webnovel

Banter Tiada Henti

Sepanjang pagi Nora menangis begitu sedih dan tak ada satu pun yang bisa menghentikan tangisan bocah cantik itu. Menurut Sofia, Nora diam dan tak bersemangat main di playground bersama teman-temannya. Anak hyperaktif itu tiba-tiba saja memilih duduk diam di sudut permainan, lalu saat Sofa bertanya apa yang terjadi, Nora justru menangis sangat kencang hingga menggegerkan playground nya.

Sofia yang panik dan tak bisa menghentikan tangisan Nora mulai melakukan apapun untuk menenangkan Nora, namun gadis itu tetap tak bisa dihentikan dengan bujuk rayu apapun, kecuali bujuk rayu untuk bertemu daddy nya di kantor.

Sofia pun menghubungi Tuan Muda Lim dengan panik, bahkan telepon genggam itu sempat direbut oleh Nora hingga Sebastian langsung mengetahui alasan Sofia meneleponnya.

Akhirnya Sebastian Lim itu pun memerintahkan Sofia untuk membawa Nora ke kantornya.

Dan tentu saja, hanya satu jurus yang bisa Sebastian lakukan pada saat genting seperti ini, yaitu…

"Tera, ke ruangan saya sekarang!" panggil Sebastian melalui saturan intercom.

***

Hanya dari nada suaranya saja, Tera langsung tahu jika ada sesuatu yang tak beres. Wanita itu berpikir ulang tentang segalanya, apakah dia telah memasukkan dokumen yang salah untuk meeting barusan, atau ada rincian yang kurang tepat dan lain sebagainya.

"Duh! Suuzon terus sama diri sendiri, padahal udah yakin kok kalau aku teliti ngerjainnya…" pikir Tera.

Ia pun mengetuk pintu kantor Sebastian Lim, "Saya, Boss."

"Masuk!" teriak Sebastian.

Suara itu mengkonfirmasi kejanggalan yang dirasakan Tera, ia pun membuka pintu dan melangkah ke depan meja kerja Sebastian.

"Tolong jaga anak saya. Sebentar lagi dia sampai…" perintah Yang Mulia Lim tanpa melihat Tera sedikitpun.

Tera memberengut, "Boss…" protes Tera. "Sebenarnya saya ini…"

"Bukan babu! Bukan baby sitter!" potong Sebastian.

"Bukan istri Anda!" sambung Tera sambil berkacak pinggang dan melotot marah, "Please, Saya, nih, masih muda. Pengen meniti karir dan masa depan. Berapa kali saya bilang bahwa saya mau berhenti dari permainan rumah tangga ini. Saya sudah menepati janji untuk membantu Anda menjaga Nona Nora selama beberapa waktu ini, dan saya ingin berhenti. Tolong kembalikan saya ke divisi yang seharusnya sesuai janji Anda!"

Sebastian Lim mendesah kecil, ia menutup berkas yang baru selesai ditandatanganinya, kemudian menatap Tera.

"Please, Nora masih membutuhkanmu. Saya belum bisa melepaskanmu sekarang."

"Sampai kapanpun Nora akan membutuhkan sosok ibu, yang perlu Anda lakukan adalah berhenti main-main dengan wanita di luar sana dan nikahi tunangan Anda di Indonesia."

"Tunangan? Mamak tidak akan menyuruh saya menikahimu jika saya masih memiliki tunangan. Bisakah kau mengerti sedikit saja sulitnya menjadi saya?" seru Sebastian sambil menghempas dokumennya di meja.

"S – Saya tidak tahu jika Anda sudah tidak memiliki tunangan. Tapi intinya, saya harap Anda bertemu dan menikah dengan wanita yang tepat untuk menjadi ibu Nona Nora. Dia membutuhkan sosok Ibu, bukan hanya pengasuh sementara seperti Saya dan Sofia!"

"Jika menikah bisa semudah itu, lalu mengapa kau tidak menikah dengan kekasihmu si Brandon Dexter itu?"

"Tolong jangan sebut-sebut namanya dalam urusan ini!" timpal Tera. "Pokoknya saya ingin Anda memikirkan masa depan saya, jangan hanya memikirkan hidup Anda sendiri! Saya merasa cukup menjaga Anda dan Nona Nora selama ini, jadi tolong kembalikan kehidupan saya, Saya ingin berkencan, saya ingin hidup dengan pikiran tenang…"

Sebastian berdiri dari kursi, kemudian berjalan ke depan Tera. Mereka saling berhadap-hadapan dan menatap mata satu sama lain dengan nyalang.

"Seburuk itu ya, menjaga saya dan Nora, sampai-sampai kamu tak tahan seperti ini?" gumam Sebastian.

Hati Tera seperti dihantam benda berat dan raksasa saat mendengar pertanyaan itu. Rasa tak enak hati menerjangnya tanpa henti. Selama berhari-hari Tera memohon kepada Sebastian tentang pengunduran dirinya, namun Sebastian selalu menggantung setiap pembicaraan mereka tanpa solusi yang jelas. Dan baru kali ini pria itu mempertanyakan hal itu kepadanya.

Tera tergagap hingga akhirnya ia pun menjawab, "Tidak buruk, ini hanya masalah visi dan misi kehidupan masing-masing. Anda memiliki visi dan misi tersendiri, begitu pula dengan saya, Boss."

"Apa alasan terbesarmu bekerja di perusahaan ini?" tanya Sebastian pada akhirnya. "Apa Visi dan Misi mu?"

"Meniti karir."

"No, alasan paling realistis yang saya ingin dengar."

"Apakah meniti karir bukanlah alasan paling realistis yang bisa saya sebutkan?"

"Alasan yang sangat memperngaruhi kehidupan sehari-harimu, alasan yang menurutmu kau tidak bisa hidup tanpanya, kau tidak bisa tinggal dengan nyaman tanpanya, alasan yang paling realistis…"

Tera berpikir sejenak, "Uang. Saya bekerja untuk mendapatkan upah demi menunjang kehidupan saya. Itu bukan yang Anda pertanyakan?"

"Betul. Itu adalah alasan paling realistis yang bisa kamu sebutkan. Mulai hari ini gajih kamu saya naikkan menjadi tiga kali lipat!"

"What? Tiga kali lipat! Anda ingin menyogok saya? Tidak, saya tidak tertarik!" Tera berpaling acuh. Ia bersedekap dan mengabaikan tawaran Tuan Muda Lim.

"Ck! Kau memang sangat pintar menarik customer dan melakukan tawar menawar dengan cara yang cerdas. Baik, kalau kamu tidak terima dengan satu kali lipatan kenaikan gajih, maka saya akan naikkan gajih kamu lima kali lipat! Bagaimana? Dari dua kali lipat kenaikan sebelumnya, kini menjadi lima kali lipat!?"

Tera melirik Sebastian dengan ekor matanya.

Siapa yang tidak tergoda dengan tawaran gajih lima kali lipat?

Hanya orang bodoh yang menolaknya. Dan orang bodoh itu adalah Tera.

"Tidak!"

"Yakin tidak mau? Kau benar-benar tidak mau naik gajih lima kali lipat."

"Tidak. Saya memilih kebebasan saya. Asal Anda tahu, dengan kebebasan itu membuat Anda tidak bisa mengatur kehidupan sehari-hari saya."

Sebastian menarik nafas lelah, "Kalau begitu tunggu momen dimana Mamak memaksamu menikahi saya."

"Ancaman yang sama! Bosan!"

"Kau pikir Mamak hanya bercanda saat menyuruh kita menikah pada pagi hari itu?"

"Saya tidak perduli. Saya sudah memiliki Brandon Dexter!"

"Berapa lama, sih, Kalian pacaran?"

"Kepo!"

"Saya nanya serius!?"

"Saya juga jawab serius!"

Sebastian menatap Tera dengan mata tajamnya, kemudian tangannya terulur untuk menarik pinggul Tera hingga bertubrukan dengan tubuhnya.

"Ndut, kau makan apa sih, berat banget…"

Tera memekik saat merasakan tarikan tak bermoral itu, kemudian berusaha menjauh, namun sayangnya tangan Sebastian melilit pinggulnya hingga tak bisa lepas.

"Anda ini hobi sekali memeluk pinggul saya!" tegur Tera.

"Makanya kalau ditanya itu jawab baik-baik! Dasar gendut!"

"Kehidupan pribadi saya bukanlah urusan Anda!"

"Akan menjadi urusan saya karena semenjak nama Brandon Dexter muncul, kau selalu ribut minta pisah."

Tera mengernyit sambil mendengus jijik. Omongan Sebastian seperti mereka memiliki hubungan yang spesial saja.

"Karena Anda memperlakukan saya dengan tidak baik, sebab itu saya ingin mengundurkan diri menjadi babu Anda!"

"Kau tahu apa sih, tentang kerjaan babu?"

"Ya, pokoknya disuruh-suruh terus!" Tera berkelit, ia berusaha mendorong tubuh Sebastian. Namun sayangnya tubuh pria itu sangat kokoh dengan otot-otot yang kuat.

Bukannya melepaskan pelukannya di pinggul Tera, Sebastian justru menarik Tera semakin lekat. Pria itu pun menunduk dan mendekatkan wajahnya pada wajah Tera.

"Dasar Barongsai Imlek, Baru disuruh-suruh hal kecil saja sudah mengeluh, apa jadinya jika saya menyuruhmu melayani kebutuhan sexual saya!"

"Boss!" tegur Tera keras.

Brak!

Tepat pada saat itu pintu kantor terbuka dengan sangat kasar, rupanya Nona Nora lah yang mendorongnya dengan sangat keras.

Kehadiran bocah itu membuyarkan obrolan Tera dan Sebastian, hingga keduanya melepaskan diri dari satu sama lain dengan sangat cepat.

Nora sempat melongo melihat keduanya berpelukan, namun anak gadis itu membuang muka dengan wajah cemberutnya sambil mendengus kesa.

Wajah bocah cantik itu menggelap. Kedua telapak tangannya bersedekap di depan dada. Ia berjalan cepat menuju ruang istirahat sang daddy yang ada di balik pintu wardrobenya.

Brak!

Pintu wardrobe tertutup rapat hingga menimbulkan gema. Kekuatan Nora sama besarnya dengan Daddy nya.

"Apa yang terjadi?" tanya Tera pada Sofia.

Sofia menggeleng, "Saya tidak tahu kak…" jawab Sofia. "Tiba-tiba saja begitu, tapi mungkin ini masalah yang sama. Soalnya di playground ada Tuan Muda Issac."

Tera mengenal nama bocah badung itu dan menghembus kesal. Tuan Muda Issac memiliki tabiat yang sama seperti Sebastian, sangat jahil dan suka mengejek.

"Makanya jadi manusia jangan suka ngejek dan ngebully. Lihat sekarang! anak Anda justru dibully oleh temannya!"

Sebastian mengangguk, "Tera yang cantik, baik hati dan seksi sekali. Mohon lupakan Brandon Dexter untuk sejenak dan fokuslah kepada kami yang membutuhkan uluran tanganmu ini…"

Tera mendengus.

"Ada maunya saja, baru terpaksa ngomong manis! Cih!"

***