webnovel

Ada Juga

Putri telah sampai di rumah Indri lebih dulu, saat menghubungi Indri tadi, Putri memang sudah sampai di tengah perjalanan.

Putri tidak parkir di halaman rumahnya tapi berhenti di jalan depan gerbangnya, biarkan saja lagi pula Indri belum sampai jadi lebih baik Putri menunggu di luar saja.

Putri membuka ponselnya dan berkutat disana, sebaiknya sekarang Putri kabari Aileen jika akan datang ke rumahnya.

"Siapa tahu saja Aileen mau kasih kita suguhan istimewa, jadi biar dia siapkan dari sekarang saja"

Ucap Putri seraya tersenyum, bukankah itu benar, dan saat nanti mereka datang hidangan spesialnya sudah ada di meja.

Putri mengangguk dan sibuk dengan ponselnya, Indri juga entah masih dimana sekarang dan Putri enggan menghubunginya, mereka telah janji ketemu disana sehingga tidak ada yang perlu ditanyakan lagi sekarang.

----

"Hahahaa .... bisa saja, memangnya mungkin seperti itu ?"

"Kenapa tidak, coba saja dulu"

Rasya mengangguk, sampai saat ini Rasya masih saja betah ada di tempat Tama, mereka telah berbincang banyak hal tapi itu tak lantas membuat mereka berdua bosan.

"Tapi bagaimana jadinya kalau dia sudah tidak ada ?"

Rasya diam, bisa saja mencari orang lain untuk semuanya itu, lagi pula sebelumnya pun mereka tidak bersama dengan Marsya.

"Tapi, bukannya ada dua wanita, kenapa tidak yang satunya ?"

Rasya masih diam, Aileen tidak akan mau untuk itu jadi rasanya tidak perlu menwlawarkan kepada yang jelas tidak akan mau.

"Baiklah, berarti cari baru ?"

"Cari baru, siapa tahu saja bisa lebih bagus lagi kan, biarkan saja tidak perlu berpaku pada satu orang"

Tama mengangguk, baiklah terserah saja mau seperti apa yang jelas Tama membutuhkan orang tersebut diwaktunya nanti, dan apa pun caranya Rasya harus bisa dapatkan itu.

"Makan ah"

"Makan sih, jam berapa ini ?"

Tama berdecak, memang apa salahnya makan tidak di waktu makan, kalau memang lapar ya makan saja tidak perlu repot memikirkan jamnya.

"Mau gak ?"

"Gak apa-apalah, temani saja"

"Kenapa seperti itu ?"

"Ya gak apa-apa, kan yang penting ikut"

Tama mengangguk, baiklah terserah saja yang penting ada yang menemaninya, lagi pula bukankah perbincangan mereka masih sangat menyenangkan.

Mungkin saja sampai di tempat makan nanti, Rasya juga akan merasa lapar dan akan makan juga bersamanya.

"Ayo jalan"

Rasya mengangguk, keduanya lantas bangit dan berjalan keluar, berada di tempat Tama bisa sedikit mengurangi beban fikiran Rasya tentang Aileen dan Marsya.

Setelah ini Rasya pasti bisa berfikir dengan baik lagi untuk bisa selesaikan masalahnya itu, tidak ada sekarang Rasya senang-senang dulu menghabiskan harinya.

Tama memang telah bersamanya sejak dulu, jadi sudah tidak sulit lagi untuk mereka saling menghibur, Tama selalu bisa mengerti dengan apa yang diinginkan Rasya.

"Pakai mobil ku saja"

"Dan nanti harus repot mengantarkan ku kesini"

"Bukan masalah"

Tama mengangguk, terserah saja tapi meski begitu akan tetap Tama yang menentukan tempat makan mereka sekarang, dan Rasya hanya harus mengikutinya saja tanpa harus menolaknya sama sekali.

----

"Putri, kamu menghalangi jalan masuk ku"

Putri menoleh dan tersenyum, itu bukan masalah, Putri melajukan mobilnya untuk memberikan jalan Indri mamasuki halaman rumahnya.

Akhirnya yang ditunggu datang juga setelah cukup bosan menunggu, Putri menyimpan ponselnya dan melihat belakang.

"Jangan sampai Indri mandi dulu sekarang, bisa mati bosan aku disini"

Untunglah karena ternyata Indri langsung menghampirinya, Putri tersenyum saat Indri memasuki mobilnya dengan begitu Putri tidak harus menunggu lagi.

"Ayo jalan"

"Kamu gak pamit ?"

"Udah dong masa iya gak pamit"

"Ya kan kali aja, habisnya cepat sekali"

"Jadi kamu maunya lama ?"

"Ya enggak juga"

"Ya udah makanya, ayo jalan"

Putri mengangguk dan melanjukan mobilnya, lagi pula Aileen sudah menunggu disana, Putri sudah mengabari semuanya jadi tidak perlu lama-lama lagi atau Aileen akan berubah fikiran nantinya.

"Nadya gimana ?"

"Nadya gak bisa, katanya ada urusan"

"Marsya ?"

Putri mengangkat kedua bahunya sekilas, entahlah Putri tidak berniat menghubungi Marsya.

"Ya udah biar aku yang ajak ya"

"Silahkan saja"

Indri tersenyum dan mengeluarkan ponselnya, mereka tidak ada masalah dengan itu, dan sekali pun Marsya sedang bermasalah dengan Aileen, mungkin saja peretemuan ini akan menjadikannya lebih baik.

Putri melirik Indri sekilas, wanita itu berkutat disana sepertinya Indri hanya berkirim pesan saja tanpa meneleponnya.

Baguslah dengan begitu Putri tidak perlu mendengar pembicaraannya, dan kalau Marsya datang semoga tidak akan membuat kekacauan di rumah Aileen nantinya.

"Kamu udah kabari Aileen ?"

"Sudah, kita tinggal kesana"

"Oke"

"Gimana Marsya ?"

"Gak tahu, belum jawab lagi"

Putri mengangguk, baiklah kalau seperti itu rasanya mereka tidak perlu memaksa Marsya untuk datang.

"Lapar gak sih, aku rasanya lapar"

"Enggak, aku cuma haus"

"Mampir tempat makan depan ya sebentar saja"

"Mau ke Restoran ?"

"Enggak, di depan kan ada kaya tongkrongan gitu, disana ada makanan dan minuman"

"Oh iya lupa"

Indri menggeleng, bisa sekali Putri lupa karena setiap hari mereka melewati jalan itu, tapi biarkan saja karena sekarang mereka akan mampir kesana.

----

Rasya meneguk minumannya, lahap seiali Tama makan saat ini, selapar itukah dia seperti tidak makan setelah berhari-hari lamanya.

"Enak loh, yakin gak mau makan ?"

Rasya tak menjawab, hanya meliriknya sekilas saja, silahkan saja makan yang lahap kalau Rasya mau pasti akan memesan juga.

"Sudahlah jangan memikirkan dia terus, biarkan saja wanita kalau sedang marah memang suka lama, tapi nanti juga dia baik sendiri"

Rasya kembali meneguk minumannya, entah harus seperti apa Rasya menyikapinya sekarang, Aileen mungkin saja tidak akan mau memaafkannya lagi.

"Aku tunggu disini saja, kamu pesankan aku minum juga ya"

"Oke"

Rasya menoleh mendengar suara di belakangnya, itu Putri dan Indri jadi mereka juga ada disana, tapi kenapa hanya berdua saja mana Aileen.

"Kenapa ?"

Rasya menoleh dan menggeleng, apa Rasya tanyakan saja pada mereka tentang Aileen, mungkin saja mereka akan bisa membantu untuk mendapatkan maaf Aileen lagi.

"Kenapa, kamu kenal mereka ?"

"Sepertinya iya"

"Ya udah samperin"

"Gak apa-apa ditinggal ?"

Tama berdecak dan menggeleng, untuk apa bertanya seperti itu memangnya kenapa juga jika ditinggalkan sendirian, Tama bukan bocah yang tak tahu jalan.

"Sudah saan, keburu ilang sepertinya mereka beli untuk dibawa ke rumah"

Rasya mengangguk lantas pergi meninggalkan Tama, mungkin saja Rasya akan bisa menemui Aileen dengan mudah lewat mereka.

"Put"

Panggil Rasya, Putri menoleh dan terdiam menatapnya, bagaimana bisa Rasya disana apa yang sedang dilakukannya.

"Lagi makan, sendiri saja ?"

Apa Putri harus meresponnya sekarang, kenapa rasanya malas sekali melihat Rasya saat ini, lebih baik diam.