webnovel

BOUND (ON GOING)

Lira tidak pernah bermimpi untuk terjerat pada Laki-laki misterius bernama Arash, laki-laki aneh yang sekaligus paling mengerikan di angkatannya. Terikat  dengan Arash membuat kehidupan Lira berubah seratus persen, laki-laki itu mendekap erat batinnya hingga lira kesulitan bernafas, tidak jarang lira mendapatkan perlakuan keji yang sangat kasar oleh Laki-laki itu, itu semua ia lakukan karena ia tidak ingin kehilangan Lira, Arash sudah terlanjur gila karena Gadis itu. Namun semuanya berubah saat Lira hampir merenggang nyawa akibat hukuman yang di berikan laki-laki itu. Arash berjanji, tidak akan lagi melukai gadisnya, perempuan kesayangannya.

amelianggi7 · Horror
Not enough ratings
8 Chs

Bagian 6, Arash laki-laki gila

Arash menatap rumah di depannya dengan pandangan kosong, ia tahu rumah ini, rumah yang banyak sekali kenangan di dalamnya, Tawa bahagia dan sedih pernah ia lewati di dalam sana, namun semuanya di rampas begitu saja saat ia masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

Sebuah peristiwa yang berhasil menghancurkan semua kebahagiaannya, juga peristiwa yang memaksanya hidup sendirian, benar-benar sendiri. Hal itu membuat perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal yang lain, Arash Tumbuh menjadi laki-laki yang keras, dan juga bermental..... Psycho.

"Aku rindu dengan rumah ini... namun benci dengan semua sandiwara yang pernah terjadi,"

Arash memejamkan mata sesaat sebelum ia mengangkat handphonenya yang bergetar menandakan panggilan masuk.

"Rashh!...   Si Lira pingsan!" Suara di seberang sana membuat Arash memejamkan mata kembali.

"Aku segera ke sana"

Arash mematikan sambungannya lalu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman keluarga gadisnya.

Beberapa kali ia mengumpat kasar, Arash sudah menduga ini akan terjadi setelah ia membuat perhitungan pada bule Jerman itu kemarin. Sudah mati saja laki-laki itu masih bisa mengambil perhatian Lira, apalagi kalau ia biarkan hidup. Sialan.

Arash memang sudah gila, jadi jangan salahkan ia jika caranya menjaga miliknya sangat anti-mainstream.

••••••

Lira terbangun dengan kepala yang luar biasa pusing, dan badan yang sangat sulit di gerakkan. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan bingung, karena seingatnya, terakhir kali ia sedang menonton berita di ruang tengah baw-.

"Deva!" Ujarnya dengan mata membola dan berkaca-kaca ketika mengingat berita yang di tontonya tadi pagi.

"Jangan pernah sebut nama laki-laki lain Alira!"

Lira tersentak kaget saat mendengar suara serak dari sosok yang akhir-akhir ini memenuhi pikiran Lira. Ia menoleh dan menemukan Arash yang juga tengah berbaring di sampingnya. Kenapa ia baru sadar?.

"Ar-rash..."

"Kenapa?, Gak suka aku disini?"

Lira menggeleng cepat berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat takut pada sosok di depannya.

"Enggak kok... Kamu udah lama di sini?"

"Iya"

Lira sebenarnya risih, namun ia tidak tau harus berbicara apa lagi. Di tambah Arash yang sejak tadi menatapnya membuat ia salah tingkah.

"Kepala kamu masih sakit?" Tanya Arash seraya mengusap pelan kepala Lira, sementara gadis itu hanya menggeleng.

"Arash... Ak-aku turun ke bawah dulu,"

"Kamu mau apa?"

"Ma-mau... Mau makan, iya mau makan!"

itu hanya alasan Lira saja sebab ia hanya ingin menghindari laki-laki itu, namun Baru saja Lira hendak turun dari kasurnya, Arash terlebih dahulu menarik dirinya hingga ia kembali berbaring.

"Biara aku saja,"

Lira melotot saat Arash sudah memegang gagang pintu, yang ia takutkan adalah orang rumah akan marah besar ketikap menemukan Arash di dalam rumah.

"Arash jangan!" Lira menahan pergelangan tangan laki-laki itu dengan tampang konyolnya. Sementara laki-laki itu menatap Lira tak suka.

"Kenapa?"

"Biar aku aja... Kepalaku udah  gak sakit kok hehe" Lira tersenyum paksa, namun saat melihat Arash yang memberinya tatapan tajam, Lira meneguk salivanya kasar.

"Ak-aku takut bunda bakal marah kalau lihat kamu..."

Lira akhirnya menunduk, tidak berani menatap Arash, ia takut laki-laki itu akan marah lagi. Namun dugaan Lira ternyata salah saat mendengar suara tawa yang sangat merdu di telinganya. Astaga Arash tertawa? Lira mengangkat wajahnya dan benar saja laki-laki itu tengah tertawa, namun Lira juga bingung sendiri apa alasan laki-laki itu tertawa.

"Ke-kenapa?"

"Aku sudah ketemu bunda tadi... dia yang izinkan aku naik ke kamar kamu," Ucap Arash setelah tawanya mereda.

Berbeda dengan Lira yang kembali menatap Arash dengan wajah terkejutnya, Bagaimana bisa? Ayah dan Bundanya bahkan tidak pernah memperbolehkan Lira dekat dengan laki-laki, namun kenapa ia justru memperobolehkan Arash untuk masuk ke dalam rumah? Bahkan Sampai mengijinkan Arash masuk ke kamarnya? Ini terlalu mustahil.

Arash menatap lamat-lamat Raut wajah gadis itu, terlihat sangat menggemaskan di matanya, ia menahan senyumnya sebisa mungkin.

"Tunggu di sini, aku ambil makanan kamu dulu" Ucap laki-laki itu lalu memajukan wajahnya mengecup pipi kanan Lira sebelum berlalu dari sana.

Lira membatu. Apa-apaan Arash itu, Ia perlahan mengusap pipi kanannya yang terasa panas dengan gerakan kasar. Sialan, kenapa pipinya jadi merona begini.

Sepuluh menit sepeninggalan Arash, laki-laki itu kini kembali ke kamar Lira dengan membawa nampan berisi Sup dan vitamin untuk gadis itu. Ia juga membantu Lira untuk duduk, padahal kenyataannya gadis itu tidak merasakan sakit lagi, Cihh... laki-laki itu berlebihan.

Tapi Lira suka hahahaha.

"Rash.. Aku bisa makan sendiri" Ujar Lira sembari menahan pergelangan tangan Arash saat laki-laki itu berniat menyuapinya.

"Buka mulut kamu Lira" ucap laki-laki itu tenang.

"Biar aku aj-"

"Lira jangan membantah!" Arash menatap tajam wajah gadis di depannya yang berhasil membuat Lira takut.

Pada akhirnya gadis itu pasrah menerima suapan demi suapan dari Arash, hingga makanan yang di berikan laki-laki itu tandas tak tersisa. Perut nya terasa kembung kekenyangan, Arash tidak memberinya kesempatan untuk menolak, laki-laki itu terus saja memberinya tatapan tajam sepanjang makan.

Lira memainkan ponselnya berniat untuk mengabaikan Arash agar laki-laki itu bosan dan segera pergi dari rumahnya, Bagaimanapun Lira Sangat risih dengan keberadaan Arash di sini. Namun dugaannya ternyata salah saat laki-laki itu tiba-tiba merampas ponselnya kasar.

"Aku tidak suka di abaikan Lira!" Ucap laki-laki itu dengan wajah berkilat marah sebelum mengotak-atik ponsel Lira.

Beberapa kali alis laki-laki itu menukik tajam, Lira jadi khawatir sendiri, pasti ada sesuatu yang salah disini, padahal sebelumnya ia yakin di dalam ponselnya itu tidak ada apa-apa nya.

Setelah mengotak-atik ponsel Lira, Arash akhirnya mengembalikan ponsel itu dengan rahang yang masih mengetat pertanda marah. Lira yang bingung pun langsung mengambil ponselnya dan mengecek satu-persatu isinya. Mata Lira membola saat melihat kontaknya yang kini hanya berisi satu nama, pesan-pesannya dengan teman lelakinya juga di hapus, dan yang terakhir foto-fotonya termasuk foto kenangannya terhapus.

"Apa-apaan kamu Arash?!!" Teriak Lira dengan wajah merah padam, ia sungguh marah dengan apa yang dilakukan laki-laki di hadapannya.

"Kamu yang apa-apaan Lira! Sudah punya aku tapi masih berani dekat dengan laki-laki lain!!"

Lira menggeleng tak percaya, yang di maksud Arash pasti teman satu kelasnya Laki-laki ini sungguh terlalu berlebihan.

"Kamu berlebihan Rash!"

Laki-laki itu hanya tersenyum sinis ia lantas merampas kembali ponsel Lira dari tangan gadis itu, dan berjalan hingga tepat di samping jendela.

"Kamu bilang aku berlebihan kan?... dan aku akan buktikan kalau aku memang berlebihan!"

Brakkkkkkkk

Lira membatu saat suara ponselnya yang terbanting ke bawah terdengar nyaring di telinganya. Arash... Laki-laki itu baru saja menjatuhkan ponselnya dari kaca jendela kamarnya yang ada di lantai dua ini.

Arash..... Laki-laki itu sungguh gila.

Halo guys, gimana part ini?

Jangan lupa vote dan komentarnya yahhh, kalau mau di share juga gapapa... Hahahha