu gak lihat aku kurang sopan kayak gitu?" tanya Manda lagi dan masih membuat Erlan bingung, ia kan juga kurang sopan dengan Papanya.

Manda menghapus air matanya. Ia lalu mengalungkan tangannya di leher Erlan dan menatap mata suaminya. Erlan mengangkat kedua alisnya karena Manda hanya diam saja sambil terus menatapnya.

"Aku gak sempurna Lan, aku gila." Erlan menatap bingung Manda. "Aku punya kembaran namanya Made. hika Dia laki-laki, tampan menurutku, punya lesung pipi, giginya ompong karena jatuh dari sepeda, dia baik banget selalu bantu aku apapun itu dan selalu ngalah sama aku."

"Aku punya Ibu, cantik banget, selalu baik, gak pernah marah sama aku, selalu buat aku sama Made ketawa, selalu bacain dongeng sebelum tidur, selalu nurutin sifat manja aku dan ngutamain aku dari pada Made."

"Dan hanya itu yang aku ingat Lan. Aku gak bisa kayak kamu yang ingat semua kejadian masa kecil kamu. Aku gak bisa Lan. Aku coba tapi kepala aku selalu sakit rasanya mau pecah dan ayah selalu larang aku buat ingat lagi semuanya. Bahkan aku gak ingat Lan, alasan kenapa Ibu dan Made pergi untuk selama-lamanya, dan Ayah gak pernah mau ceritain itu."

Manda menurunkan air matanya kembali. Erlan mengusap air mata itu dan meminta Manda berhenti berbicara, ia tak tega melihat mata istrinya yang sudah bengkak kembali mengeluarkan air mata, Manda juga pasti lelah menangis berjam-jam. Tapi Manda menggeleng.

"Kamu selalu tanyakan Lan, kenapa aku gak pernah cerita Ibu dan kembaran aku. Karena aku gak bisa ingat apapun Lan. Aku Amnesia dan Ayah gak pernah mau buat aku ingat semuanya!"

Manda menunduk dan menangis, tangisannya lebih menyesakkan. Manda ingin seperti yang lainnya menceritakan kejadian adik atau kakak mereka di masa lalu atau menceritakan masa lalu mereka yang membuat mereka tertawa atau menangis, tapi Manda gak bisa. Ia hanya ingat wajah kembarannya, ia hanya ingat wajah Ibu dan ayahnya, ia hanya ingat Ibu dan kembarannya yang baik padanya, keluarganya yang sedang tertawa di depan teras, udah itu aja.

Ia bahkan lupa kalau ia pernah berkunjung ke pantai dan tempat rekreasi lainnya bersama keluarganya. Ia lupa apa yang membuatnya menangis dan tertawa di masa lalu. Ia lupa mengapa ia bisa di rawat rumah sakit saat umur lima tahun.

"Hiks dan wanita itu datang Lan. Hiks Di tengah-tengah aku yang sedang berusaha mengingat masa laluku. Dia bilang aku pernah ketemu dia tapi aku gak bisa ingat. Sampai gak sengaja aku lihat wanita itu meluk Ayah. Hiks Hati anak kecil mana yang gak sakit Lan, ayahnya dipeluk sama perempuan lain selain ibunya, bahkan perempuan itu gak punya hubungan keluarga."

Erlan memeluk Manda dengan erat ia tak tahu harus menanggapinya bagaimana, ia paham apa yang terjadi, tapi ia tak mungkin menjelaskan semua pada Manda. Ia jadi merasa bersalah selalu memancing Manda bercerita tentang kembarannya.

"Aku menderita insomnia dulu Lan. Hiks Aku gak bisa tidur nyenyak walau aku udah ngelakuin semuanya buat bisa tidur. Hiks Terkadang, aku nangis semalaman Lan kayak orang gila. Hiks aku bahkan selalu di rumah beberapa hari tanpa keluar kemana pun bahkan bolos sekolah, bukan karena Ayah larang tapi takut mendengar mereka yang bercerita tentang Ibu dan saudaranya. Hiks Aku semenyedihkan itu Lan."

"Karena semua mimpi yang aku dapat selalu membuatku yakin...bahwa ada yang salah dengan masa laluku hiks..."

Manda meraung menangis, "Dan Aku benci orang itu Lan, karena Ayah selalu natap beda orang itu. Aku takut Ayah suka orang itu, aku gak pernah mau Ayah suka selain Ibu aku Lan."

Erlan memeluk Manda dan mendengarkan semua yang keluar dari mulut Manda. Manda masih terus menangis, menangisin dirinya yang seperti ini.

Erlan dan Manda sama-sama diam, hanya suara tangisan Manda yang menggema di ruangan ini. Erlan menepuk halus punggung Manda dan rambut Manda.