webnovel

Amukan Kartika dan Tono

"Aduh kok pake lowbet sih! Gimana ini? Gak ada bengkel!" gerutu Olive.

"Kenapa ban motornya? Kok di lihatin?"

Olive beranjak melihat sang pemilik suara, rupanya itu Kahfi. Kahfi memang suka berjalan kaki jika ke kantor, dan setelah sampai di tengah jalan ia baru memakai ojek online.

"Gak papa kok, Bapak baru mau pulang?" tanya Olive, tak berani memberitahukan bahwa ban motornya bocor.

Kahfi terus memperhatikan ban motor yang Olive halangi dengan tubuh besarnya.

"Minnggir, biar saya lihat bannya." Suruh Kahfi yang mulai mengecek ban motor Olive.

"Wah, ini sih harus di tambah Liv. Bocornya parah banget," ucap Kahfi.

Kahfi akan mendorong motor Olive untuk membawanya ke bengkel, namun Olive menahannya. Olive merasa tidak enak karena sudah membiarkan bosnya mendorong motornya.

"Sudah, kamu ikuti saya saja. Bengkelnya gak jauh kok, ada di depan tuh." Tunjuk Kahfi.

"Di depan ada bengkel?" Tanya Olive.

"Iya ada, kamu pikir gak ada?"

"Iya."

"Posisinya terhalang pohon."

Padahal Olive sejak tadi mencari bengkel tidak ada, dan ternyata bengkel tersebut terhalang pohon besar. Olive tidak pernah memperhatikan jalanan sekitar kantor sehingga Olive tidak tahu jika ada bengkel dekat.

Olive membantu Kahfi mendorong motornya dari belakang padahal Kahfi sudah memintanya untuk berjalan disampingnya.

"Mas, tolong tambalkan bannya ya?" Kahfi meminta tukang bengkel menambalkan bannya.

Hampir setengah jam Olive dan Kahfi menunggu ban motor Olive selesai, hingga langit sudah mulai menggelap.

Allahuakbar Allahhuakbar.....

Azan berkumandang, Olive dan Kahfi mencari masjid terdekat sambil menunggu motor Olive selesai diperbaiki.

"Setelah Sholat kita cari makan dulu, pasti kamu belum makan." Tebak Kahfi.

Olive tak lantas menjawab ucapan Kahfi karena Kahfi sudah terlebih dahulu pergi mengambil wudhu. Olive merasa beruntung karena sudah ditolong Oleh Kahfi.

Setelah sholat, Kahfi mengajak Olive makan di warung makan sederhana. Padahal Olive sudah menolak, tapi Kahfi memaksa Olive dan mau tidak mau Olive menuruti Kahfi saja dari pada Olive harus kehilangan pekerjaannya nanti.

"Terima kasih ya pak," ucap Olive tiba-tiba membuat kahfi bingung.

"Untuk?" Tanya Kahfi.

"Ya karena Bapk sudah membantu saya, banyak sekali orang lalu lalang di hadapan saya. Tapi tidak ada satu pun yang mau membantu saya kecuali bapak," jelas Olive.

Kahfi tertegun karena mendengar ucapan Olive, mungkin karena wajah Olive yang membuat orang tidak mau

membantunya. Tapi Kahfi, dia orang yang baik dan dia tidak pernah memandang Olive buruk. Baginya Olive pekerja keras dan tidak pernah mengeluh meski sedang dalam keadaan sakit sekali pun.

"Sama-sama, saya senang membantu kamu." Balas Kahfi.

"Dengar saya baik-baik ya Olive..."

Kahfi meminta Olive mendengarkan perkataannya, Kahfi ingin Olive tidak berkecil hati karena anggapan orang lain terhadapnya.

"Bagaima pun keadaan kamu, kamu harus tetap menjadi diri kamu sendiri. Dan jangan pernah mendengarkan ucapan orang lain yang menurut kamu itu tidak baik, mereka yang menyela kamu belum tentu mereka sudah menjadi orang baik. Bisa jadi mereka iri karena tidak bisa seperti kamu, so jangan pernah berubah."

Olive tidak tahu harus merespon apa, Olive hanya terdiam sambil mencerna dengan baik ucapan Kahfi. Kahfi tidak sebentar mengenal Olive, sehingga kahfi tahu bagaimana Olive berjuang untuk hidupnya sendiri. Orang tua Olive tidak pernah memperdulikannya, semua orang juga tahu kalau Olive selalu di siksa dan di hina oleh orang tuanya sendiri.

"Misi mas, ini pesanannya tadi."

"Iya, terima kasih ya mas."

Makanan yang Kahfi pesan pun datang, Olive terkejut karena makanan yang begitu banyak sedangkan mereka hanya berdua.

"Ayo makan, jangan bengong. Gak usah dipikirin ucapan saya tadi," suruh Kahfi.

"Iya, terima kasih pak."

"Iya sama-sama Olive, ayo makan."

Selesai makan mereka berdua kembali ke bengkel dan ternyata motor Olive sudah selesai di tambal. Kahfi mengeluarkan dompetnya untuk menbayar, namun Olive mendorong dompet Kahfi agar Kahfi tidak mengeluarkan uang untuknya lagi.

"Biar saya saja, Pak. Gak enak Bapak tadi sudah bayarin saya makan, masa ban motor saya Bapak juga yang bayar." ucap Olive dengan sopan.

"Gak papa, udah gak usah gak enak." Ucap Kahfi. "Berapa mas?" Tanya Kahfi.

Setelah selesai membayar, Kahfi meminta Olive naik di belakang Karena Kahfi sudah duduk didepan motor Olive.

"Ayo naik," ajak Kahfi.

"Atau saya tinggal kamu di sini, mau?"

Olive merasa bingung karena tidak mungkin Olive mengantar Kahfi pulang karena ia sudah terlambat pulang, Olive takut ayahnya akan marah padanya.

"Maaf pak, saya gak bisa ngantar bapak." Ucap Olive.

"Apa lagi ini sudah malam, dan saya gak tau di mana rumah bapak."

"Beneran deh pak,saya gak bisa."

Kahfi tersenyum saat melihat kepolosan Olive, padahal Kahfi berniat mengantar Olive karena hari sudah larut malam. Kahfi takut nanti Olive mendapat musibah lagi, terlebih Olive seorang perempuan tidak baik pulang malam sendirian.

"Kok Bapak malah senyum-senyum sih?" Tanya Olive. "Saya salah ngomong ya?"

"Jelas saya senyum, habisnya kamu lucu sih. Hahahaha.." tawa Kahfi membuat Olive semakin bingung.

"Saya itu mau ngantar kamu, saya gak mungkin bkarkan kamu pulang sendiri karena sudah larut malam. Saya akana berdosa jika sampai terjadi sesuatu lagi sama kamu jika saya membiarkan kamu pulang sendirian." Jelas Kahfi.

"Gak usah pak, kam saya bawa motor. Kalau bapak ngantar saya, terus yang ngantar bapak pulang siapa?"

"Hahahahaha.."

Lagi-lagi Kahfi dibuat tertawa, mengapa ada manusia sepolos Olive. Kahfi pikir Olive tidak lah gadis polos, nyatanya Olive begitu lugu.

"Olive, setelah sampai di rumah kamu. Saya bisa pesan ojol, gak usah mikirin saya. Yang penting sekarang kamu sampai rumah dengan selamat, sehingga besok kamu bisa bekerja lagi." Kini Olive mengerti, tapi tetap saja Olive tidak enak jika lagi-lagi Olive harus merepotkan Kahfi.

"Jangan buat saya terus-terusan berhutang budi sama Bapak, biarkan saya pulang sendiri ya pak?"

"Olive, saya capek debat terus sama kamu. Kali ini tidak ada penolakan, gantian dong ngalah sama saya. Toh demi kebaikan kamu, jangan keras kepala."

Akhirnya Olive ngalah, dan membiarkan Kahfi mengantarnya. Sepanjang jalan Olive hanya diam, karena bingung harus membuka pembicaraan apa.

"Setelah ini kemana?" Tanya Kahfi.

"Tidur."

"Maksud saya jalannya kemana lagi?"

Olive menggaruk-garuk kepalanya, tiba-tiba saja kepalanya terasa gatal karena salah menjawab pertanyaan Kahfi.

"Di depan nanti belok kanan, rumah nomer tujuh pagar putih, itu rumah saya."

Olive dan Kahfi sampai tepat di depan rumah Olive, secara bersamaan Kartika juga datang dengan wajah juteknya.

"Assalamualaikum, Buk."

Tak ada jawaban salam dari Kartika, bahkan tangan Olive saja di tepis Katika padahal Olive ingin mencium tangannya. Kartika menarik tangan Olive menjauh dari Kahfi.

"Kamu dari mana aja? Kenapa pulang jam segini?" tanya Kartika dengan ketus.

Olive hanya diam, meski tangannya dicengkram kuat oleh Kartika. Olive hanya diam, tidak ada perlawanan sedikitpun.

"Jawab Olive!" Bentak Kartika.

"Kamu ngapain pulang sama laki-laki itu hah?!" tanya Kartika lagi.