webnovel

Blur Happiness

Bahagia adalah setiap hak yang diimpikan oleh Individu. Setiap Kehidupan berhak memimpikan yang namanya Bahagia. Ananta, seorang gadis yang tumbuh tanpa pernah memikirkan Kebahagiaannya sendiri. Ia hanya berharap semua Orang Berbahagia meski dia tidak. Hingga satu saat ia bertemu dengan Pria bernama Metana yang mencintai Kebebasan. Saat itu Ananta ingin tahu Apa Kebahagiaan milik Metana. ... Pertemuan dua manusia yang tidak pernah menciptakan Bahagia untuk diri mereka sendiri. Yang satu hanya terus hidup dan Yang satu hanya berharap Kematian. ...

Metana_rin · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

04 - Bekas Luka

10. Metana menatap rintik hujan yang turun mendadak di hari siang. Ia menyentuh tetesnya lalu menatap lama pada tangan kirinya.

Hanya terdapat bekas sayatan, tidak sakit karena hanyalah sebuah Bekas Luka.

Namun, menatapnya kali ini ia kembali mengingat ucapan dari Nata. Metana tidak lagi ingat perihal Luka, namun ucapan Nata membuka lagi sakit yang ingin dia rasakan.

Membicarakan tentang Ananta, selalu sukses membuat Meta terseret ke dalam lubang ingatan, saat melihat Ananta, lelaki muda itu merasa melihat dirinya sendiri yang penuh bekas luka dan Lebam membiru, dirinya di masa lalu yang ingin Meta lupakan.

.

Sejak hari itu, Meta menghindari Nata, dan Nata seperti biasa tidak pernah memperdulikan hal semacam itu.

Ia tidak perduli pada Metana, Nata tidak tertarik perihal kehidupan lelaki yang jadi teman sekelasnya.

Saat Pelajaran Olahraga, Meta dan anak. lelaki lain bermain Basket.

Anak gadis lain beristirahat di pinggiran, ada yang heboh mendukung, sedang lainnya sibuk bergosip.

Bila menyodorkan sebotol air dingin untuk Nata lalu duduk disisi gadis tersebut.

"Terimakasih." ucap Nata seperti biasa.

Gadis itu selalu terbiasa atas kata maaf atau terimakasih, bahkan jika di kalangan pertemanan tidak perlu saling meminta maaf atau berterimakasih, semuanya atas dasar pertemanan yang saling memberi ganti.

Namun, gadis itu memang seperti itu.

"Aku semakin suka melihat Metana." ucap Bila lalu berfokus pada Meta seorang.

Nata melirik Bila yang pipinya bersemu merah dengan senyum manisnya.

Nata pun beralih menatap titik fokusnya Nabila.

Melihat Meta, membuat Nata menatap pada tangan kiri Metana.

'Seberapa sakit saat menyayat lenganmu sendiri? sampai berbekas. Lalu bagaimana bekasnya? Apa masih sakit?' pikiran Ananta dipenuhi dengan Metana dan Bekas Lukanya.

Seberapa keras Ananta menolak, ia pada akhirnya memikirkan Metana dan lukanya.

Metana berhasil mencetak Skor, ia tersenyum lalu pandangnya bertemu milik Nata.

'Apakah masih terasa sakit?'

...

11. "Ini jadi sebuah kebiasaanmu datang kesini sekarang." komentar Meta saat baru sampai di Rooftoop. Ada Nata yang sibuk membaca.

Nata tidak mengatakan apapun sedangkan Meta duduk di sisinya.

Meta melirik sampul Buku yang dibaca Nata.

"Seleramu adalah Novel Roman Picisan." Komentar Metana.

Nata menutup bukunya lalu mengeluarkan saputangan dari tasnya.

Saputangan bermotif Volkadot berwarna Coklat.

"Mana tangan kirimu." ucap Nata pada Meta.

"Untuk apa?" tanya Meta tidak suka, namun Nata malah mengabaikan pertanyaan Meta dan menarik tangan kiri Metana.

Meta tidak tahu apa yang akan dilakukan gadis dihadapannya.

Nata memperhatikan Bekas sayatan milik Meta lalu membalutnya dengan saputangan miliknya.

"Aku tidak ingin perduli atas bekas luka ini, tapi melihatmu aku akan terus memikirkan bekas ini. Jadi aku ingin menutupi bekas luka ini dengan saputanganku." Nata menatap pada Meta yang fokus memandang bekas lukanya yang kini terbalut.

"Apa seperti ini caramu merawat luka orang lain?" tanya Metana masih dengan fokus yang sama.

"Aku tidak tahu, ternyata rasanya seperti Alkohol yang dibuat untuk membersihkan luka. Ini perih." ucap Metana berbicara sendiri.

Selama ini tidak ada yang bertanya tentang bekas lukanya, hanya sekedar melihat tapi seolah tidak pernah tahu.

Dan ini untuk pertama kalinya ada yang tidak ingin perduli tapi malah memikirkan bagaimana sakitnya.

Nata melepaskan tangan Meta lalu segera beranjak pergi meninggalkan Metana yang terpaku pada saputangan milik Nata.

Ia mencium saputangan yang membalut bekas lukanya.

Meta menyukai cara Ananta.

Cara yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali bahwa Nata membalut lukanya.

Dulu, Meta tidak tahu mengapa Nata begitu populer, ramah, murah senyum, sopan dan juga pintar. Wajahnya yang cantik dengan rambutnya yang berwarna coklat kemerahan karena terbakar matahari, mata yang lebar dan hidung sedikit mancung. Gadis itu cantik dengan apa yang dia miliki.

Metana suka saat melihat gadis itu, meski Nata tidak tahu betapa populernya dia.

Meski Ananta tidak pernah tahu Metana selalu memperhatikannya.

'Cantik dan dingin.' paduan yang mungkin tidak pernah orang lain lihat, namun pada Metana, Nata terlihat dingin bahkan jauh.

Itulah yang membuat Meta sedikit Frustasi mencari cara agar dilihat Ananta.

Metana telah terobsesi pada Ananta sejak kali pertama Meta melihatnya.

...

12. "Apa yang membuat Moodmu akhir-akhir ini membaik?" tanya Langit saat makan siang bersama Meta.

"Tidak ada." ucap Meta.

Tangan kirinya masih terbalut saputangan milik Ananta.

Ia akan melepas dan mencucinya saat di Rumah lalu memakainya ketika sekolah.

"Apakah ini Trend?" tanya Langit saat melihat Saputangan tersebut.

"Bukan, ini adalah obat." ucap Metana yang membuat Langit tidak paham.

"Woah penuh sekali, dimana kita akan duduk?" tanya Sia pada Nata dan Bila.

"Entahlah rasanya ingin kubawa ke kelas jika saja tidak jauh." keluh Ananta sebal.

"Itu ada yang kosong, kita kesana saja." ucap Bila menunjuk meja milik Metana dan Langit, memang meja untuk 6 orang itu hanya diisi oleh Meta dan Langit.

Sia menatap horor pada Bila mengetahui ada siapa disana.

Namun akhirnya Sia mengikuti Bila dan Nata hanya mengekor di belakang.

"Permisi, bolehkah kita duduk disini?" tanya Bila dengan berani.

Langit dan Meta mendongak lalu mempersilahkan.

Bila duduk berhadapan dengan Meta, dan Sia duduk tanpa siapapun di hadapannya sedangkan Nata akhirnya duduk di hadapan Langit.

"Ooh apakah ini Nabila si gadis baru di kelas Metana?" tanya Langit sembari memperkenalkan diri pada Bila.

"Iyah, salam kenal Langit." ucap Bila ramah.

Bila berusaha mengajak Meta berbicara namun akhirnya ia benar-benar diabaikan oleh Meta. Sia hanya berbisik pada Nata tentang betapa beraninya Nabila mengajak Meta berbicara.

Bila cukup gigih dalam mencari perhatian Metana.

"Aku sudah selesai, aku harus kembali lebih dulu, siang ini aku ada Tugas membersihkan Buku di Perpustakaan membantu Kayana." ucap Nata lalu meninggalkan meja.

Sia mengajak Bila kembali dan pamit pada Meta dan Langit.

"Gadis itu sangat menyukaimu." ucap Langit tentang Bila.

Bila menunjukkan dengan terang-terangan tentang rasa sukanya pada Metana.

"Tapi aku tidak tertarik padanya, dia untukmu saja." ucap Metana masabodoh.

"Yah kau pikir apaan dia main kau kasih ke aku, lagipula catat yah, Langit Nathanael sudah punya kekasih." ucap Langit yang baru Meta tahu.

"Kau benar-benar sudah punya kekasih?" tanya Metana tidak percaya, selama berteman 1,5 tahun, Langit tidak pernah bercerita sudah punya kekasih.

"Sudah dong, kita pacaran hampir setahun." ucap Langit bangga.

"Woah aku penasaran siapa gadis yang mau dengan siswa pemalas sepertimu." candaan dengan nada ejekan dari Meta membuat Langit tertawa.

"Pasti ada satu yang seperti itu." ucap Langit berbangga bahwa ada gadis yang mau dengannya apa adanya.

"Kau beruntung diterima dan dicintai apa adanya, semoga gadis itu tidak menyesal." ucap Metana memuji bahwa Langit sungguhan beruntung memiliki kekasih.

Memang setiap ucapan Metana terkadang seperti ejekan, namun sungguhan ia tidak pernah bermaksud mengejek.

Langit tersenyum mendengar ucapan Metana.

...

Tbc

.