webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Vampire's Promise

"Sudah kubilang, aku belum menikah!" Jimin balas membentak.

Mendapat bentakan seperti itu, Soojung menghela napas sejenak, berusaha meredam amarahnya yang sudah mencapai ubun-ubun. Ia baru menyadari suasana restoran yang awalnya ramai kini terasa sepi. Mata bulatnya berlari ke sana kemari dan mendapati bahwa semua orang sedang memperhatikan dia dan Jimin, seolah melihat drama gratis di depan mata. "Bacalah surat itu terlebih dahulu!" perintahnya sambil mengedikkan dagu pada surat di tangan Jimin. "Mungkin kau bisa tahu dari tulisannya," imbuhnya.

Jimin membuka surat tersebut, dengan kedua temannya yang ikut memperhatikan. Saat melihat kertas surat yang bebercak darah, ketiganya langsung terbelalak. Apalagi dengan tulisan tangannya yang sangat berantakan.

"Darah?" gumam si lelaki bergigi kelinci sambil mengusap bagian surat yang terdapat darah kering.

"Astaga tulisannya jelek sekali!" seru lelaki kelewat tampan yang bersurai abu-abu.

"Kau tidak mungkin memiliki istri yang tulisannya sejelek ini, bukan?" sambung pria bergigi kelinci.

Namun Jimin hanya terus membaca, tidak memedulikan ocehan kedua temannya. Setelah selesai, dia menatap gadis yang beberapa saat lalu telah menamparnya. "Aku tidak kenal siapa pun yang menulis seperti ini. Seperti tulisan seseorang yang baru belajar menulis hangul," katanya dengan dahi berkerut.

Soojung sontak mendengus. "Tidak kenal?" ulangnya dengan nada meremehkan. "Tentu saja itu tulisan anakmu yang baru belajar menulis. Dan kau bilang tidak kenal?" sindirnya.

Mendengar nada seperti itu, sukses membuat Jimin naik pitam. "Aku belum menikah! Jadi mana mungkin aku memiliki anak! Kalau kau tidak percaya," ia mengeluarkan dompetnya. "Aku masih lajang!" lanjutnya sambil memberikan kartu identitasnya sebagai bukti agar gadis di hadapannya ini percaya.

Soojung mengamati kartu identitas tersebut tanpa minat. Namun mata bulatnya semakin membulat saat melihat status Jimin. Benar. Park Jimin memang masih lajang. Gadis itu pun menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya dia masih tidak percaya, tapi kartu identitas Jimin sudah membuktikan statusnya. "Bisa saja kekasihmu mengaku sebagai istrimu," sangkalnya dengan suara lirih. Seperti tidak yakin dengan kata-katanya sendiri.

Jimin menghela napas kesal sambil memijit pelipisnya. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya meyakinkan gadis cantik ini. "Demi semua mawar! Aku benar-benar tidak memiliki seorang pun wanita! Aku bahkan tidak pernah sekali pun memiliki kekasih!" ucap Jimin.

Ia tahu bahwa ia sangat tampan. Namun selama hidupnya yang panjang ini, ia sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan romansa. Meskipun ada banyak sekali manusia ataupun vampir cantik yang mendekatinya, Jimin tetap tidak pernah merespon mereka. Menurutnya, hal seperti itu sangat tidak berguna, dan hanya akan membuang-buang waktunya.

Lagi pula ia tidak mau terpuruk dalam kesedihan seperti orang-orang yang telah menjadi budak cinta. Baginya, mereka sangatlah bodoh dan menyedihkan. Kenapa tidak bersenang-senang saja, menikmati indahnya dunia? Karena ia yakin, ada banyak hal yang lebih seru daripada hubungan cinta. Bermain-main dengan mangsanya, misalnya.

"Benar! Aku sudah bersamanya sejak kecil. Dia memang tidak pernah dekat dengan wanita mana pun," dukung lelaki kelinci.

"Sepertinya dia alergi wanita," sahut si pria berambut abu-abu.

Soojung menatap ketiga pria tampan pemilik restoran tersebut dengan sebal. Namun kemudian ia berpikir, bahwa mungkin saja Park Jimin ini tidak berbohong, mengingat bagaimana kerasnya ia berusaha meyakinkan. "Baiklah, anggap saja aku percaya," ujarnya mengalah. "Tetapi, jika ada hal buruk yang terjadi pada hidupku setelah ini, itu semua sepenuhnya adalah salahmu! Dan kau harus bertanggung jawab karenanya!" ancamnya.

"Apa?" Jimin terkejut. "Kenapa aku yang-" perkataannya terhenti saat gadis yang ia ajak bicara malah membalikkan badan, sama sekali tidak menanggapinya lebih lanjut. Baek Soojung mulai melangkah pergi meninggalkan restoran, diikuti Inbi di belakangnya.

"Yaaa! Aku belum selesai bicara!" seru Jimin yang masih tidak terima. Namun Soojung terus saja berjalan tanpa sekali pun menoleh. Jimin langsung mengusak surai hitamnya dengan frustasi. Moodnya hancur hanya dalam hitungan menit.

🌹 Black Rose 🌹

"Hyung!" sapa Jungkook, yang lebih akrab dipanggil 'Kookie'. Namun yang disapa hanya menggumam tidak jelas. Sepertinya apa yang dipikirkannya lebih penting hingga hanya sempat memberikan gumaman. "Apa kau masih memikirkan surat itu, Hyung?" tanya lelaki yang lebih muda sambil duduk di samping Jimin.

Jimin yang sedang memandangi jalanan lewat jendela full kaca restoran, hanya mengangguk samar. Sejak tadi, itulah yang terus mengganggunya. "Apa kau mengenal gadis model tadi, Kookie?" tanyanya tanpa menatap Jungkook.

"Tidak, tapi aku sering melihat temannya. Mungkin mereka tinggal di sekitar sini?" jawab yang lebih muda disertai kedikan bahu.

Jimin mengangguk. Kemudian ia berteriak pada Taehyung yang masih berkutat di dapur restoran, "Tae, apa kau kenal gadis tadi?" Ia pikir, temannya tersebut pasti lebih tahu karena dia sudah tinggal di sini sejak kecil.

Taehyung pun muncul membawa segelas cappuccino. "Siapa? Gadis yang menamparmu?" ejeknya sambil tertawa.

Jimin pun memutar kelereng matanya dengan sebal," Jawab saja!" Namun temannya yang bermarga Kim itu malah terkekeh geli dan menggumamkan maaf yang terdengar tidak tulus.

Taehyung berjalan menghampiri kedua temannya sambil mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan. "Namanya Baek Soojung. Dia pindah ke sini setahun yang lalu dan memiliki toko bunga sekitar lima rumah dari sini," jelas Taehyung sambil duduk di samping lain Jimin. Membuat lelaki Park itu diapit oleh kedua teman dekatnya.

"Baek Soojung," ulang Jimin, seolah mematrikan nama tersebut dalam ingatannya. "Apa kau mengenalnya?" lanjutnya sambil menatap Taehyung.

"Tidak," jawab pria bersurai abu setelah menyeruput cappuccinonya. "Sepertinya dia tidak pernah keluar rumah. Mungkin sibuk dengan tokonya."

Jimin kembali menatap surat jelek di tangannya, "Dan sibuk dengan karirnya sebagai model."

Jungkook tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada surat. "Kupikir itu benar-benar darah," ucapnya sambil mengerutkan hidung.

Jimin mengangguk setuju, "Darah manusia."

Jungkook pun menghirup aroma surat dalam-dalam, "Aku akan mengingat aromanya."

"Apa kau pikir akan menemukan pengirimnya hanya dari aroma darahnya?" sindir Taehyung. "Bukankah semua darah beraroma sama?"

Jimin diam-diam memutar iris matanya. Sama jika kau yang membauinya, batinnya.

Yang paling muda langsung menggigit bibir saat mendengar kata hati hyung vampirnya. Dan kedua vampir yang terbilang muda itu hanya diam, membiarkan pertanyaan Taehyung menggantung di antara ketiganya.

"Apa kau akan menemuinya, Hyung?" tanya Jungkook, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya harus. Aku penasaran, kenapa gadis seperti dia yang tidak mengenalku sama sekali, mendapat surat seaneh ini," jawab Jimin sambil kembali mengamati surat. Seolah bisa menemukan siapa pengirimnya dari tulisan cakar ayam di sana.

"Mungkin dia sendiri yang menulis surat itu, agar bisa menemuimu," tebak Taehyung yang kembali terkekeh sendiri.

"Menurutku tidak mungkin. Kau juga lihat, bukan? Gadis tadi terlihat sangat kesal pada Jimin Hyung," Jungkook menyuarakan pikirannya.

"Jadi siapa yang mengirim surat ancaman jelek ini?" Jimin memijat pelipisnya, merasa semakin stres. "Suatu saat nanti, jika aku menemukan siapa yang mengirimnya, aku berjanji akan menghisap darahnya sampai tubuhnya kering," lanjutnya dengan marah. Ia sungguh merasa dipermainkan dengan kata-kata dalam surat yang mengatakan tentang istri dan anaknya.

"Hahaha kau selalu saja bertingkah seperti vampir!" Taehyung memukul bahu Jimin sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aku serius!" bentak Jimin, tidak terima menjadi bahan tertawaan.

Si pemuda bersurai abu-abu masih saja tertawa, "Hahahaha terserah kau saja."

Sementara itu, Jungkook hanya bisa melirik kedua hyungnya sambil kembali menggigit bibirnya dengan cemas. Bagaimana bisa Jimin kelepasan bicara yang jelas-jelas menyangkut jati dirinya? Dalam hati ia berharap semoga Taehyung terlalu bodoh untuk menyadari identitas mereka berdua.

🌹 Black Rose 🌹

Cahaya jingga senja menyorot masuk ke dalam toko bunga yang sebagian besar dindingnya adalah kaca. Gadis pemilik toko bunga baru saja selesai menyirami beberapa tanamannya yang membutuhkan asupan air. Setelah melirik jam dinding sekilas, ia duduk di kursi yang ditempatkan di belakang meja kasir.

Mendengar suara seseorang dengan latar belakang musik dari smartphone Inbi, Soojung merasa tertarik. Ia pun mencondongkan tubuhnya ke arah Inbi yang duduk di sampingnya. Ternyata sahabatnya ini sedang menonton video tutorial make up dengan sangat serius. Memutuskan untuk tidak mengganggu temannya, Soojung mengambil sebuah buku catatan di dalam laci. Kemudian mata bulatnya sibuk mengamati deretan kata dan angka di sana.

Lonceng yang terpasang di atas pintu toko, tiba-tiba berbunyi. "Selamat datang!" sambut Soojung dengan ceria sambil bangkit dan menutup buku catatan penjualannya. Namun saat ia melihat ke arah pintu, wajahnya langsung berubah sebal. "Apa maumu?" tanyanya dengan datar. Nada ramahnya sudah tidak terdeteksi sama sekali.

Inbi awalnya tidak peduli saat mendengar gemerincing lonceng dan sambutan sahabatnya. Namun saat suara ketus Soojung terdengar, ia merasa heran dan memutuskan untuk mendongak dari smartphonenya. "Park Jimin!" pekiknya yang terlihat tidak percaya dengan matanya sendiri. Gadis itu pun segera mematikan video dan menggunakan layar smartphonenya untuk berkaca.

Setelah merapikan rambut dan memastikan tidak ada yang aneh dengan riasannya, Inbi bangkit dari duduknya. "Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya sambil tersenyum ramah. Berbanding terbalik dengan Soojung yang sudah sangat badmood. Jimin pun balas tersenyum ramah hanya pada Inbi. "Oh my God! Senyumnya..." gumam Inbi yang melted sendiri.

Tidak memedulikan Inbi yang mengagumi pesonanya, lelaki berparas rupawan tersebut malah mengalihkan pandangannya pada pemilik toko yang seakan ingin mengusirnya. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu," ucapnya seramah mungkin. Padahal sebenarnya ia sangat kesal melihat gadis bermata bulat yang terlihat sama sekali tidak menghargainya itu.

"Katakan saja!" jawab Soojung dengan malas. Bahkan tanpa menatap lawan bicaranya sama sekali. Ia malah sibuk memperhatikan kuku jarinya yang ia angkat ke depan muka.

"Mari kita berkencan!" ajak Jimin dengan serius, sesuai dengan apa yang ia pikirkan semalaman.

"Apa?" pekik Soojung dan Inbi bersamaan. Mata keduanya sama-sama terbelalak kaget, tidak menyangka dengan ajakan tersebut. Bukankah berkencan sungguh bertolak belakang dengan isi surat ancaman yang Soojung terima? Lantas kenapa pria ini malah mengajaknya?

Sebagian besar gadis pasti akan langsung tersanjung mendapat ajakan seperti ini dari seorang Park Jimin. Namun bukan itu yang dirasakan Soojung sekarang. Ia malah tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di hadapannya. Mungkin dia memang pria gila yang ingin menghancurkan kehidupan damainya. Dan Soojung tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

To be continued...

I hope you like it!

Astraliancreators' thoughts