webnovel

TERBUKA

=part I=

"...Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Kepsek selesai sholat subuh.

Kepsek menjadi imam sholat subuh.

Buyung, rahmat, Ibunda rahmat, dan adik rahmat, ina, menjadi makmumnya.

Setelah kejadian semalam, buyung dipaksa oleh Kepsek untuk menginap di rumahnya.

Buyung mau tak mau memenuhi perminta

an pak Kepsek itu.

Setelah sholat subuh, Pak Kepsek meng ajak Buyung dan rahmat ke taman rumah.

" Ayah belum memperkenalkan buyung padamu ya rahmat". kata kepsek.

"Buyung adalah anak asli Tambo seperti ayah."Kepsek mulai menjelaskan.

"Dia dan kamu, rahmat, adalah saudara sepupu. Karena ayah adalah pamannya"

"Selain sebagai murid SMA, dia juga merupakan seorang pendekar dari Tambo".

"Prestasinya sebagai pendekar begitu luar biasa dengan usia yang begitu belia."

"Karena itu, dia dipanggil buyung, gelar seorang pendekar muda berbakat".

"Gelar buyung sangat susah didapat, karena harus mengikuti berbagai tes sulit"

"Dan dengan syarat, harus berusia remaja".

"Tapi, dia mampu, dan gelar itu hanya ada dalam 100 tahun itu satu orang".

"Sekarang dia ditugaskan di sini untuk meningkatkan pendidikannya."

"Dan...." Pak kepsek terhenti.

"Indak usah dilanjuik an mak gaek (jangan dilanjutkan paman)", potong buyung.

"Indak baa doh yuang(tak apa-apa yung), rahmat sudah dewasa sekarang",jelas kepsek.

Kepsek melanjutkan " dia bertugas di sini untuk melindungi Datuk pucuk negeri tambo".

"Siapa?" rahmat bertanya dengan tak sabar.

"Kamu, mat. Setelah Ujian semester ini kamu akan di lantik sebagai Datuk pucuk".

"Karena Ayah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Datuk karena tangan ayah ini".

"Apa???" rahmat terkejut.

"Aku tidak mau yah. Aku harus memper tanggung jawabkan perbuatanku".

"Aku sudah membunuh harimau tak bersalah itu. " elak rahmat, lalu pergi.

Kepsek dan buyung saling melihat, lalu Kepsek menunduk.

=part II=

Seperti hari-hari sebelumnya, Buyung belajar di dalam kelasnya.

Teman sebangkunya, tidak masuk hari ini.

Rahmat tidak masuk sekolah, namun pak kepsek bilang, dia tidak ada di rumah.

Lonceng istirahat siang berbunyi.

Buyung bergegas meninggalkan sekolah.

Buyung memprediksi, rahmat berada di kebun binatang di dekat kosnya.

Waktu istirahat diberikan selama 2 jam.

Buyung merasa waktu itu cukup untuk bolak - balik ke kebun binatang.

Dengan sigap ia berlari ke kebun binatang yang berjarak 4 km dari sekolahnya.

Selang 10 menit, buyung tiba di kebun binatang melewati jalur pintu depan.

Prediksinya tepat, rahmat duduk ter menung di depan kandang harimau.

Buyung menghampiri dan langsung duduk di samping rahmat.

"Aku tidak pantas menjadi Datuk. Aku seorang pembunuh yung" ratap rahmat.

"Tidak layak pembunuh menjadi pemimpin. Dan akupun merasa tidak mampu." lanjutnya.

Buyung berkata "Bukan Pembunuh, tapi pe nyelamat? akan kubuka semuanya".

Rahmat terkejut karena ucapan buyung yang dia rasa tidak masuk akal.

Rahmat penasaran penjelasan buyung.

" Sehari sebelum aku masuk sekolah, aku bermain ke sini" jelas buyung.

"Aku melihat dia. Ya. Harimau betina itu".

"Dia begitu menderita. Dan ternyata dugaan ku benar, dia menderita penyakit."

"Ini hasil tes labnya" buyung memberikan hasil tes darah harimau yang dia ambil.

Buyung berhasil masuk ke ruangan observasi harimau melalui pentilasi ruangan.

Pentilasi itu hanya seperti jendela kecil sehingga buyung bisa memasukinya.

"Kamu tidak membunuh harimau betina itu"

"Kamu membantunya mengakhiri penderita

annya selama ini."

"Karena itu, harimau jantan membiarkan si betina memakan daging beracun itu."

"Mat, jadilah seorang datuk, datuk tidak mempersoalkan kenapa, tetapi bagaimana ... "

"Tidak mempersoalkan alasan mu ditunjuk, tetapi pemecahan persoalan darimu".

Mata rahmat berkaca-kaca mendengar setiap perkataan dari buyung.

Kegelisahan dan rasa bersalahnya mereda.

Setelah mendengar dan melihat hasil lab dari harimau betina yang dia racuni.

Bahkan di hasil labor itu tertulis prediksi kematian harimau itu yang tinggal seminggu.

Kini rahmat mantap untuk dilantik menjadi datuk pucuk dari nagari Tambo.

=part III=

Kini hati rahmat telah tenang karena men

dengar rahasia yang diberitahukan buyung.

Kecemasan baru, muncul karena buyung harus kembali ke sekolah tepat waktu.

"Tidak akan sempat kita balik ke sekolah sebelum waktu masuk" buyung cemas.

"Masih sempat kok yung. Kan masih setengah jam lagi" jawab rahmat.

"Bagaimana caranya?" buyung kaget.

Rahmat membawa buyung ke jalan aspal.

Rahmat memberhentikan mobil umum yang kebetulan kosong bertuliskan IKABE.

Setelah di atas mobil "Masih banyak yang mau aku tanya yung" keluh rahmat.

Buyung melihat ke arah rahmat.

"Kertas yang kamu selipkan di tasku waktu itu. Kamu dapat dari mana?" tanya rahmat.

"Di ruangan yang sama dengan hasil labor itu berada." jawab buyung.

"Ruangan siapa itu?" tanya rahmat lagi.

Buyung mengangkat bahunya.

Setiba di kelas, rahmat terus merentet per tanyaan kepada buyung.

"Bagaimana kamu tahu kalau aku ke kebun binatang hari itu?" bisik rahmat.

"Saat kamu terjatuh sewaktu di kelas karena saudaranya pemalak", jawab buyung.

"Kamu menjatuhkan tiket masuk kebun bi natang,tercium bau racun" sambung buyung.

"Oke. Trus kenapa kamu tahu aku ke kandang harimau?" tanya rahmat lagi.

"Karena ibuk Des" buyung mulai menjawab.

"Aku sadar, saat bersalaman dengannya. Tercium bau harimau di tangannya"

"Siapa lagi yang bersalaman dengannya selain kamu. Kamu kan pulang setelah aku"

"Terus aku berbalik, saat itu aku sadar" jelas buyung panjang lebar.

"Satu lagi, kalau nanti aku jadi datuk, apa benar kamu jadi pengawalku" tanya rahmat.

"iya" buyung mengangguk, namun tiba-tiba dia mendorong badan rahmat ke belakang.

PLETAKK... terdengar suara benturan penghapus papan tulis membentur dinding.

Terlihat pose pak Didik yang baru saja melemparkan penghapus itu ke arah rahmat.

Wajah nya terlihat menyeramkan dan bergetar menahan amarahnya.

Melalui hitungan akurat dengan rumus fisikanya, lemparannya sangat tepat sasaran.

Pak Didik menunjuk ke arah pintu, lalu berkata "kalian berdua , KELUARRRR!!!".

=part IV=

Bel pulang berbunyi dengan keras, sekeras suara murid yang berteriak karena senang.

Namun kesenangan itu tidak terasa dari kelas buyung dan rahmat.

Semua murid di kelasnya terlihat biasa merespon bel pulang sekolah.

Buyung dan rahmat pun bersiap pulang.

"Terimakasih ya yung. Berkat kamu kepalaku gak jadi bengkak" ucap rahmat.

"Sama-sama yung. Tapi pak Didik itu cukup tangguh ya." buyung tersenyum.

Rahmat bingung dengan maksud buyung.

"Suatu saat kamu akan mengerti" tambah buyung, dan menambah penasaran rahmat.

"Apakah kamu sekuat itu yung? menjadi pengawal dari seorang datuk pucuk?"

"Dan seberapa hebatkah gelar datuk pucuk hingga harus memakai jasa pengawal?"

Setiap pertanyaan rahmat membuat buyung tertawa geli.

Buyung berkata "maukah kamu ikut aku sebentar mat? ada yang ingin aku tunjukkan.

Buyung mengajak rahmat berjalan, kembali ke kebun binatang.

Mereka tiba di kebun binatang saat matahari terbenam.

Rahmat melewati pagar belakang kebun binatang dengan susah payah.

Dengan bantuan buyung, akhirnya rahmat bisa melewati pagar itu.

Buyung meloncat ke atas pagar belakang kebun binatang yang tingginya lebih 5 meter.

Bagi buyung itu adalah hal yang mudah.

Mereka telah berada tepat di depan kandang harimau.

Buyung berjalan ke depan rahmat dan menyuruh rahmat naik ke punggungnya.

Rahmat ragu tapi tetap menuruti per mintaan buyung yang aneh itu.

Seketika rahmat naik, buyung langsung melompat dan membuat rahmat kaget.

"Heiii, kamu mau bunuh diri yung?"

Rahmat sedikit berteriak ke telinga buyung.

Walau mereka sudah di bawah, rahmat tidak melepaskan tangannya dari buyung.

Dalam pikirannya, rahmat yakin, nyawanya akan berakhir kali ini.

Dari balik kegelapan terdengar suara hewan buas "GRRRRRAaaaahhh..."

Terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin kencang berlari ke arah mereka.

Detak jantung rahmat berdetak sangat kencang seperti akan meledak karena takut.

Tapi yang dirasakan rahmat di kegelapan saat itu adalah sentuhan bulu lembut.

Rahmat membuka matanya dan terharu dengan yang dia lihat.

Tanpa dendam, amarah, dan keganasan, harimau jantan itu membelai wajah rahmat.

Satu persatu tetesan air mata rahmat mengalir di pipinya.

"Kamu tidak marah padaku" ratap rahmat.

Perlahan rahmat turun dari punggung buyung dan memeluk kepala harimau itu.

"Ini bukti mereka memaafkan mu mat. Jangan kecewakan mereka." jelas buyung.

"Aku, Buyung tabik pendekar Tambo, mewakili aliran silat harimau ... "

"Meminta kepada kamu agar dengan se penuh hati menerima tugas mulia ini ,"

"Menjadi salah satu datuk pucuk dari Negeri Tambo demi melindungi semua".

Buyung menyatakan permintaan tulusnya kepada rahmat untuk memantapkan hatinya.

Cukup lama rahmat mempertemukan kepalanya dengan kepala harimau itu.

"Iya yung. Aku bersedia dan akan melaku kan yang terbaik" rahmat menatap buyung.

"Asal kamu yang menjadi pengawalku"

"Aku perlu orang yang bisa membimbing ku untuk melakukan tugas itu" pinta rahmat.

Buyung dan rahmat tersenyum.

Banyak hal yang mereka alami di masa depan menyangkut tugas masing-masing.

Akan kah mereka sanggup menghadapi segala rintangan dan tantangan itu?

bersambung...