webnovel

Apa Yang Anda Lakukan?

Tera memasuki ruang istirahat Sebastian yang sengaja dirancang untuk kehadiran Nora sewaktu-waktu di kantornya. Terdapat kasur king size di tengah ruangan, mainan-mainan Nora, mesin pendingin makanan, minuman, dan segala keperluan Nora lainnya.

Anak gadis Sebastian Lim itu tengah menangis di atas ranjang. Ia terlihat sangat sedih hingga tersedu sedan sambil memeluk boneka beruangnya.

Tera pun duduk di samping Nora, lalu mengusap air mata yang mengalir deras di pipi gadis kecil itu. Bukannya reda, air mata Nora justru semakin membanjir di wajah cantiknya. Tera pun mengulurkan kedua tangan dan langsung disambut oleh Nora yang melompat ke dalam pelukan tubuh yang hangat dan nyaman milik Tera.

"Ust… anak Daddy kenapa?" tanya Tera sambil menepuk-nepuk punggung Nora.

"Nora bukan anak Daddy!!" teriak Nora.

Ucapan balita itu mengagetkan Tera hingga langsung menoleh ke arah pintu - tempat dimana Sebastian berada. Tak berbeda seperti Tera, Sebastian pun terlihat terkejut mendengar ucapan Nora.

"Sayang, siapa yang bilang seperti itu sama kamu, Nak?" seru Tera.

"Icak!"

Pikiran Tera langsung melayang pada bocah yang disebutkan Nora, "Isaac! bocah nakal itu!!" germa Tera di dalam hati.

"Icak bilang, Nora anak pungut Daddy. Nora gak punya Mommy karena Mommy buang Nora!"

Tera mempererat pelukannya pada tubuh gempal Nora seraya membelainya semakin kencang. Mata wanita itu tertuju kepada Sebastian yang berbalik meninggalkan ruangan dengan raut sedih di wajahnya.

Tera menggeleng kecil, ia mengerti bahwa ini adalah topik yang berat bagi Sebastian, namun Tera selalu yakin jika Sebastian harus belajar menghadapi situasi seperti ini karena Nora akan bertumbuh besar setiap harinya dan akan terus mempertanyakan hal ini di dalam dirinya, apalagi Nora memiliki teman playground yang sangat menyebalkan seperti Isaac.

"Nora, lihat poto ini…" bujuk Tera.

Gadis kecil itu pun melepaskan wajahnya dari dada Tera, lalu memperhatikan bingkai potret dirinya dan sang ayah yang ada di tangan Tera.

"Ini Nora?" tanya Tera.

Di Foto tersebut Nora masih berusia dua tahun. Masih sangat kecil dan menggemaskan - sama seperti sekarang namun dengan tingkat cengeng dan hyperactive yang berkali-kali lipat lebih besar. Saat itu Tera yang sedang iseng dan tidak ada pekerjaan berusaha untuk mengambil potret yang membuatnya lumayan terpukau, moment dimana untuk pertama kalinya Tera melihat Tuan Muda Lim sedang duduk santai sambil memangku Nora yang terlihat ceria memandang salju di kota Grindelwald.

Bagaimana tidak, selama Tera menjaga Nora, Sebastian selalu sibuk dan tak memiliki waktu untuk Nora, pria itu hanya menggendong dan memeluk anak gadisnya pada saat menangis dan merajuk saja, selebihnya Nora akan menghabiskan banyak waktu dengan Tera dan Sofia. Namun sejak melihat betapa indahnya moment santai di kota Grindelwald tersebut, Tera pun membiasakan Sebastian untuk menghabiskan waktu bersama Nora tidak hanya pada saat menangis, namun juga saat Nora bahagia.

"Itu Nola… sama Daddy…" jawab Nora sambil tersedu sedan.

Tangan anak itu terulur meraih potret kesukaannya yang terpajang di ruang istirahat, mata basahnya memandang gambar dimana dirinya tersenyum begitu lebar sambil menatap kamera, Daddy nya yang selalu berwajah galak pun ikut tersenyum manis ke arah kamera.

"Lihat bentuk mata Daddy…" gumam Tera.

Nora pun membelai bentuk mata sang Daddy yang tajam.

"Mata Daddy?"

Tera yang sedang terpaku sejenak pun akhirnya tersadar dan menoleh pada Nora. Pada saat itu pula Tera menyadari jika Nora sudah berbalik menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

Rupanya Tera sempat terpesona selama beberapa detik yang terasa lama saat melihat cekungan mata Sebastian yang sangat tegas, alis tebal yang sangar, bola mata hitam legam, hidung mancung yang proporsional, garis tulang pipi yang tinggi dan rahang tegas yang berbulu tipis hingga membuatnya tampak maskulin. Boleh jadi namanya Sebastian Lim, namun darah batak terasa kental di wajahnya. Darah keluarga Sihombing mengalir deras dari ujung kaki hingga kepala. Hanya kemampuan bisnis, bibir merah muda dan bentuk mata sipit yang diturunkan keluarga Lim kepada Sebastian.

Di mata Tera, Sebastian adalah cowok bermata sipit, namun memiliki perpaduan wajah yang unik. Tera si pecinta sinema Indonesia itu pun terkadang menyamakan Sebastian dengan aktor tampan kesukaannya yaitu Rio Dewanto, atau saat sedang kelewat halu oleh oppa Korea, Terapun membandingkan Sebastian dengan Gong Yoo si pemeran Goblin. Ya, pokoknya Siapapun pria tampan bermata sipit akan selalu Tera banding-bandingkan dengan Sebastian.

"Mata Daddy sama seperti Nora, kan? Tuh, bentuknya sama. Hitam pula bola matanya. Alisnya pun sama…" jelas Tera, "Bibirnya sama, rambutnya sama… Jadi tidak mungkin kalau Nora bukan anak Daddy, Nora sangat mirip dengan Daddy."

"Kenapa hidung Nola tidak sama dengan Daddy? Icak bilang hidung Nola small, tidak seperti Daddy yang high?!"

"Pasti Isaac belum pernah bertemu Oma Nora, kan? Hidung Nora sama seperti hidung Oma, Small dan lancip. Hidung yang cantik…"

Nora memegang hidung yang baru saja mendapat pujian itu, ia memencetnya games, "Hidung Nola sama seperti Oma?"

Tera mengangguk sambil tersenyum setuju.

"Uhm…"

"Kenapa sayang? Jangan ragu, tanya saja sama Tera…"

"Uhm, kalau Mommy hidungnya seperti Nola tidak?"

Tera tersedak oleh ludahnya sendiri, ia pun menggaruk-garuk pipinya yang tiba-tiba gatal, "Uhm, sama tidak ya… nanti kita tanya ke Daddy, ya?"

"Auntie, tidak tahu Mommy Nola? Kak Sofia pun tidak tahu Mommy Nola. Jadi Nola tidak punya Mommy?" Nora kembali menangis.

"Ust.. yang tahu Mommy Nora adalah Daddy dan Oma, nanti kita tanya sama mereka, ya?"

Nora bersedekap sambil membuang muka, "Tidak mau!!"

"Kenapa tidak mau?"

"Sebal!"

Nora kembali menutup mulut sambil menyembunyikan wajah di dada Tera.

"Mereka tidak mau kasih tahu Nora?"

Anak cantik itu mengangguk dalam tangisnya.

"Nanti kita cari tahu sama-sama, ya?"

"Janji?"

"Janji!"

Tera pun tak bisa berbuat banyak selain menenangkan Nora di dalam pelukan hingga lama kelamaan nafas Nora berubah teratur, tubuhnya lemas dan suasana menjadi tenang.

Tera menunduk, menarik dagu Nora yang benar-benar terlelap setelah capek menangis.

Nora akan beranjak lima tahun sebentar lagi, dan dia akan memasuki TK. Tak terasa sudah hampir dua tahun Tera menemani keseharian Nora dan Sebastian, Tera merasa dua tahun adalah waktu yang cukup baginya untuk menemani Nora sampai cukup besar dan lebih mengerti bagaimana kondisi ayahnya. Namun ternyata lima tahun adalah usia yang sangat muda bagi Nora untuk mengerti segalanya. Nona Lim masih terlalu kanak-kanak untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan hidupnya.

Hanya saja Tera yakin, cepat atau lambat. Nora akan segera memberontak kepada Oma dan Daddy nya jika saja tidak mendapat jawaban mengenai Mommy nya. Apalagi Nora akan segera masuk Taman Kanak-Kanak dan bertemu dengan teman baru yang akan mempertanyakan keberadaan Mommy nya - sama seperti yang dilakukan oleh Isaac.

Lamunan Tera terganggu saat pintu terbuka dan Sebastian Lim muncul dari baliknya. Pria itu bersedekap, matanya tertuju pada Nora yang tertidur lelap.

"Tidur?"

Tera mengangguk sambil mengangkat Nora dengan kedua tangannya dan menempatkan anak itu di tengah kasur.

Saat sedang sibuk merapikan wajah Nora yang setengah basah, tiba-tiba saja kasur melesak ke dalam dan Tera merasakan dorongan pada kedua pundaknya. Tera pun terdorong mundur, lalu terpaku melihat apa yang Sebastian lakukan di bawah sana.

"A - Apa yang Anda lakukan, Boss!?"

***