webnovel

BB.025 I MISS YOU

'Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu juga, Chan.' ucap bati  Jean.

****

Satu bulir air mata Jean menetes saat mengatakan itu tanpa sadar. Eliot melihat Jean menangis membuatnya menjadi panik. Eliot mengira terjadi sesuatu pada Jean.

"Apa ada yang sakit? Kenapa kau menangis? Apa yang kau lihat di kamar mandi sampai kau menangis seperti ini. Jangan menakut-nakuti ku. Aku tidak suka yang berbau horror." Eliot mengatakan itu seperti sedang ngerapp. Tanpa jeda, tanpa ada titik dan komanya.

"Aku tidak apa-apa." Jean langsung menyeka air matanya yang menetes.

"Kupikir terjadi sesuatu, jantungku hampir mau copot tahu tidak. Jika terjadi sesuatu padamu, mati aku." Katanya sambil bergidik ngeri membayangkan berhadapan dengan Dominic.

Jean memicingkan matanya melihat Eliot seperti sangat-sangat mengenal siapa sosok Dominic. Terbesit ide gila Jean yang ingin bertanya dengan Eliot. Mungkin dia bisa memberitahu siapa Dominic sebenernya. Jean yakin tidak akan mudah karena sikap Eliot yang menjengkelkan. Tapi Jean belum mencoba, dia tidak akan tahu kalau berlima mencobanya lebih dulu. Jean juga tidak ingin kalah sebelum berperang.

"Apa kau mengenal baik, Dominic?" Jean memulai aksinya dengan mengorek-ngorek Eliot.

"Tentu saja, kami sudah bersama sejak lama. Bahkan ada yang bilang aku dan dia seperti sepasang kekasih yang sangat serasi." Jawabnya dengan congak. Jean geran kenapa Dominic bisa betah terus bersama Eliot yang banyak bicara dan menyebalkan.

"Sosok seperti apa Dominic itu?" Jean mulai bertanya ke topiknya mengenai Dominic Archer.

"Kenapa kau tidak bertanya kepadanya sendiri, kenapa juga aku harus menjawab pertanyaanmu." Jawabnya langsung. Dan kini Eliot berbaring di kasur milik Jean.

Jean mencoba untuk bersabar, karena dia tahu tidak akan mudah jika berbicara dengan Eliot. Harus ekstra sabar jika ingin berhadapan dengan manusia tanpa tulang ini.

"Aku bertanya kepadamu karena aku tidak tahu harus bertanya dengan siapa lagi selain dirimu." Jean masih mencoba baik-baik terhadap Eliot, padahal dia sudah ingin menendangnya, karena sekarang bukan hanya berbaring dikasurnya, dia juga memakan buah yang diperuntukkan untuknya.

"Kenapa kau sangat tertarik dengan kehidupannya?" Eliot berbicara serius kepada Jean.

Jean bingung ingin menjawab apa, dia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Entah kenapa dia sangat tertarik dengan siapa sosok Dominic sebenarnya. Selain karena Jean ingin mengenal Dominic karena Dominic sekarang suami nya, ada sesuatu yang menggelitik dirinya sampai-sampai Jean ingin sekali mengetahui Dominic luar dan dalam.

"Hanya... Ingin tahu saja." Jawab Jean sekenanya.

Eliot tidak menjawab. Dia berdiri dan mendekatkan wajahnya pada Jean sampai Jean harus memundurkan kepalanya agar tidak terlalu dekat dengan Eliot.

"Jangan bilang-" Eliot memotong ucapannya. Dia menatap lekat Jean.

Jean yang diperhatikan seperti itu menjadi gugup, dalam artian aneh, bukan yang lain. "A..apa."

"Kau jatuh ke dalam pesona Dominic Archer?" Tebaknya.

Jean mengigit bibir bawahnya, sebenarnya dia sendiri pun tidak tahu apakah dirinya memang sudah jatuh kedalam pesona seorang Dominic Archer? Mengingat betapa Jean mendamba dan bahkan merasa kesepian saat tidak ada Dominic. Terakhir saat Dominic mengajaknya berkencan dan juga honeymoon dadakan membuat dirinya merasakan seperti adanya kembang api yang meletup-letup. Apakah itu disebut cinta?

Tapi Jean menganggao itu semua bukanlah cinta, melainkan hanya sebatas reaksi wajar karena kencan dan honeymoon adalah hal yang baru pertama Jean lakukan. Jadi menurut Jean itu bukanlah cinta.

"Apa kau sudah gila, mana mungkin aku jatuh cinta padanya. Mungkin aku akan jatuh cinta kepadanya jika aku benar-benar sudah gila." Ucap Jean cepat, menolak keras apa yang sudah diucapkan oleh Eliot kepadanya.

"Baguslah kalau begitu, aku hanya mengatakan padamu satu kali. Jika kau sudah melangkah kedepan, kau tidak akan bisa mundur kebelakang." Kata Eliot penuh dengan arti, tapi Jean sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud Eliot kepadanya.

"Jadi kau akan memberitahuku atau tidak." Jean kesal karena Eliot berbelit-belit.

"Tentu saja. Tapi tidak gratis." Eilat menyunggingkan senyumnya.

Jean meneguk salivanya. Apa yang Eliot mau darinya? Uang? Tidak mungkin, karena Jean tahu jika Eliot salah satu desainer ternama di Amerika. Lalu apa yang Eliot minta dari seorang Jean.

"Apa?" Tanya Jean.

"Jadi model pakaian terbaruku." Ucapnya enteng.

Jean mengedip-edipkan matanya. Dia, jadi model? Itu tidak mungkin.

"Aku tidak mau." Tolak Jean. Karena memang Jean tidak memeiliki besik modeling, jadi mana mungkin dia menjadi model rancangan pakaian terbaru milik Eliot.

"Yasudah kalau tidak mau. Aku juga tidak mau memberikan informasi apapun dari Dominic Archer, suami misterius mu." Jawabnya enteng.

Jean berpikir keras, apakah ia menerima atau tidak tawaran Eliot. Tidak sulit memang, hanya beelenggok di depan kamera. Tapi Jean tidak sepercaya diri itu. Eliot turun dari ranjang tidur hendak pergi, namun Jean memanggilnya.

"Tunggu." Jean menahan Eliot.

"Aku harus apa?" Jean dengan ragu.

"Gampang, kau hanya perlu memakai pakaian ku untuk pemotretan." Eliot kembali antusias.

Jean menatap Eliot. Apakah dia benar-benar bisa melakukannya? Tapi jika Jean menolak, ia tidak akan bisa mengetahui informasi tentang Dominic dari Eliot.

"Oke." Jawabnya cepat.

"Anak pintar. Kamu memang tidak cantik, body mu pun pas-pasan. Tapi konsep pakaian ini, polos dan segar. Wajahmu terlihat segar dan polos. Eitss.. Jangan senang dulu aku bilang seperti itu. Kamu tahu kan, polos dengan bodoh itu beda-beda tipis." Eliot kembali bersikap menyebalkan.

Jean menahan diri untuk tidak meledak karena Eliot terus mengejeknya. Karena jika dia marah, Eliot akan kembali menarik ucapannya.

"Kau harusnya berterimakasih padaku, karena kamu akan di pasangkan oleh Park Chanyeol untuk pemotretan ini." Eliot memberitahu. Mata Jean membolak mendengar pasangan pemotretan nya adalah Chanyeol. Jean sangat ingin bertemu dengan Chanyeol, dia merindukan sahabatnya.

"Wajahmu menjadi sumringah, dasar wanita, lihat yang bening-bening langsung ngiler. Uh... Kalau saja aku ini wanita, aku tidak akan mau memasangkan Chanyeol ku itu. Aishh betapa sulitnya aku untuk menghubungi menejemen dia. Aku juga harus mengeluarkan kocek cukup dalam hanya untuk beberapa pemotretan saja. Untung saja itik buruk rupa ini tidak minta bayaran, kalau tidak habis sudah uang untuk skincare ku." Eliot terus mengoceh tidak jelas. Jean tidak menghiraukan Eliot. Jean sedang berpikir apa yang harus dia lakukan jika bertemu dengan Chanyeol.

Jean memantapkan diri, jika dia nanti bertemu dengan Chanyeol, Jean akan mengatakan semua padanya. Jean berharap Chanyeol tidak akan bertindak jauh setelah mengetahui semuanya.

****

Jean dan Eliot sedang dalam perjalanan menuju tempat pemotretan. Jantung Jean berdetak karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan Chanyeol setelah sekian lama. Ada rasa senang, namun  ada rasa sedih juga, karena hubungan mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Jean juga berharap tidak ada kecanggungan diantara dia dengan Chanyeol.

Memakan waktu tiga puluh menit menuju tempat pemotretan, karena jalanan cukup padat hari ini. Tentu saja, karena jam menunjukan pukul jam makan siang, pada pekerja pasti berhamburan menuju tempat makan yang mereka inginkan.

Kaki Jean turun dari mobil dengan ragu. Seperti yang Eliot katakan, jika Chanyeol sudah lebih dulu sampai di tempat pemotretan. Setelah masuk Jean mengedarkan pandangannya kesepenjuru ruangan. Sangat ramai, ada beberapa orang berlalu lalang membawa barang-barang dan juga pakaian yang mungkin akan dipakai Jean dengan Chanyeol.

Dan Jean pun menemukan sosok yang ia cara yang kini sedang di makeup oleh dua orang. Jean memperhatikan wajah Chanyeol yang kini berubah tidak periang. Terlihat ada lingkaran hitam di bawah matanya meski dari jarak jauh. Dengan ragu Jean menghampiri Chanyeol.

"Chan." Panggil Jean setelah sudah dihadapan Chanyeol.

Chanyeol menoleh cepat mendengar suara yang sudah sangat ia rindukan. Matanya langsung membolak saat melihat yang datang benar-benar orang yang selama ini hadir dalam mimpinya.

Chanyeol langsung berdiri dan mendekati Jean.

"Hai Chan." Sapa Jean lagi.

Tanpa memperdulikan yang lain, Chanyeol langsung memeluk Jean dengan erat.

"I miss you, Je." Chanyeol menumpahkan semua kerinduan lewat pelukannya.

______________________

boleh minta review positif sama power stone biar akunya semangat?:D

terimakasih sudah mengikuti cerita ini dari awal sampe sekarang <3