webnovel

Blood Sweat And Tears

Kau tidak akan pernah bisa memilih di keluarga mana engkau di lahirkan, di negara mana engkau tinggal dan warna kulit apa yang kau miliki. Masa muda semua remaja di jalani dengan cara yang berbeda-beda,mungkin sebagian besar menghabiskan nya dengan berpergian keliling dunia dan membuat hal-hal indah nan Romantis bersama pasangan. Namun bagaimana dengan kami yang harus di paksa untuk dewasa dan bekerja keras dengan keadaan ?

Lyan_Juliani_M · Teen
Not enough ratings
19 Chs

Mengapa Keadaan Harus Menuntut Seseorang Untuk Dewasa di Usia Belia ?

Hujan turun begitu lebatnya di malam hari yang begitu sunyi ini, terlihat Diana tengah merapikan pakaiannya serta barang-barang yang lain yang akan ia bawa esok hari. Besok, Diana akan pergi berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta Selatan. Ia sebelumnya sudah mengikuti ujian tingkat nasional pada universitas negeri di daerah Bandung dan Yogyakarta, namun karena jurusan yang ia ambil merupakan jurusan yang memiliki kapasitas yang sedikit dan terbatas, maka ia pun tidak lolos ujian tersebut. Masih tidak habis di pikir jika Diana tetap teguh pada pendirian nya, sejak awal menduduki kelas 2 SMP, ia pernah berkata pada sahabat dekatnya Melinda jika suatu saat nanti ia akan pergi ke Bandung atau Jakarta untuk melanjutkan pendidikan bersama dengannya. Namun setelah waktunya akan tiba, Melinda memilih tetap melanjutkan pendidikan di kampung, karena tidak jauh dari rumahnya ada sebuah universitas negeri yang hanya menyebrangi perbatasan kabupaten. Sejak dulu Diana sudah berjanji pada dirinya sendiri jika ia harus bisa keluar dari lingkungan ini untuk bisa merubah kehidupannya menjadi sedikit lebih baik. Siapa sangka tinggal di dalam lingkungan keluarga besar sangat lah enak, entah mungkin ini terjadi pada semua orang atau hanya keluarga Diana saja, di mana semua anggota keluarga akan terlihat kompak di luaran sana namun saling melemparkan sebuah pisau di dalam. Keluarga Diana memang tinggal pada tanah keluarga dari ayah Diana, di mana tanah tersebut adalah warisan milik Ibu dari ayah Diana yang di berikan kepada ayah Diana. Pada tanah tersebut sebagian besar adalah milik dari adik-adiknya nenek Diana, jadi dengan begitu mereka memberika jatah tanah di bagian belakang di mana di sana terdapat tempat pembuangan sampah dan pemakaman keluarga. Ada saatnya di mana dulu keluarga Diana sangat di kucilkan dan tidak di anggap oleh keluarga besar yang lainnya, Bisa di katakan sejak kecil kehidupan Diana sudah mendapatkan sebuah background yang gelap dari keluarganya.

Diana Nampak sudah membereskan semua barang-barang yang akan ia bawa besok ke tempat kost, ia pun merebahkan badannya di kasurnya sambil memainkan handphone untuk sekedar melihat waktu atau pun menghilangkan rasa bosannya. sampai suatu ketika Diana malah membuka dan melihat kembali history chatting dan membuka pesan lama dirinya bersama dengan Fahri, mantan kakak kelasnya saat SMP dulu. Cinta pertamanya yang bahkan hanya sebatas suka sebelah pihak. Kenangan di antara Diana dan Fahri mungkin tidak berjalan indah layaknya yang lain, Diana menyukai Fahri dan Fahri mengetahui hal tersebut, namun ia memilih untuk tidak menjawab apapun untuk Diana. Kenangan yang pernah terjalin di antara keduanya pun terbilang cukup singkat, mereka hanya pernah pergi bersama satu kali dan itu pun hanya menghabiskan waktu empat jam.

Kini, Fahri sudah memiliki pacar yang sudah cukup lama ia pacari setelah pertengkarannya dengan Melinda yang tidak bisa menerima jika Fahri tidak bisa menghargai perasaan Diana, dan hal itu sudah lama terjadi. Ingin rasanya Diana mengirim pesan pada Fahri walau pun hanya sekedar berpamitan, namun hatinya ragu untuk melakukan hal itu karena biar bagaimana pun Fahri akan tetap salah paham pada apa yang di lakukan oleh Diana, ia akan menganggap jika Diana hanya terus menerus mengharapkan dirinya. Hal itu pun berlangsung seperti sebuah berdebatan panjang diantara Diana dan dirinya sendiri, sampai akhirnya ia pun tertidur dan terlelap di dalam lelahnya.

Malam berlalu dengan begitu cepat, dan pagi datang dengan sangat cepat tanpa memberikan sebuah tanda ke dalam mimpi. sebuah mobil berwarna merah pudar terlihat parkir di dekat rumah Diana, mobil tersebut adalah mobil sewaan yang di berikan oleh saudara Diana yang akan di gunakan untuk mengantarkanya ke ibu kota.

" ibu aku harus berpamitan enggak sama mereka ?" Tanya Diana pada ibunya.

" pamitan saja, nanti kalau enggak berpamitan di bilang bagaimana, biar bagaimana mereka adalah keluarga yang paling tua " jawab ibu yang bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

Dalam hati Diana rasanya tidak ingin bersalaman pada paman ayahnya serta keluarga yang lain, dirinya masih mengingat apa yang terjadi saat hari raya lebaran saat itu mereka tengah asik berfoto-foto dan tiba-tiba menjauh hanya karena Diana dan keluarganya datang.

Dengan berat hati ia pun berpamitan kepada keluarga besarnya dan segera pergi berangkat menuju ibu kota, kota metropolitan di mana selalu ada kata slogan " Jakarta keras " di dalamnya.

" aku enggak akan kembali sebelum bisa di banggain sama orang tuaku " janji Diana di dalam hatinya.

Ia pun menoleh ke arah jendela, melihat kendaraan lain berlalu lalang di jalanan, walau sedikit berat pergi meninggalkan kedua orang tuanya tapi Diana yakin itu adalah hal yang terbaik yang harus ia lakukan. Segala sesuatu yang sudah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari hanya tinggal ia jalankan dengan baik, termasuk alasan besar dirinya pergi menjauhi kampung halamannya untuk pergi menjauh dari Fahri dan melupakan semua hal tentang dirinya. Mencoba mengikhlaskannya menjalin kasih dengan yang lain, dan yang perlu ia lakukan hanya pergi jauh, melupakan dan menata kehidupannya dengan baik karena di satu sisi ada dua orang yang sangat menaruh harapan pada dirinya, yaitu Ibu dan ayah.

" nanti kalau di sana kamu jangan bandel, jangan sampai salah gaul, Harus bener-bener rajin sama serius belajarnya, kita itu orang enggak punya, hidup kita saja selalu di pandang sebelah mata sama keluarga ayah kamu, jadi buktiin kalau kamu bisa sukses dan Jaga diri nanti kalau cari kerjaan, apapun kerjaannya jalanin saja yang penting halal, Kasihan ayah kamu harus biayai kakak kamu juga. " sahut ibu. yang menasehati Diana.

Diana pun terdiam, ia mengerti apa yang di katakan ibunya. Ayah sudah bekerja keras saat usianya masih muda dan menjadi tulang punggung keluarganya sendiri dan bahkan di usianya saat ini yang sudah akan pensiun, bahkan penghasilan warung yang ibu kelola pun hanya cukup untuk makan sehari –hari saja. Terkadang ayah juga sering bertengkar dengan ibu hanya Karena masalah ekonomi dan hal-hal yang kecil, Memikirkannya saja Diana serasa ingin menangis, mengingat bagaimana masa kecilnya yang jauh dari mainan anak-anak yang bagus dan terbuat dari bahan-bahan tertentu.

Ayah selalu membuatkan mainan dari kayu untuk Diana dan kakaknya bermain, bahkan jika membeli mainan bagus pun harus berbagi dengan sang kakak yang saat itu memang tidak jauh jarak umur antara dirinya dan Diana.

Tidak berapa lama, mereka pun sampai di sebuah kost an yang berada di salah satu kompleks yang terletak tidak jauh dari jalan besar, namun jarak antara kost dan universitas cukup jauh. Diana menemukan kost tersebut karena ajakan dari salah satu temannya yang ia temui saat tes universitas, kost tersebut memang terlihat cukup bagus dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Jika saja ia bisa menemukan kost an yang harganya terjangkau dengan cepat ia tidak akan mau tinggal di dalam kost yang bagus seperti ini, apalagi harus tinggal dengan orang yang bahkan berbeda kharakter dengan dirinya.

Barang – barang pun di rapikan dan Diana pun segera memasukkan pakaiannya kedalam lemari, saat itu teman sekamarnya belum tiba di sana, ia akan datang ke kost nanti malam agar suasana jalanan tidak terlalu macet. Di dalam kamar terlihat fasilitas yang cukup lengkap seperti TV, Ac, dan kamar mandi di dalam ruangan. Tempat tidurnya pun jenis tempat tidur dua susun di mana cocok untuk ia tempati dengan teman sekamarnya tersebut.

" sudah ya, jaga diri baik-baik, jangan bandel " sahut Ibu sambil membereskan sisa sisa tempat makan yang sudah kosong.

Rasanya Diana tidak ingin berpisah dengan mereka dengan cepat, Diana hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah mobil yang membawanya ke Jakarta tadi. Setelah mobil tersebut tidak terlihat lagi, Diana pun masuk ke dalam kamarnya dan membereskan pakaiannya dan barang-barangnya yang lain. Dengan sangat baik ia menjalankan apa yang di pesan kan oleh ibunya untuk tetap memperkuat imannya dan menjaga dirinya, terasa sangat sunyi setelah semuanya pergi meninggalkan dirinya disini. Kini tinggal Diana sendiri yang berada di ibu kota, menjalankan semua yang sudah ia susun dan bertahan hidup di dalam kerasnya kota metropolitan tersebut demi orang-orang yang sangat mengharapkan dirinya, mengharumkan nama keluarga dan dengan begitu orang-orang tidak akan mengucilkan keluarganya lagi.