webnovel

HARI PERTAMA

= Part I=

Buyung berlari dengan kencang.

Sesekali melihat jam tangannya yang me

nunjukkan pukul 07.00 pagi.

Di kejauhan ia melihat kerumunan orang di depan gerbang sekolah.

Setelah hampir tiba di kerumunan itu, ia memperlambat larinya, hingga berjalan.

Berjalan melewati satu per satu orang yang

yang baru pertama kali ia jumpai.

Akhirnya ia tiba di depan gerbang sekolah.

Dilihatnya sosok di balik pagar itu.

Perawakannya tinggi, kekar, kulit coklat, dengan rambut yang botak licin.

Sedang berpangku tangan, berjaga-jaga di balik pagar, agar tidak ada murid yang masuk.

"Assalamualaikum pak, bolehkah saya masuk?" buyung bertanya dengan polos.

"Apa kata mu? Kau mau masss..." tiba-tiba

pria yang sudah berumur itu terdiam.

Ia memandang sejenak ke arah buyung lalu mengangguk.

Berjalan tanpa ekspresi beberapa langkah saja menuju gerbang.

Perlahan tapi pasti membuka pagar yang padahal telah ia jaga dari pagi.

Agar tak ada satu pun murid yang dapat menembus masuk daerah kekuasaannya.

Yakni area sekolah yang baginya, tak pantas untuk dimasuki murid yang suka telat.

Namun apa yang terjadi? dengan begitu saja ia bersedia membukakan gerbang itu.

Hanya karena kata-kata permintaan dari seorang anak remaja, seorang murid baru.

Pak guru dengan wajah cukup sangar itu, tanpa diduga membuka begitu saja.

Semua murid melongo menyaksikannya.

Perlahan buyung memasuki gerbang dan mengangguk ke arah bapak itu.

Ia berjalan semakin jauh dari gerbang.

"HOREEEE...." semua murid berteriak serentak berebutan masuk pagar.

Bapak yang bernama Nazar itu pun tersentak kaget dan melongo.

Tiba-tiba kesadarannya kembali pulih.

"Hei kaliannn... KEMBALIIII...!!! Siapa suruh kalian masukkkk... AARGGH..." Ia menggeram.

Murid-murid berhasil berlarian masuk .

= part II=

Suasana kelas hening menyambut ke

datangan guru ke kelas.

Kelas baru buyung terkenal sangat ketat persaingannya karena muridnya yang pintar.

"Assalamualaikum kawan-kawan ku, bagaimana kabar kalian?" buyung menyapa.

Ia menyalami satu persatu temannya hingga yang duduk paling belakang.

Ia mencari satu kursi yang kosong agar dapat ia tempati.

Tak ada satu murid pun yang sadar kalau kelasnya kedatangan murid baru.

Semua murid di kelas buyung hanya sibuk masing-masing dengan kegiatannya.

Dan pada umumnya, kegiatan teman-teman sekelasnya ini hanya menyangkut pelajaran.

"Hei kelas cupu" seorang murid dari kelas tetangga masuk dan mulai menghina.

"Mana ketua kelas? cepat panggil sini, nanti guru cupu kalian masuk lagi." katanya.

"Setoran seperti biasa. kau gak lupa kan?".

Ketua kelas berdiri dengan menunduk dan berjalan ke arah siswa yang memalak itu.

"I i i ni u u uangnya... " terbata-bata ia berkata sembari memberikan uang itu.

"Oke terima kasih". "Memang kalian murid yang pintar" siswa itu berjalan menjauh.

"Uang itu untuk apa?" buyung bertanya.

"Mereka meminta uang dari kelas kita" kata teman sebangku buyung yang badannya kecil.

"Uang itu uang takut kita" tambahnya lagi.

"Oh, gitu..." buyung tiba-tiba berdiri.

"Kelasnya dimana? saya ingin ke sana... ".

Teman sebangku buyung yang bernama rahmat menjelaskan kelas si anak pemalak.

Setelah mengerti, buyung berjalan keluar.

Ia menyusuri lorong dan memperhatikan tiap kelas yang ia lewati dengan teliti.

" Di sini ya.."ia berhenti di depan satu kelas.

"Assalamualaikum. Permisi masuk ya.".

Ia menoleh kiri-kanan untuk mencari.

Si anak ketemu, buyung langsung masuk dan menghampiri anak itu.

"Boleh saya minta uang tadi?" kata buyung.

PLETAKKK... PLETUKKK... "Hiattt..." tiba-

tiba beberapa anak terus terjatuh di belakang.

Saat sedang berbicara, 4 orang siswa ingin

mencederai buyung dari belakang.

Tapi bukannya membuat buyung tak berdaya, malah mereka yang babak belur.

Buyung tidak melakukan apa-apa dan hanya menatap si anak dengan senyum.

Anak itu tidak mengerti, mengapa ia hanya bisa diam dan patuh kepada buyung.

"Tolong balikkan uang tadi"pinta buyung.

Tanpa berkutik, ia menyerahkan uang tersebut kepada buyung.

Ia bertambah ciut,melihat teman-teman

nya sudah berjatuhan begitu saja.

"Si si apa kamu?" tanyanya kepada buyung.

Buyung berjalan ke arah pintu secara perlahan lalu menepuk dadanya.

"Salam kenal teman-teman, saya buyung, seorang pandeka pucuk dari tambo".

"Mulai kini, saya adalah murid sma ini, dan menjadi keamanan sekolah ini" tambahnya.

Buyung kembali ke kelas membawa uang.

Ia memberi uang yang telah anak itu ambil.

"Ini uang kalian, dan jangan lepas dengan mudah apa yang menjadi hak kalian".

Ia berbicara dengan ketua kelas, namun suaranya bisa didengar oleh yang lainnya.

=Part III=

Seorang guru wanita muda yang cantik memasuki ruang kelas buyung.

"Berdiri! Beri hormat!" ketua kelas memberi aba-aba rutin setiap guru memasuki kelas.

"Terima kasih. Silakan duduk anak-anak".

"Duduk!" kembali ketua memberi perintah.

"Selamat pagi anak-anak, kelas kita keda-

tangan anak pindahan dari Tambo, buyung.".

Guru itu terdiam lalu berfikir "Tambo ya. Pasti sangat sulit tinggal di sana".

"Silakan kepada buyung untuk maju ke depan dan memperkenalkan diri.".

Guru muda itu tersenyum sambil memper-

silakan buyung untuk ke depan kelas.

Buyung bergegas maju ke depan kelas.

Buyung berbadan kurus, kulit sawo matang rambut ikal,perawakan sedang,maju ke depan.

"Terimakasih bu. Assalamualaikum teman-

teman. Nama saya buyung dari Tambo".

"Seiring berjalannya waktu, kita akan saling mengenal"buyung mengakhiri pengenalannya.

"Sangat singkat ya perkenalan dari teman kita" guru muda berkata sambil tersenyum.

Buyung kembali dan guru muda pun me

lanjutkan pelajaran sejarahnya.

Materi yang diajarkan adalah mengenai sejarah manusia purba.

Setelah panjang lebar menjelaskan, guru itu membuka kesempatan untuk bertanya.

Buyung berdiri untuk bertanya.

"Tidak usah berdiri, duduk saja" kata guru.

"Tidak apa-apa bu, tidak sopan kalau ber

tanya sambil duduk". buyung menjelaskan.

"Pertanyaan saya bu, Apakah ibu yakin dengan yang ibu ajarkan?" buyung bertanya.

"Yakin, memang kenapa buyung?".

"Maaf bu,sepertinya kita tidak sependapat".

"Wah, kalau begitu bagaimana lagi. Per

bedaan pendapat biasa kok" guru menjawab.

"Baik bu." buyung duduk kembali.

"hei yung, kamu tau apa, kita ini hanya se

orang murid. "kata rahmat dari sebelah.

"Memang, tapi ia mengajarkan hanya dengan melihat buku" buyung beralasan.

"Orang yang yakin dengan ilmunya, tidak perlu buku karena takut salah" kata buyung.

= part IV=

KRIIIIIINNNNNGGGGGGG....

Lonceng pulang berbunyi dengan kencang.

Terdengar suara hiruk pikuk di luar kelas.

Guru paruh baya menutup pelajaran kelas.

"Terimakasih anak-anak. Silakan pulang".

"Berdiri! Beri hormat!" perintah ketua.

"Ya.. Silakan.." Guru itu lalu keluar.

"Istirahat!" ketua mengakhiri aba-abanya.

Satu persatu murid mengambil tasnya dan mulai meninggalkan kelas.

Buyung kembali duduk dan mengeluarkan

handphone nya lalu mengetikkan pesan.

"Apak, amak, buyung baik-baik di sini. Apak amak ndak usah khawatir ya. Salam rindu.".

Ia mengirimkan pesan itu, lalu mengemasi isi tasnya.

Hanya tinggal beberapa orang di kelas, termasuk teman sebangku nya si rahmat.

"Kamu ndak pulang yung" tanya rahmat.

"Nanti, sebentar lagi. Aku mau bersih - bersih dulu. " ucap buyung sambil tersenyum.

Ia ambil sapu yang terletak di gudang.

"Baiklah, aku pulang duluan ya, ADUH...".

Saat membalik badan, rahmat terjatuh karena ada sosok tinggi besar di belakangnya.

"Mana dia? Siapa yang sudah memper

mainkan adikku?"sesosok besar masuk kelas.

Sambil memegang kerah rahmat, ia menyeret rahmat untuk ikut dengannya.

"Itu dia bang!" Dia yang sudah memalakku.

Badan rahmat terpental dilemparnya.

Murid yang tadi memalak di kelas buyung membawa saudaranya yang sudah kelas 3.

Buyung tersenyum melihat mereka, ia hanya melanjutkan menyapu kelasnya.

" Senda gurau SMA ya..." pikir buyung.

Sosok besar itu menghampiri buyung.

Buyung hanya acuh karena mengira mereka sedang bercanda dengan rahmat.

"PLETANGG...(seperti suara benturan besi)" si badan besar memukul kepala buyung.

"Hei kau, berani kau memukul adikku ya".

Setelah dengan tangan ia kemudian me

nendang lurus badan buyung dari belakang.

Buyung tidak goyah sama sekali.

Buyung heran saat menoleh ke belakang.

"Ada apa bang?" buyung kaget melihatnya.

"Hei Dendi, ke sini kau" ia berdiri dibantu adiknya dan membersihkan celananya.

Tertatih ia berjalan keluar kelas dipapah oleh adiknya "Hari ini cukup segini...".

Rahmat mendengar perkataan sosok besar itu saat akan keluar dari kelas.

"Abang kenapa?" tanya si adik.

"Sepertinya jariku yang memakai cincin ini patah. Dan kaki ku terkilir" jelas si kakak.

"Badannya seperti besi" lanjutnya.

Buyung meletakkan sapu dan mengambil tasnya, lalu berjalan ke arah pintu.

Ia menghampiri rahmat "Asik sekali kalian bersenda gurau nya. Lain kali ajak aku ya.".

Rahmat hanya termenung dan buyung ber

lalu melewatinya begitu saja tanpa dia sadari.

= last part =

"Saya tunggu di ruangan sekarang".

Begitu pesan yang diterima buyung saat berjalan keluar gerbang.

Buyung kembali ke gedung sekolah.

Ia berpapasan dengan guru muda tadi pagi.

"Seorang murid harus menyalami tangan gurunya loh."ucap guru itu sambil tersenyum.

"Maaf buk. Saya tidak tahu." bela buyung yang benar-benar belum mengetahuinya.

Buyung spontan meraih tangan guru cantik itu untuk bersalaman.

"Kamu belum pulang?" guru itu bertanya.

"Belum buk, karena ada yang harus saya temui" jawab buyung lalu melangkahkan kaki.

Sebelum masuk gedung sekolah buyung terhenti dan menoleh ke arah guru itu.

"Kok bisa bau itu padanya?" pikir buyung.

Setiba di depan ruangan orang yang me

ngirim pesan kepadanya, ia mengetuk pintu.

"Assalamualaikum makgaek" ucapnya

"Waalaikumsalam yuang (buyung),masuk!" terdengar balasan dari dalam ruangan itu.

Saat bertemu, pria tua yang ternyata adalah kepala sekolah itu memeluknya dengan erat.

"Kamanakan den (Kemenakan ku)" katanya.

"Alah santiang waang kini yo, bisa dapek gala tu (hebat kamu bisa dapat gelar itu)".

Buyung dari masuk ruangan hanya terse

nyum "rasaki makgaek (rezeki,paman tertua)".

"Yo kareh perjuangan ang tu yo (pasti keras perjuangan mu ya)" tebak kepsek.

"Barakaik doa gaek jo dunsanak sadonyo (berkat doa ortu dan semua)" jawab buyung.

Terjadilah nostalgia antara buyung dan pria tua itu.

"Ambo pamit makgaek(saya pamit paman)"

buyung menyalaminya dan berjalan keluar.

"Mambana gaek yo yuang (saya mohon ya buyung)" itulah kata pelepasan kepsek.

Buyung mengangguk lalu pergi .

Karena dekat, buyung pulang berjalan kaki.

Saat hampir tiba di kos nya, ia tersentak.

Buyung berlari ke arah belakang kos nya.

Tidak jauh dari kos,ada kebun binatang.

Buyung melompati pagar setinggi 5 meter.

Buyung terpaksa lewat pagar belakang yang tinggi karena pintu gerbang sudah tutup.

Buyung berhasil dan berlari dengan cepat ke arah kandang harimau.

Dari sana sumber suara yang dia dengar.

Buyung hanya terdiam dan menangis.

Ia terkejut dengan yang ia lihat.

Bersambung...

Part 1 : kenapa pak guru nazar mau membuka kan gerbang sekolah, padahal dia adalah guru yang disiplin?

Part 2 : kenapa murid pemalak dan teman-

temannya tidak sanggup melawan buyung ?

Part 3 : kenapa buyung tidak setuju dengan pelajaran guru muda yang cantik itu?

Part 4 : kenapa buyung tiba-tiba berlari ke kebun binatang?

ridomudocreators' thoughts