webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

20. Erlan Pingin Punya Rumah Sendiri

Pagi ini Erlan di kagetkan dengan hilangnya Manda dari kamarnya. Ia melihat ke arah jam dinding.

5.10

Biasanya jam segini Manda sudah membangunkannya. Walau hanya sekedar menyuruhnya untuk duduk mengumpulkan nyawa.

Erlan berjalan keluar kamar, mungkin Manda sedang memasak bisa jadikan. Ia menuruni tangga dan suara dua orang yang tertawa semakin terdengar jelas.

"Erlan beneran kayak gitu Bun?" tanya Manda sambil mengiris wortel. Sedangkan Bunda nya membelakangi Manda sambil mengaduk panci.

"Iya tahu Man. Bunda kan kalau ke kantor dulu jam delapan jam sembilan, jadi yang mandiin setiap pagi itu Bunda. Ada aja kelakuannya Erlan kalau di dalam kamar mandi. Pernah nih Man, udah mau telat sekolahnya, Bunda udah marah-marah nah si Erlan malah joget-joget sambil nyanyi-nyanyi jadi lama banget sampai udah telat dan Erlan belum pakai seragam. Jadinya gak sekolah deh waktu itu."

Manda dan Bunda nya kembali tertawa. "Pantas aja tidur aku gak nyenyak, orang lagi di gibahin," batin Erlan yang berada di tangga menengok ke arah dapur. Manda memang sudah mendapatkan ijin darinya dan juga Bunda untuk memasak asalkan gak tiap hari aja Manda memasak, kata Bunda kalau Erlan mah selama Manda nyaman gak kenapa-kenapa ya silahkan.

Manda memberikan wortel pada Bunda, ketika ia berbalik ia melihat Erlan yang sedang memangku dagunya dengan tangannya sambil berdiri di tangga.

Manda melepas apronnya lalu pamit ke Bunda kalau ia ingin menghampiri Erlan. "Udah bangun?" tanya Manda sambil membersihkan kotoran di ujung mata Erlan.

"Udah, kamu bangun jam berapa tadi? Kok aku gak tahu," tanya balik Erlan pada Manda. "Jam empat kayaknya, aku haus banget jadi turun ke dapur eh ternyata Bunda lagi di dapur juga."

Erlan memeluk tubuh Manda ia sejujurnya masih mengantuk, mengingat hari pertama kerjanya sangat padat di tambah emosinya yang tiba-tiba naik turun dan Papa dan Bundanya yang super nyebelin.

"Udah ah, ayo sholat Bunda sama Papa tadi udah sholat, aku sengaja nunggu kamu bangun dulu abis kamu kelihatan kecapean banget. Nanti kalau aku tinggal sholat tanpa kamu, kamu marah pasti."

Manda melepaskan pelukannya lalu mengajak Erlan kembali ke kamar. Sampai nya di sana Manda membelokkan langkahnya menuju kamar mandi seperti biasa ia akan mengatur suhu shower terlebih dahulu dan menuju walk in closet untuk menyiapkan baju Erlan.

Erlan melepas pakaiannya lalu menaruhnya di ranjang pakaian kotor bisa di marahin Manda jika tidak di taruh di tempat yang tepat. Erlan mandi sedangkan Manda menyiapkan baju.

Dan seperti biasa rutinitas pagi mereka.

. . . . .

Di meja makan Bunda tak habis-habisnya mengajak Manda mengobrol, Manda yang di ajak mengobrol pun juga menanggapi biasa. Tapi tidak dengan Erlan, ia selalu menyindir Bundanya untuk stop berbicara, dirinya jadi kurang perhatian jika Bunda nya mengajak Manda terus mengobrol.

"Kalau Manda suka bikin jajanan pasar gitu?" tanya Bunda setelah menelan makannya.

"Makan dulu Bun baru ngobrol," sindir Erlan dan Bunda nya tak peduli atas sindirannya.

"Tahu-tahu cara bikinnya sih Bun, Bude yang suka buat jadi tahu dikit-dikit resep kayak gitu," jawab Manda. Erlan menghela nafasnya istrinya ini malah terus menanggapi Bunda.

"Yang air putih," pinta Erlan dengan nada pelan pada Manda.

"Ambil sendiri gitu loh Lan, manja banget kamu," sindir balik Bunda nya membuat Manda terkekeh geli. Erlan berdecak lalu memilih untuk mengambil sendiri lalu meninggalkan meja makan. Manda masih diajak Bunda mengobrol ia hanya melirik Erlan yang naik ke lantai atas mungkin mau mengambil tas kerjanya.

"Bunda, Manda susulin Erlan dulu ya," kata Manda yang langsung di balas anggukan oleh Bunda. "Ngambek biasanya Man," kata Bunda. Manda tertawa kecil lalu mengangguk paham.

Sampai di kamar terlihat muka bete Erlan di cermin sambil memasangkan dasinya. "Sini aku bantuin," tawar Manda pada Erlan.

"Udah selesai," jawab Erlan sambil menujukan dasinya yang sudah terpasang walau tak serapi kalau Manda yang pakaiin.

"Kamu marah?" tanya Manda langsung pada Erlan. Erlan melingkarkan tangannya ke pinggang Manda lalu menaruh kepalanya di bahu Manda.

"Bunda monopoli kamu terus dari aku. Aku gak suka."

Manda tertawa ketika Erlan mengatakan itu. Baru juga pagi hari, Erlan sudah mengeluh pada tentang hal seperti ini. "Aku pingin punya rumah sendiri deh," kata tiba-tiba Erlan.

"Ya udah, tapi nabung dulu Lan, jangan pakai uang Bunda atau Papa," kata Manda mengiyakan kata Erlan. Erlan mengangguk di bahu Manda.

"Dah sana berangkat, nanti telat sampai sana loh."

Erlan mengangkat kepalanya ia mengecup pipi Manda lalu mengambil tas kerjanya. "Ayah berangkat dulu ya, baik-baik di rumah sama Bunda."

Manda mengantarkan Erlan sampai depan pintu. Mereka melakukan hal biasanya dan menjadi bahan tontonan Bik Surti, Pak Mar, dan Bunda. Manda jelas malu tapi tidak dengan Erlan baginya itu hal biasa dilakukan suami istri.

"Aku berangkat, kalau ada apa-apa bilang aku. Awas bilang Pak Mar kamu," kata Erlan. Manda hanya mengangguk saja.

Erlan berangkat dengan menyetir mobil sendiri. Manda masih menunggu di depan pintu sampai mobil Erlan menghilang dari pandangannya.

.

.

.

.

Siangnya Erlan kembali di buat kesal dengan tingkah Bunda nya. Ini sudah jam makan siang, seharusnya ia dan Manda saling memberi kabar. Ia sudah dua kali menelpon ponsel Manda dan wanita hamil itu tak kunjung mengangkatnya.

"Eh kasian ya tuh Pak Roman," kata Sam tiba-tiba yang duduk di sofa ruangan Erlan bersama Daniel. Erlan menatap Sam, ternyata orang sangar bisa gibah juga pikirnya.

"Napa emangnya?" tanya Daniel.

"Istrinya punya cowok lain. Lo pada tahu gak alasannya apa?" kata Sam membuat Daniel dan Erlan penasaran. "Apa?" tanya Erlan.

"Gegara gak punya tubuh yang bagus sama gak bisa muasin di atas ranjang, klise banget kan alesannya. Kenapa gak cari aja obat kuat buat Pak Roman."

Erlan geleng-geleng, "Udah lah gak usah ngurusi rumah tangga orang. Emang Lo mau pas kalian nikah rumah tangga nya di recokin mulu."

"Kira-kira Erlan kalau sama istrinya bisa muasin gak ya Dan?" tanya frontal Sam yang membuat Erlan menatap tajam Sam. "Kayaknya engga deh lihat tuh badannya aja kalah sama kita, pasti yang dibawah juga kalah sama kita, apalagi kitakan sering di asah Erlan boro-boro minum alkohol aja gak pernah," kata ambigu Daniel. Daniel tertawa bersama Sam ketika Erlan melempar satu bendel ke pada Daniel dan Sam tapi tak mengenai mereka.

"Diem Lo anjing, mending bantuin Gue ngecek nih kertas. Ngurusin rumah tangga orang aja Lo pada, Gue doain Lo pada dapat cewek yang gak suka sama cara main kalian. Gue sumpahin." Sam dan Daniel masih tertawa tak menanggapi kata Erlan.