webnovel

BB.024 PARK CHANYEOL

"Siapa kau sebenarnya, Dominic." Jean menatap maya Dominic lekat.

******

Bukan dapat jawaban, Dominic malah menjauhi Jean. Dia pergi keluar entah kemana. Tapi itu tidak lama, karena Dominic datang bersama Eliot, pria gemulai yang sudah lama tidak terlihat batang hidungnya. Jean berdecak, pria gemulai bertangan lentik yang menyebalkan datang kembali.

"Ckckck!! Lemah." Eliot melongos menghampiri Jean sambil mencibir.

'Lihat, baru juga datang sudah mengatai ku seperti itu.' kata batin Jean.

Jean tidak menanggapi Eliot yang menyebalkan, mulutnya selalu membuatnya kesal setiap keluar, entah itu mengejek atau mencibirnya. Jean menatap Dominic yang juga sedang menatapnya. Andai Dominic tahu jika dia sangat tidak ingin Eliot berada disini. Tapi sayang nya Dominic tidak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran.

"Aku akan keluar, Eliot akan menjagamu selama aku tidak ada." Ucapnya memberitahu.

Neraka untuk Jean jika harus seharian dengan makhluk tak bertulang seperti Eliot. Entah apa yang akan dicibirnya jika dia berdekatan dengan Eliot.

Jean tidak menjawab, karena membantah pun tidak akan pernah berhasil, dia menurut. Memang selalu seperti itu bukan? Omongan Dominic adalah mutlak, tidak bisa dibantah. Bertanya kemana Dominic akan pergipun pasti akan sia-sia karena dia akan pergi begitu saja tanpa mau repot menjawab. Sekarang Jean benar-benar berharap Dominic terbuka dengannya.

Dominic pun melenggang keluar tanpa berkata apa-apa lagi. Tentu saja, apa kalian berharap Dominic akan meminta izin atau hanya sekedar berpamitan kepada Jean? Hei.. Itu adalah hal yang sangat mustahil dilakukan.

Jean merebahkan tubuhnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut sampai batas kepala, Jean sengaja melakukan itu karena sedang malas berhadapan dengan Eliot. Mengacuhkannya lebih baik, daripada kadarnya naik karena mulut pedas Eliot.

"Heh.. Kau, bukannya berterima kasih sudah aku temani malah dicuekin. Kau tahu, aku ini manusia paling sibuk paling famous sedunia desainer." Ocehnya dengan menggebu.

'Tidak ada yang bertanya, dan aku sama sekali tidak peduli. Lagipula siapa yang memintamu menemaniku, bukan aku kan? Tapi tuan mu yang menyebalkan.' Jean menggerutu dalam hati dan mengacuhkan Eliot. Tidak sedikitpun membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh sampai kepalanya.

"Heh.. Bangun, temani aku. Aku ini mudah bosan tahu." Ucapnya lagi menggoyang-goyangkan tubuh Jean.

'Kalau begitu pergi sana yang jauh. Jangan sentuh-sentuh aku.' batin Jean lagi tidak memperdulikan Eliot yang kesal.

"Bangun atau aku panggil dokter untuk menyuntik mati dirimu." Eliot benar-benar membuat Jean naik pitam.

"Apa.." Kesalnya. Jean duduk dan menunjukan wajah cemberut karena Eliot telah mengganggunya.

"Ku ancam baru takut." Eliot tertawa dengan menutup mulutnya gemulai. Dia mengira jika Jean bangun karena takut ancamannya.

"Aku bukan takut, kau mengganggu waktu istirahatku. Jika kau merasa bosan pergilah, aku tidak takut dengan ancaman mati yang kau ucapkan, karena sebelum kau, aku sudah diancam sampai nyawaku benar-benar mau mati." Jean berteriak pada Eliot, moodnya sedang sangat tidak enak.

"Cih.. Dasar tukang gerutu. Nih untukmu. Kau tahu ini hanya ada satu di dunia. Jangan salah paham angsa buruk rupa, aku memberikan ini karena kelebihan bahan, jadi aku membuatkannya untukmu." Eliot memberikan tas kehadapan Jean, awalnya sempat bingung, tapi Jean tetap menerimanya. Dia membuka tas yang diberikan Eliot yang ternyata isinya adalah sebuah gaun berwarna hitam panjang. Simple nan elegant gaun yang diberikan oleh Eliot.

Jean memandang Eliot, dia mengira jika Eliot sebenernya peduli padanya, tapi sikapnya yang menyebalkan menutupi sikap rasa empatinya. Tapi Jean tahu jika Eliot tidak semejebalkan yang dia kira.

"Apa liat-liat, itu hanya kain bekas, pantas untukmu yang murah." Ucapnya masih sama ketusnya.

Jean tidak menanggapi, dia memilih pergi ke kamar mandi, berharap membasuh muka dapat membuatnya segar.

"Mau kubantu?" Eliot tiba-tiba menyeletuk karena melihat Jean sedikit kesulitan.

Tapi karena dari awal sudah kesal, Jean menolak bantuan Eliot.

"Aku hanya takut kau mati di dalam sana, bisa-bisa aku yang disangka membunuhmu." Ucap nya lagi.

Jean menarik kata-kata yang mengatakan Eliot tidak menyebalkan, dia benar-benar menyebalkan. Jean meralat ucapannya tentang Eliot.

Memang benar, mencuci muka bisa membuat Jean sedikit segar. Dia melihat pantulan wajahnya di cermin. Bayang-bayang penyerangan tadi, mayat-mayat bergelimpangan, darah dimana-mana membuat perut Jean terasa mual. Dia ingin memuntahkan semua isi dalam perutnya, namun hanya cairan putih yang keluar. Kepalanya terasa pusing.

Sebelum keluar Jean kembali menatap pantulan dirinya di cermin seraya berkata. "Apakah sulit untukku masuk kedalam duniamu, Dominic Archer." Ucap Jean pada pantulan dirinya.

Jean keluar dari kamar mandi. Baru membuka pintu, Jean dibuat terkejut oleh teriakan Eliot yang menggema seruangan. Jean bergegas menghampirinya dan bertanya apa apa gerangan sampai membuatnya berteriak seperti itu.

"Ada apa?" Tanya Jean khawatir takut terjadi sesuatu pada Eliot karena dia berteriak sangat kencang.

"Look, omaygat, so handsome, my tipe." Ucapnya antusias. Jean benar-benar kesal kepada Eliot. Dia mengira terjadi sesuatu yang buruk kepadanya, nyatanya Eliot hanya berteriak antusias karena melihat pria tampan di televisi. Eliot benar-benar ingin membuatnya mati cepat karena terkejut.

Jean penasaran pria seperti apa yang membuat Eliot sampai berteriak histeris seperti itu. Jean membulatkan matanya setelah melihat siapa yang ada di televisi.

"Chan." Ucapnya tanpa sadar.

"Kan, sudah aku duga, dia sangat populer sampai itik buruk rupa ini tahu siapa dia." Eliot mengira Jean mengetahui Chanyeol karena sekarang Chanyeol seorang Idol.

Ya, Chanyeol sekarang telah debut menjadi seorang Idol dan juga actor. Jean tahu jika Chanyeol menyukai music, tapi Jean juga sangat tahu jika Chanyeol tidak pernah tertarik masuk ke dunia entertainment. Apa yang membuatnya menjadi tertarik berkecimpung dengan dunia itu.

Jean memperhatikan Chanyeol yang sedang berbincang dengan salah satu MC yang menanyakan tentang debutnya.

"Apa ada seseorang yang menjadi inspirasi dalam lagu ini." Tanya MC itu kepada Chanyeol.

"Ya, dia adalah inspirasi besar dalam lagu ini." Ucapnya dengan senyum mengembang, tapi Jean tahu jika senyum itu adalah sebuah kebohongan yang dia tutupi.

"Wah.. Apa dia seseorang dalam masalalu anda, atau dia masih ada bersama anda?" Tanya MC itu kembali.

"Dia sudah bersama yang lain." Chanyeol masih menunjukan senyumnya, senyum luka yang Jean yakini. Hatinya terasa sakit melihat Chanyeol, sahabatnya, cinta pertamanya, meski Jean tidak tahu siapa yang Chanyeol maksud.

"Ah.. Pantas saja lagu ini sangat emosional. Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan untuk orang itu?" MC itu mempersilahkan Chanyeol untuk mengungkapkan sesuatu untuk sang inspirasi.

"Hai Je, bagaimana kabar kamu disana? Semuanya baik-baik saja bukan? Aku disini akan terus menunggu meski itu mustahil untukku. Aku berharap keputusanmu sudah benar, aku harap kamu bahagia, jika kamu merasa lelah, datanglah kepadaku kapanpun kamu mau. Kalau kamu sedang menonton, pasti kamu bakal bilang kalau aku ini bodoh. Kamu benar Je, aku bodoh karena sudah dibutakan oleh cinta masalalu ku. Berbahagialah Je, aku akan ikut bahagia jika kamu seperti itu. Haha!! Kamu pasti akan memukul kepalaku jika kamu mendengar ucapan itu. Kamu tahu pasti aku sedang berbohong jika aku akan bahagia jika kamu bahagia. Tapi Je, aku lebih senang melihatmu bahagia daripada kamu menderita, meski kamu bukan bahagia karena aku. Maaf apa aku berbicara sangat panjang." Chanyeol kembali tertawa seolah tidak pernah terjadi apapun. Meski hatinya berkata lain.

"Wah.. Sepertinya anda memiliki kenangan terlalu dalam kepada orang itu. Aku hampir meneteskan air mata." Ucap MC itu jujur, dia merasakan betapa dalamnya Chanyeol terhadap Jean.

Chanyeol tidak menjawab, dia hanya tersenyum menanggapi.

"Baiklah, terimakasih untuk semua. Beri cinta yang banyak untuk Park Chanyeol yang baru saja debut. Sampai jumpa dilain kesempatan." Acara itu pun sudah selesai.

"Beruntung sekali wanita itu menjadi yang spesial dihati Chanyeol. Andai itu aku, ah.." Eliot heboh sendiri.

"Tapi aku penasaran, siapa Je yang dia maksud." Eliot sangat penasaran dengan sosok Je yang Chanyeol katakan. Padahal Eliot sangat dekat dengan Je yang Chanyeol maksud, dia adalah Jean.

Jean meremas tangannya kuat-kuat. Hatinya terasa bagai tertusuk duri tak terlihat. Melihat Chanyeol seperti itu terhadapnya membuat Jean merasa sangat bersalah. Chanyeol hanya mengetahui jika Jean menikah karena kemauan Jean sendiri tanpa tahu kebenaran yang sudah terjadi kepada Jean.

Seharusnya Jean mengatakan yang sebenernya terhadap Chanyeol. Tapi Jean takut jika Chanyeol akan berbuat jauh setelah mengetahui kebenaran itu. Sudah cukup selama ini Jean menyusahkan Chanyeol. Jean juga berharap jika Chanyeol segera melupakan cinta nya terhadap Jean.

'Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu juga, Chan.' ucap bati  Jean.

______________________