webnovel

Tebing Awan

Yueliang Palace,

"Kenapa bisa begitu ceroboh?" Ming Zhu mencari ke sana- kemari sambil memegangi dadanya. Setelah dua hari, baru ia sadar kalung anjing yang diberikan Wang Mo Ryu tidak lagi di lehernya. "Aku mendapat masalah di Paviliun Mudan karena loncengnya yang berbunyi," pikir Ming Zhu tentang di mana kira-kira benda itu jatuh. Karena setelah berjam-jam mencari di Paviliun Ying Hua, ia tidak menemukan apa-apa.

Ming Zhu mengendap ke gerbang Paviliun Ying Hua, melongok ke sekitar, takut kalau ada yang melihat dirinya. Ming Zhu mungkin pernah mendengar samar tentang segel pelindung yang diucapkan Yu Jian Hua. Ia tidak terlalu mengerti. Hanya saja, ketika itu, Paviliun Mudan terlihat jelas dari tempatnya berdiri.

"Sekarang, aku mungkin bisa ke sana!" Ming Zhu masih yakin bahwa tiga petinggi istana masih berada di bumi. Seolah tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, Ming Zhu melangkah keluar, mengikuti memori yang samar ke tempat yang ia pernah memijak. Jembatan kayu penghubung, ribuan tanaman bunga yang namanya masih asing, dan sebuah tempat yang dipenuhi naskah kuno. Ke sanalah Ming Zhu akan mencari.

Penasihat Yu kebetulan berada di "Tebing Awan", tidak jauh dari ruang baca tempat ia menghabiskan waktu. Tebing Awan merupakan jurang menuju bumi. Tempat yang sebenarnya tidak berbahaya, tapi harus berhati-hati. Karena jika terpeleset dan jatuh, akan repot juga untuk naik ke istana lagi. Tempat itu digunakan untuk mengawasi semua wilayah perlindungan Raja Zhian. Ada cahaya berpendar dari bumi sampai ke Yueliang Palace. Cahaya-cahaya itu berasal dari aura "Kaum Perantara" di kota Yisan dan empat kota di sekitarnya. Suatu saat ada bahaya, maka cahaya itu akan berkelap-kelip, sebelum hilang samasekali.

Namun, kewaspadaan yang datang bukan dari pendaran cahaya itu, tapi justru dari kediamannya sendiri.

"Astaga, dia lagi!" Yu Jian Hua tidak habis pikir. "Apa yang dilakukan?" Merangkak seperti anjing. "Ah, dia memang anjing, maksudku... serigala". Tapi, akan lebih wajar ketika ia berpose seperti itu dengan wujud sejatinya. Bukan dengan menyeret-nyeret gaunnya di atas susunan papan yang kasar. Ming Zhu juga menyibak akar bunga peony, dan sontak Yu Jian Hua marah.

"Mau cari mati?" Yu Jian Hua mengarahkan tangannya ke leher Ming Zhu. Dari ujung jari telunjuknya ada cahaya biru memanjang sampai ke nadi karotis di leher Ming Zhu. Itu jelas bukan pedang, hanya seperti batangan besi bulat. Tapi, Ming Zhu yakin itu cukup berbahaya. Makanya Ming Zhu tidak ingin bergerak.

"Sekarang apa alasanmu? Tidak mungkin 'kan kau tersesat lagi?" tanya Yu Jian Hua sambil melirik ke tanamannya yang rusak.

Sebelum memberi penjelasan, Ming Zhu perlahan berdiri. Yu Jian Hua masih mengarahkan cahaya gioknya saat itu, bergerak lambat mengikuti titik vital di leher Ming Zhu. Ming Zhu tak perlu tahu seberapa besar kekuatan cahaya dari ujung tangannya. Jika mau, Yu Jian Hua hanya perlu membuktikannya. Kekuatan cahaya giok yang mampu membelah batu dengan sangat rapi.

"Aku ke sini mencari kalungku, Tuan!"

"Kalung?" Yu Jian Hua mencoba mengingat. "Maksudmu kalung anjing?"

Ming Zhu mengangguk.

"Menurutmu aku akan percaya? Kalung jelek itu... sampai membawamu berani datang kemari? Apa itu setimpal?"

"Kalung itu pemberian guruku!"

"Omong kosong!" bentak Yu Jian Hua. "Jangan bawa nama Wang Mo Ryu untuk menarik simpatiku. Gurumu ada di bumi sekarang, dia tidak tahu apa-apa tentang kelakuanmu. Kurasa, kau hanya berbohong tentang 'tidak akan membuat gurumu kecewa'."

"Kalung itu begitu penting. Aku tidak bohong. Dia mungkin akan kecewa jika aku menghilangkan benda pemberiannya."

"Kalung jelek itu, hanya benda bumi yang tidak berguna. Jika hilang, kau bisa minta belikan lagi. Lagipula, sebenarnya kau ini seorang 'murid' atau 'seekor anjing'."

Ming Zhu tertunduk sedih. "Mungkin dua-duanya. Maksudku, aku bukan anjing, tapi guru memeliharaku dengan sangat baik."

"Baiklah. Aku tetap tidak akan peduli soal kalung anjingmu itu. Tapi, kau harus dihukum untuk kelancanganmu sendiri!" cahaya dari tangan Yu Jian Hua menghilang, tapi bahu Ming Zhu telah berada dalam genggamannya. "Aku akan memberitahukan gurumu soal ini!"

"Tidak!" Ming Zhu berontak lagi. Ia menggigit tangan Yu Jian Hua.

Yu Jian Hua semakin kesal. "Bagaimana mungkin aku disebut 'Penasihat Istana' jika tidak bisa menangani hal indisipliner seperti ini?" Yu Jian Hua mengejar Ming Zhu. Terakhir kali mereka bertemu, ruang bacanya jadi benar-benar berantakan. Kali ini, Yu Jian Hua terlihat lebih berhati-hati. Paviliunnya tidak sedang disegel, keributan sekecil apa pun akan berpengaruh ke bumi. Lagi pula, Yu Jian Hua tidak sungguh-sungguh berniat menyakiti Ming Zhu, karena iblis itu masih di bawah tanggung jawab Wang Mo Ryu. Itu hanya akan merusak suasana hati Wang Mo Ryu. Jika pun ingin bertarung dan menyalahkan, sudah tentu harus dengan gurunya, bukan dengan murid yang masih di level rendahan.

"Berhenti berlari!" perintah Yu Jian Hua merasa aneh sendiri. Seperti main kejar-kejaran, Yu Jian Hua merasa martabatnya hilang.

"Berhenti dulu mengejarku!" sahut Ming Zhu.

"Jika tidak berhenti, maka...,"

"Maka apa?" potong Ming Zhu. "Anda akan membunuhku? Sebelumnya juga bilang begitu. Tapi, tidak terjadi apa-apa. Dasar tidak bisa dipercaya!"

"Apa?" Yu Jian Hua terbelalak. Syok dan merasa terhina. "Iblis kecil!" sebutnya geram.

Ming Zhu berhenti karena Yu Jian Hua juga berhenti mengejarnya. Saat itu ia mulai berpikir tentang betapa kotor mulutnya. Ming Zhu menapak mulutnya sendiri sebelum berucap lebih lunak, "Sebenarnya kau bisa bersikap lebih baik kepadaku. Aku ke sini mencari kalung anjingku. Hanya itu."

Yu Jian Hua mendesis, ia tak sanggup berkata apa-apa lagi. Keningnya mengerut dan tangannya mengepal.

"Aku pasti akan memenjarakanmu sebelum benar-benar membunuhmu!" teriaknya seraya kembali mengejar Ming Zhu. Sampai Ming Zhu terdesak, gagang Pedang Fenghuang yang terpajang, ditarik dan diarahkan ke depan. Yu Jian Hua tidak bisa memprediksi itu, seharusnya Fenghuang miliknya, tidak sembarang orang bisa menggunakan. Yu Jian Hua lupa jika kekuatan alami Ming Zhu adalah dari Jufeng Mo. Pedang itu menusuk dada kiri Yu Jian Hua, untungnya tidak terlalu dalam.

Ming Zhu yang melihat kejadian itu tidak kalah syok. Pedang Fenghuang terlepas dari genggaman dan hampir jatuh ke lantai.

Spontan, Yu Jian Hua menangkap sisi tajam Pedang Fenghuang dengan telapak tangan. Menahan pedang itu dari bawah. Dari Tebing Awan, kilat berwarna abu-abu menyambar sampai ke bumi. Lalu, apa jadinya jika Pedang Fenghuang benar-benar terhempas ke lantai, bencana lebih besar akan terjadi di dunia fana. Makanya, Yu Jian Hua rela-rela saja jika satu luka lagi di telapak tangan yang harus disandang karena kebodohan Ming Zhu.

"Aku tidak sengaja!" tangan dan bibir Ming Zhu bergetar. Perempuan itu terlihat begitu kacau.

Dada kiri yang terluka dan tangan kanan yang masih harus menahan beban berat pedang, membuat Yu Jian Hua tidak bisa banyak bergerak. "Tidak apa-apa". Batin Yu Jian Hua berkali-kali sambil menahan rasa sakit. Tapi, yang terucap kemudian adalah, "Berhenti! Jangan mundur lagi!"

Hanya saja, sepertinya Ming Zhu tidak mendengar itu. Ia terlalu panik. Dan semakin panik ketika seseorang meneriakkan namanya dengan sangat keras.

Itu adalah Wang Mo Ryu, dan seisi istana yang penasaran dengan apa yang terjadi.

"Aku tidak sengaja, Laoshi!" Ming Zhu terus menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Wang Mo Ryu perlahan mendekati keduanya. Waspada kalau-kalau Ming Zhu telah dirasuki sesuatu, dan dirinya yang sekarang bukanlah dirinya sebenarnya.

"Aku hanya... aku hanya...,"

"Sepertinya aku tahu," Zhou Shen ikut bicara. "Dia ingin memusnahkan iblis yang ada dalam dirinya. Dan berpikir Penasihat Yu mungkin bisa membantu."

"Apa? Kau berharap Yu Jian Hua mengajarimu?"

Ming Zhu menggelengkan kepalanya, "Bukan begitu. Aku tidak seperti itu," air mata Ming Zhu mengalir. Tentu Wang Mo Ryu terlihat begitu kecewa saat itu. "Aku tidak bermaksud begitu," jelas Ming Zhu lagi. Meski merasa itu tidak berguna.

"Suruh dia berhenti!" ucap Yu Jian Hua lagi. Pandangannya mulai buram ketika itu.

Sempat Wang Mo Ryu melirik ke Yu Jian Hua, tapi tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Penasihat Istana. Sampai terdengar teriakan dari Ming Zhu. Perempuan itu kehilangan keseimbangan dan seolah akan terperosok ke tempat yang dalam.

Yu Jian Hua bereaksi, ia melepaskan Pedang Fenghuang dan mengarahkan tali cahaya ke tubuh Ming Zhu. Tapi, tali cahaya itu terputus karena tangan kanan Yu Jian Hua yang terluka, sehingga tidak sanggup menahan beban. Ia kemudian mengucapkan mantra dan mengarahkan dua ujung jari untuk kedua kalinya. Cahaya seperti es berpendar menyelimuti tubuh Ming Zhu dan menyatu. Ming Zhu tetap terjatuh seiring dengan dentuman keras yang terdengar dari gunung berapi bawah laut.

"Setidaknya pedang itu jatuh dengan sedikit lebih lembut," Raja Zhian menanggapi. Gunung berapi meletus, tapi tidak akan menimbulkan tsunami.

Wang Mo Ryu terlihat sangat syok ketika itu. Matanya berkaca-kaca. Ia hampir saja melompat, tapi Raja Zhian menahannya. "Xiao Ryu, sudah! Kita akan mencarinya nanti."

"Ke mana?" teriak Wang Mo Ryu.

"Ke bumi," jawab Raja Zhian tenang.

Wang Mo Ryu menyeringai kepada Yu Jian Hua.

Yu Jian Hua segera memalingkan wajah, "Untung saja dia jatuh. Kalau tidak, aku akan mencekiknya sampai mati."

"Apa yang kau lakukan pada Ming Zhu?" geram Wang Mo Ryu.

"Apa yang 'anjing'-mu lakukan kepadaku?" Yu Jian Hua memperlihatkan tubuhnya yang berdarah-darah.

"Sekarang aku mengerti siapa yang kau maksud bodoh. Kau kalah hanya dengan iblis kecil yang baru berusia lima belas tahun."

"Eh, masih beruntung aku berbaik hati. Aku seharusnya minta pertanggungjawaban dari gurunya atas kelakuannya yang tidak tahu di adab itu."

"Apa kamu bilang?"

"Pokoknya ini lebih baik. Tenang saja, aku sudah menambahkan pelindung untuk Ming Zhu. Pelindung yang kau berikan kepadanya terlalu lemah. Sekarang, auranya serupa manusia biasa. Jufeng Mo tidak akan menyadari keberadaannya di bumi." Yu Jian Hua terkekeh bangga.

"Jika Jufeng Mo tidak bisa mendeteksi, Wang Mo Ryu juga tidak akan bisa," Raja Zhian berasumsi.

"Tentu saja," jawab Yu Jian Hua.

"Lalu, apa kau bisa?"

Yu Jian Hua terdiam. Dia mulai mengerti ujung pertanyaan Raja Zhian, "kalau begitu? Bagaimana kita akan menemukannya?" Tanpa petunjuk, tentu saja akan sulit menemukan satu makhluk di antara milyaran makhluk lainnya.

"Bodoh!" umpat Wang Mo Ryu.

"Wang Mo Ryu!" teriak Yu Jian Hua ketika baru saja Wang Mo Ryu berbalik ingin pergi. Yu Jian Hua tidak akan menerima penghinaan begitu saja.

"Yu Jian Hua!" balas Wang Mo Ryu.

Raja Zhian terpaksa menyusup di antara mereka,"Sudah! Lebih kita fokus mencari Ming Zhu! Ming Zhu tidak pernah ke bumi selama ini. Dia akan kebingungan!" Raja Zhian mendorong Wang Mo Ryu. Mereka harus meninggalkan Paviliun Mundan secepatnya. Di bawah, gunung berapi baru saja meletus dan Raja Zhian tidak ingin bencana lebih besar terjadi karena perkelahian mereka.

"Aku pasti akan menghukum muridku. Tapi, kau juga tidak berhak melakukan ini kepadanya. Jika sesuatu terjadi, yang harusnya kau cari adalah aku. Hanya aku. Apa kamu mengerti! Dan dengar juga, jika hari ini terjadi sesuatu pada Ming Zhu. Aku tidak akan memaafkanmu!" urat leher Wang Mo Ryu menegang ketika mengucapkan semua kalimat itu.

Helaan napas Yu Jian Hua terdengar, tidak menyangka jika masalah ini akan berubah sangat serius." Sebegitu besarkah kedudukan Ming Zhu di mata Wang Mo Ryu?" Mau tidak mau, rasa bersalah itu menyusup juga. Untuk seorang iblis yang akan membahayakan dunia, entah apakah perasaan itu pantas. Yu Jian Hua tidak akan pernah merasa yakin.