webnovel

Chalissa

Devy_shandra98 · Teen
Not enough ratings
13 Chs

Nggak Mau Pacaran

"Lis, nonton apa sih serius amat?". Ucap Amanda menengok kearah ponsel Chalissa.

"Liat pacar gua". Jawab Chalissa santai.

"Mulai halu dah anak ini". Ucap Amanda.

"Gua nggak halu, dia pacar gua". Sungut Chalissa yang diganggu konsentrasi menontonnya. "Dalam mimpi". Sambungnya lagi sambil nyengir nggak jelas.

"Alah halu aja lo, mending lo terima aja cowok yang nembak-nembak lo itu, gua pusing sama mereka, yang nitip bunga, coklat dan sejenisnya". Ucap Amanda memulai negosiasinya.

"Standar lo, turunin apa, jangan cari cowok yang keterunan Jepang, China, Korea yang nggak bakalan lo dapatin. Pasalnya nih, gua kasih tahu, nemu orang yang murni darah orang Jepang, China, Korea itu sulit disini. Kalau emang lo terobsesai banget sama mereka mending lo minggat aja kesana, kenegara salah satu yang gua sebut tadi. Gua jamin lo bakalan dapat". Cerah Amanda.

Chalissa hanya manggut mendengar ucapan Amanda yang terus diulang-ulang bak siaran tv. Mendengar ocehannya yang tak ditanggapi Chalissa Amanda mempause acara tontonan Chalissa.

Menghembuskan napas dengan kasar, Chalissa terlihat kesal dengan tingkah sahabatnya itu. "Ada apa Amanda cantik?". Tanya Chalissa dengan wajah dipaksa tersenyum menahan kesal.

"Lo dengarin gua kan?", Tanya Amanda tidak menghiraukan wajah kesal Chalissa.

"Iya, Gua dengar". Ucap Chalissa acuh tak acuh.

"Lis, terima salah satu anak-anak yang nembak lo ya, biar gua bisa bebas dari mereka". Bujuk Amanda.

"Nggak". Ucap Chalissa sambil melanjutkan acara menontonnya yang tertunda.

"Gua iri sama lo, banyak orang yang suka sama lo". Curhat Amanda.

"Amanda, please nggak usah mmulai deh!". Kesal Chalissa. "Lo udah punya Radit sahabat gua dari kecil, dia orangnya setia, lo iri sama gua apalagi, Nda?". Kali ini Chalissa menutup acara menontonnya dan memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Pandangannya fokus kearah sahabatnya.

"Ya iri aja, soalnya kan lo banyak yang suka". Ucap Amanda mengutarakan isi hatinya. Jujur dia sangat iri dengan sahabat yang dikenalnya semasa kuliah ini. Chalissa memiliki perawakan yang bagus, kulitnya putih seputih salju dengan rambut hitam sepinggang. Wajahnya campuran Indonesia China. Hidungnya tidak terlalu mancung, bibir tipis merah muda alami bak buah cerry, bulu mata lebat dan lentik dengan mata berwarna hitam pekat. Siapa pun cewek yang melihatnya pasti akan iri dengan semua yang dia milliki. Rasanya dua ini tidak adil melihat Chalissa yang diberi kesempurnaan fisik seperti ini. sayangnya orang yang dianugrahi fisik yang sempurna ini sangat acuh terhadap dirinya sendiri.

"Gini ya Amanda, percuma banyak orang yang suka sama gua, kalau Cuma liat gua dari fisik aja. Nggak kayak lo, Radit itu liat lo dari hati lo, nggak mandang fisik. Fisik itu sementara, tapi nggak kayak hati yang bisa selamanya". Ucap Chalissa.

Amanda terdiam dengan penuturan sahabatnya itu, benar kata Chalissa ia seharusnya bersyukur dengan apa yang ia miliki bukan mengeluh, terlebih ia memiliki Radit yang menyayanginya dengan tulus. Ia jadi merasa bersalah dengan Chalissa, pasti ia merasa tertekan karena selama ini, Amanda selalu memaksanya untuk menerima salah satu cowok yang mengutarakan cinta kepada Chalissa, terlebih lagi semenjak ia jadian dengan Radit, Radit lebih peduli padanya dan Chalissa mengerti itu. Seharusnya ia tidak memaksa sahabatnya itu. Chalissa sudah berbaik hati mengikhlaskan Radit untuknya. Siapa yang tidak mengenal kedekatan Radit dan Chalissa yang dari kecil tidak pernah dipisahkan seperti blangko.

"Maaf". Cicit Amanda.

"Santai aja kali".

"Tapi bisa nggak lo nurunin standar cowok buat lo, buka hati gitu Lis. Pasti ada kok yang nggak mandang fisik aja, kayak Radit".

"Nda, gua nggak punya standar khusus buat yang mau jadi pacar gua, tapi gua belum bisa buka hati buat orang luar masuk ke dalam hidup gua. Gua nggak mau apa yang terjadi sama kakak gua, kejadian juga sama gua. Cukup lo sama Radit orang asing yang gua kasih masuk dalam hidup gua".

Chalissa dan Amanda memang temanan semenjak mereka masuk kuliah itu pun karena Amanda yang dikerjain oleh para kating yang usil, hingga membuat Chalissa geram dan akhirnya memberi beberapa bogeman untuk mereka. Semenjak itu Amanda selalu mengikuti Chalissa kemana pun Chalisa pergi. Walaupun Amanda tetap diabaikan oleh Chalissa. Jengah, akhirnya Chalissa mau menerima keberadaan Amanda.

Obrolan mereka terintrupsi ketika seorang dosen memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai. Amanda dan Chalissa memilih jurusan yang sama yaitu jurusan fashion design. Ia memilih Fashion design karena kecintaannya terhadap seni lukis. Orang tuanya tidak menyetujui ia memasuki jurusan seni lukis dengan alasan tidak ada yang akan melanjutkan usaha orang tuanya. Jadilah dia memilih fashion design, ia memilih fashion design dengan alasan untuk mengembangkan usaha orang tuanya dibidang fashion. Tentunya sebenarnya itu hanya akalan Chalissa saja untuk tidak meninggakan dunia lukisnya.

Sikapnya dengan lukisan berbanding terbalik dengan penampilannya. Penampilannya terkesan tomboy, ia senang sekali menggunakan baju yang kebesaran. Hampir semua bajunya baju laki-laki, terlebih lagi warnanya yang dominan putih.