webnovel

Boss Dari Neraka

Pada awalnya Tera mau mengerjakan perintah Sebastian yang sangat jauh dari jobdesk nya hanya karena simpati dan empati sebagai manusia yang mempunyai hati.

Mulanya Tera menciptakan berbagai macam pengertian untuk dirinya sendiri, seperti:

"Kasihan, dia kelelahan…"

"Kasihan, dia tidak memiliki istri yang membantu mengurus anak…"

"Kasihan, dia baru selesai meeting yang panjang…"

"Kasihan, dia baru selesai kencan satu malam…"

Dan segala jenis simpati lainnya.

Simpati yang membuat Tera mau membantu Sang Big Boss untuk menjaga Nora yang terkadang sangat rewel dan sensitif. Hati Tera yang lapang dan penuh kasih membuatnya melaksanakan segala pekerjaan yang bukan merupakan tugasnya dengan tulus ikhlas. Tugas-tugas seperti menidurkan Nora, menjemput Nora dari playground, menyuapi Nora makan siang dan segala tetek bengek lainnya.

Hingga lama kelamaan, Tera merasa menjadi seorang ibu sungguhan yang selalu membawa anak ke kantor dan membiarkan sang anak mengobrak abrik meja kerjanya. Mengganggu hidupnya dan sebagian besar waktunya. Nora memenuhi setiap inci kehidupan Tera.

Kesabaran, ketenangan dan ketegasan Tera dalam menghadapi Nora cukup mengesankan bagi Sebastian Lim sehingga membuat pria berkuasa itu mengambil keputusan dengan sesuka hatinya dan bahkan tanpa bertanya tentang pendapat Tera sedikitpun.

Pria itu mengeluarkan Tera dari Divisi Internasional Market Analys dan menjadikan Tera sebagai Personal Assistant yang mengurus segala jadwal dan hidup pria itu.

Dari mulai jadwal meeting, jadwal perjalanan, jadwal bisnis, membantu Wilson dalam menghadapi email dan segala masalah yang timbul di jajaran tingkat tinggi. Dan tugas yang paling Tera herankan adalah dirinya pun memiliki kewajiban untuk membuat jadwal menjemput anak, jadwal memberi makan ayah dan anak, jadwal mengurus pakaian ayah dan anak, jadwal menyiapkan kopi dan susu untuk ayah dan anak, jadwal untuk mengatur kencan sang ayah, jadwal untuk mengatur les renang, les piano dan segala kerumitan lainnya.

Jadi sebenarnya Tera ini Personal Assistant pria itu di kantor? Atau hanya sekedar babu multifungsi ya?

"Hey, Gendut! Mana dokumen meeting siang ini!"

"Oi, Bahenol! Mana laporan kamu? Sudah malam! Saya tunggu sekarang!"

"Tera! Mana kopi saya!"

"Tera! Mana dasi saya!"

"Tera! Mana makan siang sayaaaaaa!"

"Tera, anak saya nangis, urus dia sebentar…!"

Kiranya itu adalah teriakan-teriakan dan perintah harian yang sering Tera dapatkan dari Sebastian Lim. Tugas yang membuatnya semakin hari semakin dongkol, bahkan ingin menagih janji yang pria itu sampaikan sebelum Tera menyetujui pemindahan posisi tersebut.

"Jadilah Personal Assistant saya selama dua sampai tiga tahun. Setidaknya sampai Nora lebih dewasa dan mampu mengendalikan sikap tantrum dan pemarahnya. Tolong bantu saya mengatur semua kehidupan saya dan Nora…" ujar Sebastian kala itu.

Saat itu Tera memandang Sebastian dengan simpati yang meluap-luap, Tera tahu bahwa tidak mudah bagi Sebastian untuk mengurus seorang anak kecil sendirian tanpa dampingan istri atau wanita yang mau mengurus anaknya, tidak hanya sebagai pengasuh namun juga sebagai kawan. Sofia yang masih muda dan bahkan baru lulus SMA belum mampu mengurus Nora dengan kesabaran dan pengertian.

Simpati itu membuat Tera mengiyakan permintaan Sebastian dengan syarat. "Satu tahun saja. Tidak boleh lebih dari satu tahun. Saya akan membantu Anda mengurus Pekerjaan Anda dan Nona Nora."

Sejak saat itulah Tera menjadi PA sekaligus babu sekaligus baby sitter sekaligus peran apapun dalam kehidupan Sebastian dan Nora. Sejak saat itu Tera menghabiskan lebih banyak waktu dengan Nora hingga sering menginap di rumah Sebastian Lim demi menemani Nora yang kesepian. Di mata semua orang yang ada di gedung Trust Group ini, Tera tampak seperti permen karet dengan Sebastian Lim. Di kantor mereka selalu kemana-mana berdua, di luar kantor Tera mendampingi Yang Mulia Lim, Di rumah pun Tera bersama pria itu.

Selalu berdua hingga timbul gosip yang tidak-tidak. Berkali-kali Tera menegaskan kepada semua orang bahwa dirinya hanyalah Babu Tuan Lim yang terhormat – tidak kurang dan tidak lebih. Tera bukanlah Cinderella. Dia sangat membenci wanita bergaun biru yang menari dengan indah di pesta Kerajaan. Kebencian itu disebabkan karena Tera tidak memiliki sepatu kaca untuk pergi menemui sang putra raja, dan walaupun Tera punya maka sudah pasti sepatu itu bukanlah ukuran kaki gajahnya.

Semua orang percaya penjelasan Tera hanya di mulut saja, namun Tera tahu pikiran mereka berkhianat dan tak mau mempercayainya. Walau begitu Tera tak memikirkan mereka terlalu panjang dan memilih sibuk mengelap sepatu Yang Mulia Lim agar dompetnya semakin tebal.

Hanya saja…

Lama kelamaan Tera menyesali keputusannya di masa lalu. Sudah satu tahun dia bekerja sebagai PA Sebastian Lim, Tera sudah mengenal pria itu luar dalam, bahkan mengenal putri dan keluarganya dengan baik. Tera tahu bagaimana rumitnya hidup Sebastian Lim, bagaiman sibuknya hidup pria itu dan betapa menyebalkannya boss dari neraka itu.

Ia sudah tak sanggup mendengar teriakan dan perintah Sebastian Lim.

"Huh… buat apa uang banyak tapi tersiksa!" gumam Tera.

Wanita yang memakai setelan kerja yang super ketat itu berdiri tegak, lalu meraih gelas tumblernya dan meninggalkan Pantry.

Sesampainya di lantai dua puluh, Tera langsung mendengar teriakan Sebastian dari ruang kerjanya yang terbuka.

Tera pun mendengus kecil dan memutar mata jengah. Ia menyesap kopi dengan tenang, lalu meletakkan tumbler di atas meja kerjanya.

"Tera!!!" teriak pria itu lagi.

"Ya, Boss!" sahut Tera sambil berjalan ke ruang kerja pria itu.

"Dasi saya mana?" tanya Big Boss.

Tera mengernyit. Dia baru menyadari jika sejak tadi Sebastian belum menggunakan dasinya. Pria itu hanya memakai celana hitam dan kemeja putih disertai jas hitam.

"Saya harus makan siang bersama Tuan Batara Tampubolon dari Indonesia. Saya harus tampil rapi hari ini. Cepat kerjakan tugasmu, Ndut!!!"

Ingin rasanya Tera berdecak kecil, namun ia tak ingin memperpanjang masalah sehingga hanya berlalu ke dalam ruang wardrobe pribadi yang ada di balik pintu connecting.

Ia memilih dasi yang cocok untuk Sebastian dan menemukannya dengan cepat.

"Lama amat!" protes Sebastian saat Tera berjalan mendekat. "Cepat pakaikan!"

"Ayah dan anak sama-sama tukang perintah, sama-sama pemarah dan sama-sama hobi menyusahkanku!" protes Tera dalam hati.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Sebastian.

"Tidak ada." jawab Tera singkat.

Wanita itu hanya fokus pada dasi yang sedang dia pasangkan di kerah kemeja sang Big Boss tanpa tahu bahwa pria itu memperhatikan raut wajahnya dengan seksama.

"Bukankah saya sudah meminta maaf atas kejadian pagi tadi? Saya sudah menjelaskan segalanya. Tidakkah kamu percaya bahwa itu sebuah ketidaksengajaan?" gumam Sebastian.

Tera menaikkan pandangan dan manik matanya bersirobok dengan mata Sebastian. Mereka saling pandang selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya.

Dengan kejam Tera membuang muka sambil berdecak kecil.

"Siapa yang akan percaya ucapan playboy mesum seperti Anda."

"Saya memang playboy mesum, tapi saya hanya mesum kepada wanita cantik dan bertubuh langsing. Bukan gerobak bakso sepertimu!"

Tera cemberut mendengar ejekan itu. Ia pun mempercepat gerakan tangannya untuk menyelesaikan simpul dasi.

"Jangan marah terus, bisa, 'kan?"

"Siapa yang tidak marah diperlakukan seperti pembantu begini? Saya ini Personal Assistant atau pembantu sekaligus pengasuh Anda dan Nora, sih, Boss? Coba jelaskan posisi saya yang sebenarnya?"

"Maksud kamu apa?" Sebastian mengernyit tak suka.

"Saya capek. Saya ingin mengundurkan diri!"

"Tidak boleh."

"Ya sudah, naikkan gajih saya kalau Anda ingin memperbudak saya terus seperti ini!"

Sebastian menyeringai kecil, satu alisnya terangkat tinggi, "Daripada kamu minta naik gajih, lebih baik kamu menikah dengan saya!" cetus Sebastian. "Mamak pasti langsung setuju! Lagipula, menikah dengan saya memberikan keuntungan lebih besar daripada sekedar naik gajih. Kamu bisa memiliki banyak kartu ATM, credit card dan memiliki akses untuk membeli makanan apapun yang kamu inginkan! Bagaimana?"

Tawaran menjadi istri itu lebih mirip seperti tawaran menjadi pembantu plus plus di telinga Tera.

"Hmn..." gumam wanita itu kesal. Di dalam hati Tera, pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan penting, bukan topik main-main seperti yang sedang dilakukan Big Boss nya ini!

Tera mengencangkan simpul dasi ke atas hingga mencekik leher Sebastian yang membelalak kesakitan.

"ACK! SAKIT!" rintih Sebastian.

Tera bergerak mendekat dan wanita itu berbisik tepat beberapa inci dari wajah Sebastian.

"In your dream…" desis wanita itu seraya melepaskan tangannya dari Sebastian. "Sekarang pergilah makan siang sesukamu!"

Sebastian yang tak terima langsung menarik pinggul Tera dan memerangkap pinggul itu dengan kedua tangannya. Tubuh bagian depan mereka saling bertabrakan dan Sebastian melilit pinggul Tera dengan erat. Dada keduanya saling berbenturan. Yang satu kokoh berurat, yang satu kenyal begitu nikmat.

Sebastian menarik Tera semakin rapat.

"Dasar cewek tukang Ge – er! Lagian saya cuma bercanda. Siapa pula yang ingin menikahimu, hmn? Kamu tahu selera saya seperti apa. Cantik, sexy, tinggi dan langsing. Bukan bus kopaja sepertimu!"

"Dih, ya sudah, sana cari wanitamu. Jangan peluk saya seperti ini! Lepas!" Tera berusaha melepaskan diri namun Sebastian masih memerangkapnya.

"Tapi kamu kenyal juga, enak dipeluk seperti sex doll!"

"Anjay! Lepas, boss! Lepas!" Tera mulai terlihat panik.

Salah satu tangan Sebastian bergerak dari pinggul Tera dan berhenti di tengkuk wanita itu.

Sebastian mendekatkan wajahnya pada wajah Tera hingga hidung dan kening mereka saling melekat.

"Gembrot, jangan sok jual mahal. Atau kamu saya 'makan' di kantor ini sampai kamu menyerah dan mau menjadi ibu Nora…"

"Lelaki mesum!" desis Tera.

"Cewek frigid, gak pernah disentuh. Kaku kayak kanebo! Pasti belum pernah ngerasain enaknya diremas-remas, kan?"

Mendengar itu kesabaran Tera habis, ia pun mengeraskan ekspresi wajahnya dan menatap pria itu penuh peringatan.

"Let's get back to business. Kita lagi di kantor. Redakan kemarahan dan ketersinggungan Anda. Dan tolong hormati saya sebagai wanita yang membantu Anda mengurus Nona Nora. Kembalilah bersikap profesional, Tuan CEO!"

***