webnovel

Blur Happiness

Bahagia adalah setiap hak yang diimpikan oleh Individu. Setiap Kehidupan berhak memimpikan yang namanya Bahagia. Ananta, seorang gadis yang tumbuh tanpa pernah memikirkan Kebahagiaannya sendiri. Ia hanya berharap semua Orang Berbahagia meski dia tidak. Hingga satu saat ia bertemu dengan Pria bernama Metana yang mencintai Kebebasan. Saat itu Ananta ingin tahu Apa Kebahagiaan milik Metana. ... Pertemuan dua manusia yang tidak pernah menciptakan Bahagia untuk diri mereka sendiri. Yang satu hanya terus hidup dan Yang satu hanya berharap Kematian. ...

Metana_rin · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

01 - Ananta

1. Apa yang selama ini Nanta pikirkan tentang Bahagia?

Hanya hidup sebagai diri sendiri dan membuat hidupnya berguna untuk Orang lain yang ada dalam hidupnya.

Hingga suatu ketika, ia kembali mempertanyakan Konsep Hidup yang selama ini ia jalani.

Nata pikir saat ia menuruti keinginan orang lain, maka disaat itulah ia menciptakan kebahagiaan bagi orang lain. Atau saat ia membuat orang lain tertawa, disaat itulah ia membuat Orang lain Bahagia.

Nata akan tertawa saat orang yang ia hibur tertawa, ia akan menangis jika seseorang bercerita kesedihan yang orang lain alami. Nata pikir dengan ia menuruti keinginan orang lain yang mengatur hidupnya, maka ia sedang menciptakan kebahagiaan.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan Pria bernama Metana Bilu, nama yang sangat aneh di pikir Nata, tidak menyadari namanya pun sama anehnya, gadis itu bernama Ananta Riandra.

"Kamu pikir dengan membuat Orang lain bahagia, itu artinya kamu berguna?" suatu kalimat kejam yang keluar dari mulut Meta pada Nata.

"Apa yang kamu maksud? tiba-tiba bicara aneh." ucap Nata berusaha tidak meladeni ucapan Meta.

"Aku muak melihat kepura-puraanmu, gadis Naif." ucap Metana yang kemudian justru menatap Nata tepat di matanya.

Selama setengah Tahun berjalan mereka satu kelas, ini pertama kalinya Meta mengajaknya berbicara.

Nata tidak bisa mengikuti Upacara jadi ia hanya tinggal di Kelas, sedangkan Metana telat dan masuk dari Belakang Sekolah memanjat tembok lalu berjalan ke kelasnya.

Tidak menyangka sama sekali Meta akan berduaan dengan Nata.

"Aku tidak tahu apa yang salah, selama ini aku bahkan tidak pernah menganggumu maupun berbicara denganmu, jadi kenapa kamu membenciku?" tanya Nata dengan berani. Ia tidak tahu alasan dituduh begitu. Naif? bahkan Nata tidak paham dengan maksud kata dari Meta.

"Aku tidak membencimu Ananta." ucap Meta sambil tertawa.

Entah apa yang ditertawakan Meta dari Nata, entah wajah merah Nata atau malah kebodohan Nata memahami maksud dari Meta.

Nata tidak menggubris ucapan Meta lalu fokus kembali pada bacaannya.

"Justru kenapa kamu yang membenciku?" tanya Meta lirih.

Ananta refleks menatap Metana yang berdiri dan meninggalkannya.

Nata tidak tahu apa ia salah dengar?

Nata melihat punggung Meta melewati Pintu, dan ia masih terpaku.

Otaknya yang tidak memahami maksud Meta membuat ia mulai berpikir cukup keras mengingat pernahkah ia menyinggung Meta di suatu waktu?

Ananta memegang jantungnyaa yang berdegup kencang, perasaan baru yang aneh masuk ke dalam hatinya.

Tentang Metana.

Ada apa dengan anak Lelaki bernama Metana itu? tanya Nata tidak paham.

.

"Apa Meta tadi masuk kelas?" tanya Rania saat ia duduk di bangku sebelah Nata.

"Hemb hanya menaruh tasnya lalu keluar." ucap Nata tanpa bercerita apapun tentang Meta dan keanehannya.

"Apa ada yang menganggumu?" tanya Rania memperhatikan wajah sahabatnya.

"Tidak ada." ucap Nata berbohong.

Nata memikirkan perkataan Metana.

...

2. Ananta memainkan bolpoinnya, beberapa malam ini ia hanya menganggurkan Buku bacaannya.

Sedangkan tugas, hampir semua sudah ia kerjakan selalu setiap pulang sekolah.

Saat ia mendapat Tugas di siang hari dan dikumpulkan untuk Minggu depan, Ananta akan mengerjakannya malam harinya.

Ananta kini siswa Kelas XI Ipa 2.

"Apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Ananta sambil menatap Bolpoinnya, bermonolog bahwa ia ingin bertanya langsung pada Meta.

Ananta selalu memikirkan apapun itu, bahkan dari hal terkecil pun ia selalu menanyakan itu dalam otaknya. Ia selalu bermonolog atau menuliskannya dalam Diary dan suatu saat ia berharap akan menemukan Jawabannya.

Nata mencari Bukunya yang bersampul Merah, berisi catatan tentang Hariannya.

Nata membuka bagian kosong lalu bersiap untuk menuliskan apa yang ingin ia bagikan tentang perasaan anehnya pada Meta. Namun saat akan menulis, ia kemudian mengurungkannya.

Nata mengambil Buku baru bersampul Merah lainnya, menuliskan nama Metana di Bagian Halaman depan.

'Menurut Metana, aku ini orang yang Naif, dan katanya aku membencinya. Sungguh siapa yang sebenarnya bodoh?

"Kamu pikir dengan membuat Orang lain bahagia, itu artinya kamu berguna?" Metana.

Apa yang sebenarnya Meta ingin tanyakan dan jawabanku? Lalu mengapa dia bilang tidak membenciku jika tiap menatapku selalu ada Tatapan Tajam seperti pisau Es yang terasa dingin?

Apa yang ingin Meta tahu?'

Nata menatap lagi tulisannya lalu meletakkan Bolpoinnya.

Nata membaca ulang, lalu ia meraba dadanya yang terasa sesak, Nata rasanya ingin menangis.

Mengapa mengingat tatapan menyebalkan milik Meta membuat dirinya ingin menangis? Nata menyimpulkan itu adalah Tatap Kebencian. Karena kata-kata tajam milik Meta.

.

Yang pernah Nata tahu, bahwa menatap mata seseorang itu membuat orang yang menatap tahu apa yang dirasakan lainnya. Nata bertanya apa yang ia kini tahu tatapan dari Meta?

Nata tidak bisa menyimpulkannya karena ia tidak bisa memahami Meta.

Atau Nata hanya mengabaikannya?

Yang jelas malam itu Nata hanya menangis tanpa memahami alasannya selain karena memikirkan Metana.

...

3. Saat Nata sedang mendengarkan keluhan Rey, teman sekelas mereka, Meta baru datang dengan membanting tasnya di atas mejanya. Membuat gaduh di pagi hari dengan heboh karena belum mengerjakan Tugas Matematika.

Nata sekilas memperhatikan teman lain mulai bertanya tentang alasan Mood Meta memburuk.

"Dia selalu sepertii itu." keluh Diana yang duduk di belakang Nata dan kesal karena Meta membuatnya terkejut.

Nata tidak tahu, sejak hari itu ia jadi sering memperhatikan mood Metana yang selalu cepat berganti.

Nata tidak mengajaknya bicara sejak hari itu, dan 2 Minggu telah berlalu.

Hubungan mereka hanya sekedar dua orang asing yang berbagi kelas.

Namun, hati Nata selalu jadi sakit melihat Metana bersikap berganti-ganti.

.

"Ini cerita temanku, bagaimana jika seorang teman sekelasnya yang sejak awal mengabaikannya tiba-tiba mengatainya munafik dan muak padanya tanpa ia mengatakan alasannya, menurutmu apa yang diinginkan temannya tadi?" tanya Nata pada Rindu, temannya sejak kecil, mereka tetangga.

Rindu memikirkan jawaban yang cocok untuk situasi dari 'Temannya' Nata.

"Mungkin temannya sangat membenci dirinya dan berpura mengatakam tidak membenci." ucap Rindu sesuai logika.

Dan Nata mempercayai ucapan Rindu.

Meski hatinya menolak terima ucapan dari Rindu namun berpura-pura mengerti.

'Saat kau membenci seseorang, apapun yang dilakukan orang itu terasa sangat menganggu. Bahkan bernafas saja tetap dibenci.' Nata mengingat ucapan Rindu memang bisa jadi Meta benar membenci Nata.

Atau Nata hanya ingin mempercayainya, ia mendoktrin otak serta hatinya agar tidak menanyakan lagi atau sekedar terganggu dengan tingkah Meta.

Nata tidak ingin diganggu oleh hal sekecil itu.

...

Meski akhirnya terlambat, Nata akan mulai terus bertanya tentang Metana.

Ada apa dengan Metana?

Ananta mulai mencari Jawabannya meski ia tahu cukup sulit untuk memahami Metana Bilu.