webnovel

BTS; About You

Banyak hal yang ingin ku kenang bersama mereka dalam sebuah cerita, cerita yang menyampaikan kepada mereka bahwa aku mencintainya.

Bluebusy · Celebrities
Not enough ratings
4 Chs

Sea (End)

"Sesulit apapun masalah ku kemarin maupun hari ini, kalian tetap bersamaku, menggenggam erat tanganku." -Jin.

.

.

.

Angin berhembus pelan, membuat malam menjadi lebih dingin.

Lalu lalang kendaraan membuat jalan begitu bising dan ramai, tapi tampaknya hal itu tidak membuat ia terusik atau bergeser dari tempatnya barang se-senti.

Kim SeokJin, atau yang sering dipanggil dengan Jin menatap Seoul dalam diam, banyak hal ingin ia tanyakan karena ingatannya tentang kota ini telah hilang.

Ia telah menerawang kedalam pikirannya untuk kembali mengingat sedetik kenangan, tapi malah rasa sakit yang mulai menjalar di sekitar kepalanya.

"Argh!" Jin hampir berteriak karena rasa sakit tiba-tiba menyerangnya.

"Bagaimana mungkin aku hanya mengingat diriku?"

Pertanyaan yang bahkan tidak bisa ia jawab sendiri, Jin masih memegangi kepalanya sambil bersandar pada balkon kamar.

"Aku tak ingat ayah dan ibu. Ba...bahkan teman-temanku, aku tak mengingatnya."

Jin tidak menangis padahal ia ingin, ia hanya kecewa bahwa dirinya tak mampu mengingat walau hanya satu hal tentang orang terdekatnya.

"Menyedihkan," Ucap Jin pilu. Ia tertunduk lesu, bahu yang senantiasa terlihat gagah, kini bahkan menampakkan lelah.

Langkah kaki terdengar samar, semakin lama semakin pelan penuh dengan kehati-hatian.

"Bukankah disini dingin, hyung?"

Suaranya berat, Jin familiar dengan nada bicaranya bahkan cara orang itu memanggilnya, tapi ia lupa siapa pria itu.

"Kau hanya mengenakan baju tidur yang tipis. Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan ambilkan jaket," ucap Namjoon yang mulai melangkah ke dalam, tapi terhenti karena perkataan tiba-tiba Jin.

"Tidak usah," Ucapannya berhenti, seperti menimang-nimang apa yang ingin diucapkan selanjutnya. "Maafkan aku karena tidak mengingatmu."

Namjoon menatap teman yang sudah seperti kakak baginya, hatinya hancur ketika melihat Jin yang ceria dan sekarang seperti kehilangan tujuan.

"Tidak apa-apa, semua butuh waktu."

Jin mengangkat wajahnya, melihat pria dihadapannya tersenyum, begitu tulus hingga lesung di kedua pipinya terlihat.

Jin ikut tersenyum, bukan karena terpaksa, tapi karena ada yang menerima dirinya apa adanya, bahkan ketika ia lupa siapa dia.

"Kim Namjoon. Aku akan mengingatkanmu, walaupun ratusan bahkan ribuan kali. Aku akan melakukannya."

"Terimakasih, Namjoon."

"Sudah waktunya makan malam, yang lain menunggu di bawah. Mau ikut?"

Jin tersenyum atas ajakan temannya, ia sangat sopan juga lembut. Bagaimana bisa Jin melupakan pria seperti Namjoon yang notabenenya adalah sahabatnya sejak lama.

"Tentu saja, yang lain pasti menungguku bukan? Aku tidak boleh mengecewakan mereka untuk kedua kalinya."

"Baiklah, tapi Hyung."

Wajahnya menatap lurus pada Jin, ada banyak hal yang ingin ia sampaikan sebenarnya tapi ia rasa satu hal ini sudah cukup.

"Tak apa untuk lupa, kami menerimanya. Jangan terlalu keras pada dirimu karena semuanya bukan salah siapapun, hyung. Jika kamu baik-baik saja, kami baik. Asalkan kamu tak terluka, kami bahagia, walaupun kamu harus melupakan kami."

"Tapi aku tidak bisa melupakan kalian begitu saja, aku tak bisa sejahat itu pada kalian."

Namjoon menepuk bahu lebar milik Jin, tersenyum penuh arti.

"Sudah aku katakan, jangan terlalu keras pada dirimu. Tak ada yang salah. Pelan-pelan semuanya akan menjadi lebih baik, seiring waktu semua akan baik-baik saja, Hyung."

Jin mengangguk, ia mengerti ucapan Namjoon bahwa mereka hanya butuh Jin bahagia. Karena pada dasarnya mereka hidup dalam suka duka bersama untuk waktu yang lama.

"Ayo," ucap Namjoon.

~~~~~

Banyak waktu berlalu, tapi ingatan Jin belum kunjung pulih. Banyak hal telah ia lakukan untuk memulihkan ingatannya, tapi semua seperti percuma.

"Sulit ya."

Jin tersenyum kecil, bukan hanya dia, keenam temannya juga sama-sama lelah.

Makan es krim, bermain video game, bahkan pergi ketempat yang sering dikunjungi Jin pun membuahkan hasil yang nihil.

"Memang sulit. Kau bahkan hampir mengeluh barusan, Jim."

Jimin tertawa canggung, ia tidak bermaksud begitu, hanya saja keadaan mendukungnya untuk banyak mengeluh.

"Maafkan aku, hyung."

Jin menggeleng, Jimin adalah pria yang sangat baik, ia perhatian bahkan untuk hal sepele. Ketika Jin lupa mematikan lampu atau kipas angin setelah digunakan, Jimin yang mengingatkannya juga melakukannya.

Seperti itu, Jimin orang yang seperti itu. Pria yang hampir tidak pernah mengeluh tentang apapun.

"Tidak, kita pasti bisa. Masih ada banyak cara," ucap Jin untuk meyakinkan teman disebelahnya itu.

"Kau benar."

Jimin tertunduk, gelas kopi di tangannya hampir saja jatuh jika seseorang tidak mengambil alih.

"Ingat, kita bertujuh. Yang berarti kita punya tujuh otak untuk berbagi pikiran, jangan terbebani seperti itu," ucap Taehyung.

Taehyung mengangguk meyakinkan Jimin di sampingnya, menepuk pundak milik Jimin sesekali.

"Andai saja aku tidak membiarkanmu sendirian..."

"Tidak. Aku sudah tegaskan, Jim. Tak ada yang sslah. Aku ataupun kamu." Jin menyesap kopi di gelasnya, memandang serius pada Jimin.

"Tapi hyung, itu adalah kesalahan..."

"Berhentilah menyalahkan dirimu, demi apapun."

"Baiklah. Kini apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jimin.

Semua mata memandangnya, juga ikut bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan mereka lakukan.

"Aku lelah, bagaimana jika kita ke pantai?"

Taehyung mengedarkan pandangannya untuk meminta jawaban yang pasti, Namjoon maupun Yoongi seperti terlihat enggan karena kelelahan.

"Ide yang bagus, aku ingin berlari di pasir pantai yang hangat. Pasti menyenangkan," sahut yang tidak lain adalah Jungkook.

Jungkook dan Taehyung menatap semua orang dengan tatapan memohon yang susah untuk ditolak. Membuat Yoongi mendengus, dan mengangguk.

"Tujuan kali ini ke pantai!" Seru Hoseok yang tak kalah girang.

"Yah, sepertinya kita harus siap-siap lebih cepat. Sunsetnya akan segera berakhir."

"Yoongi benar, ayo kita siap-siap." Lanjut Jin.

Mereka semua berdiri, meninggalkan ruang tamu dan beralih ke kamar masing-masing. Menyiapkan segala sesuatu, termasuk keajaiban.

~~~~~

Perjalanan penuh tawa, tak ada wajah muram menggantung pada wajah tujuh pria di dalam mobil. Mereka melupakan beban itu sejenak dan memilih berbagi obrolan penuh canda.

Sedangkan Yoongi fokus pada kemudi, sesekali tertawa karena keanehan para rekannya.

"Sudah sampai."

Jin dan yang lain turun ketika Yoongi berkata, indra pengelihatan mereka terpana memandang laut tepat di depan mata.

"Sangat jernih, sangat indah," bisik Jin.

"Ayo, Tae hyung. Kita bermain air."

Tae segera berlari menyusul langkah Jungkook yang juga disusul oleh Jimin. Mereka tertawa lebar, seperti melepas beban yang sedari tadi menggelayut di pundak masing-masing.

Bagi mereka, pantai adalah tempat yang cocok untuk mengeluarkan segala keluh kesah. Deburan ombak yang kencang dapat menutupi suara tangis, lalu langit akan menghiburmu untuk terus kuat dan tetap tersenyum tanpa paksaan.

Tapi setelah beberapa menit berlari Taehyung, Jungkook, dan Jimin berhenti. Keduanya terduduk di belakang bagasi mobil yang terbuka.

Deruan nafas tak teratur terdengar, Namjoon tersenyum tipis melihat adik-adiknya letih sehabis berlari.

"Kalian tau alasan kenapa aku mengajak kesini?" Tanya Taehyung dengan antusias.

Kim Taehyung adalah sosok pria yang memang terlihat cuek, karena terkadang ia diam, bukan melamun tapi berpikir katanya.

Sebenarnya ia bukan orang yang cuek, Taehyung adalah orang yang begitu antusias untuk mencoba hal baru dan penasaran dengan banyak hal.

"Kenapa?" Tanya balik Hoseok.

Hoseok sama antusiasnya, matanya begitu berbinar seperti Jungkook ketika mendengar kata pantai terucap.

"Karena, ini adalah salah satu alasan mengapa kita kembali dulu."

Semua terdiam, mencoba mengalihkan pikiran dengan melupakan kejadian yang tak ingin diulang. Dimana mereka kehilangan banyak hal selain keluarga.

"Tentang bagaimana aku kehilangan kalian?" Tanya Jin.

"Hyung..." Jungkook menatap Jin lekat.

"Bagaimana aku akan kehilanganmu kala itu, jika saja aku telat beberapa detik. Mungkin kamu tidak disini."

Jin tertunduk, ia melihat pasir di kakinya seolah itu mengganggu pergerakannya.

Matanya sedikit demi sedikit mulai basah, ia tak mengerti mengapa pikirannya jadi begitu gundah.

"Atau bagaimana aku akan kehilangan Jimin dan Taehyung karena air?"

Suaranya serak dan bergetar, tangannya terkepal sangat kuat menahan sakit di hati dan juga kepalanya.

"Kumohon untuk jangan bertindak gegabah, karena luka kalian adalah luka milikku juga."

Isak mulai terdengar, Jin mengalihkan padangan ke lain arah. Yang lain terdiam, mencoba mencerna segala yang dikatakan Jin.

"Hyung!"

Perkataan Jungkook membuatnya terkejut dan melompat, membuat air wajahnya yang kacau karena tangis menjadi terlihat.

"Apa hah? Kau mengagetkanku, Kook-ah."

"Akhirnya kau ingat. Aku tidak tau harus sedih atau senang sekarang. Tapi kamu kembali hyung."

Semuanya tersenyum.

"Kau benar huuhuuhuu..."

Jin menangis tanpa malu, wajahnya merah padam, air matanya terus keluar.

Jimin memeluknya diikuti oleh yang lain, mereka bahagia kakaknya sudah ingat. Walaupun harus mengingat hal buruk, setidaknya hal itu yang membuat mereka kembali bersama untuk kedua kalinya.

"Sudahlah, kami disini," Ucap Yoongi.

"Tak ada yang perlu kau khawatirkan lagi, kita akan baik-baik saja."

Jin mengangguk, mencoba memeluk semua temannya, tapi tidak bisa membuat sebuah senyum kembali merekah.

"Terimakasih Namjoon-ah. Terimakasih semuanya."

"Argh...kepalaku sakit," teriak Jin.

"Oh tidak, ayo kembali. Kita kerumah sakit."

.

.

.

~Sea End~

"Real friend can make you to be better person."

Bluebusycreators' thoughts