webnovel

Episode 2 ~ Belati Biru

"Tuhkan... Ngaku! Ngapain kamu senyum senyum gitu? Ho-ho... Ayla ketahuan.. Ho-ho..." ledek Ifan, telunjuk kananya menuding Ayla, wajahnya puas sekali.

"APAAN SIH!!," elak Ayla, dengan suara mengeras hingga Alan dan Lita yang berjalan di depan mendengarnya.

Wajah Ayla sudah memerah, ia tidak bisa menyembunyikannya. Melihat itu Ifan lebih semangat lagi menggodanya.

"Ho-ho... Ketahuan!, Ngaku aja Ay, gak baik di tutup tutupin." Kata Ifan sambil tersenyum licik.

"Ada apa sih kalian?. Heh Rambut Landak!, bisa gak sih sejam aja nggak bikin masalah." Lita mendekat ke Ayla dan Ifan.

"Masalah apa sih... aku itu cuma"

Paerkataan Ifan tiba tiba terpotong oleh Ayla yang tiba tiba mengaduh.

Aw..

"Eh kamu  kenapa Ay?" Tanya Ifan.

"Tuh, ini pasti gara gara kamu! Dasar biang masalah!." Tuduh Lita ke Ifan.

"Eh, beneran Ay? Kau kenapa? Sesak nafas, sakit perut, pusing atau apa apa apa?" tanya Ifan mulai panik.

Sementara Ayla hanya menunduk sambil meringis menahan sakit. Denyutan itu, Ayla merasakannya lagi. Lebih kuat dari sebelumnya.

"Emm... Aku ke toilet dulu ,kalian duluan saja." Kata Ayla tiba tiba, ia pun langsung belari meninggalkan mereka bertiga tanpa menunggu sepatah katapun dari mereka.

"Oh.. ternyata kebelet dia. Tuh kan bukan salahku berarti." Ifan tersenyum ke Lita, yang menurut Lita sangat menjijikan.

Ayla langsung menutup pintu toilet rapat rapat, agar tidak ada seorangpun yang tau. Pelan pelan ia membuka pergelangannya yang sedari tadi ia tutupi dengan tangan kirinya. Garis itu bertambah panjang dua kali dari panjang awalnya. Dan terus saja berdenyut kuat dan cepat.

"Ayolah... aku mohon berhenti..."

Namun, yang terjadi justru kebalikannya. Bukanya berhenti jurstru denyutannya semakin kuat. Bahkan sesuatu yang baru terjadi, garis hitam di pergelangan tangan Ayla perlahan terkelupas. Dan Ayla semakin panik ketika keseluruhannya telah terkelupas, garis itu berubah warnanya dari hitam menjadi biru langit. Dan tidak hanya itu, kemudian garis itu yang sudah menjadi biru perlahan warna birunya nampak mengeluarkan cahaya.

"Hah?, Apa lagi ini?."

Batin Ayla.

Cahaya itu semakin terang, warna birunya sangat jelas. Ayla semakin frustasi, ia menggosok nggosokan pergelangan tangannya yang bercahaya ke dinding toilet. Berharap segera menghilang, namun itu percuma. Sama sekali tidak ada perubahan. Ayla yang semakin frustasi hilang akal. Ia memukul mukulkan tangan nya ke dinding, menggaruk garuknya.

Lalu pada akhirnya, Ayla putus asa juga. Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding, sambil menatap garis yang telah berubah warna menjadi biru itu.

Ia sudah lelah dengan apa yang terjadi pada dirinya, ia sudah bosan mencari tau tentang pergelangan tangannya itu. Pertanyaannya tak pernah terjawab. Dan akhirnya di ujung sekian pertanyaannya, muncul pertanyaan akhir.

"Apa aku normal?"

Itulah pertanyaan akhirnya. Dan hanya itu juga pertanyaannya yang terjawab. Jawabannya "TIDAK!"

Ayla memejamkan kedua matanya, ia sudah lupa pada ketiga temanya yang sekarang  menunggunya di kantin. Sesaat kemudian Ayla merasakan hembusan angin lembut sekali.

Angin? Bukankah dirinya sedang di dalam toilet?

Ayla langsung membuka kedua matanya. Seketika kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya, ia jatuh terduduk menimpa ilalang ilalang yang sedang berbunga. Ilalang?, Ya!. Ketika Ayla membuka matanya, apa yang dilihatnya benar benar membuatnya menyangka ia sedang bermimpi. Ia sudah tidak lagi berada di dalam toilet sekolahnya.

Ayla tersenyum getir sambil menatap langit senja yang menjingga, lalu menatap sekitarnya yang merupakan bentangan savana luas. Rumput rumput ilalang menari nari di terpa hembusan angin. Suasana ini begitu damai, hingga Ayla tak sadar di ujung matanya air mata telah menetes dan akhirnya jatuh juga. Pergelangan tangan kanan Ayla masih terus berdenyut, tapi saat ini entah kenapa Ayla tidak ingin merisaukannya. Suasana damai ini seperti obat penenang baginya, Ayla sesaat bisa melupakan kesedihan dan kerisauan yang selama ini menghantuinya.

"Hallo..."

Ayla sedikit terkejut, tiba tiba lima langkah darinya kini muncul seorang gadis, cantik sekali. Ia mengenakan gaun panjang berwarna biru. Rambutnya hitam panjang, di ikat dengan pita putih. Dari wajahnya, usianya sekitar dua puluh tahun. Ia menatap ramah pada Ayla dan tersenyum manis. Ayla semakin yakin dirinya sedang bermimpi, ia pasti tertidur ditoilet.

"Hai..."

Gadis bergaun itu kembali menyapa Ayla.

Namun, Ayla masih saja terdiam. Tatapan matanya kosong. Karena merasa terabaikan gadis bergaun biru itu kemudian mengambil kerikil kecil ditanah, lalu di lemparkan pelan ke Ayla.

Aw...

Ayla mengaduh pelan, lalu mengusap dahinya yang terkena lemparan kerikil tersebut. Melihat itu gadis bergaun biru itu tertawa pelan.

"Maaf..."

"Habisnya, dari tadi kamu cuman diem. Sekarang tau kan, ini bukan mimpi.."ujar gadis bergaun biru tersebut.

"Apa?."

Akhirnya Ayla bersuara.

"Iya. Ini bukan mimpi sayang..."

Gadis bergaun biru itu berjalan mendekatkan dirinya pada Ayla. Lalu ikut duduk bersimpuh menjajarkan tubuhnya.

Aw..

Ayla kemudian kembali menagaduh, saat gadis bergaun biru itu tiba tiba mencubit pipinya.

"Sakitkan?,Berarti bukan mimpi..."Kata gadis bergaun biru itu.

"Hah?" Ayla sudah menyadarinya sekarang, suasana ini terlalu nyata jika ini sebuah mimpi.

"La-lu, lalu siapa kamu? Dan ini.. tempat ini.., INI DI MANAA?."

Ayla mulai berteriak panik, ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Air mata kembali mengalir dari kedua matanya. Hal tidak normal kembali terjadi padanya. Suasana tenang dan kedamaian yang Ayla rasakan sebelumya hilang seketika.

"Apa lagi ini?" gumamnya.

Denyutan di tangan kanannya kembali ia rasakan. Cahaya biru samar samar juga kembali terpancar di tanda lahir pergelangan tangan kanannya.

"Tenanglah..."

Gadis bergaun biru itu meraih tangan kanan Ayla. Lalu di usapnya dengan lembut garis biru itu.

Hangat. Itulah yang Ayla rasakan, denyutan kuat yang sebelumnya ia rasakan berkurang perlahan. Rasa hangat itu menjalar ke seluruh tubuh Ayla, membutnya merasa nyaman.

Perlahan Ayla membuka matanya yang berair. Di lihatnya sebuah wajah di depannya, tatapan mata itu entah kenapa Ayla merasa tenang sekali saat menatapnya. Juga senyum nya, memperlihatkan keramahan dan kelembutan yang dimiliki nya.

Lalu Ayla menurunkan pandanganya ke pergelangan tangan kanannya yang di pegang gadis itu.

"Hah?"

Ayla terkejut, apa yang dilihatnya benar benar membuatnya terkejut. Di pergelangan tangan kanan, tapi bukan pada tangannya. Di tangan kanan gadis bergaun biru itu. Ayla langsung kembali menatap sepasang mata di depannya.

Gadis itu kembali tersenyum, lalu mengangguk pelan.

"Itu adalah garis takdir. Mereka yang memilikinya hanyalah mereka yang terpilih."

"Apa?"

Tanya Ayla yang jelas tidak mengerti.

Gadis bergaun biru itu kembali tersenyum, lalu kali ini ia mengangkat tubuhnya berdiri. Lalu ia mengangkat wajahnya menatap langit yang menjingga.

" Di dunia ini perputaran roda takdir kehidupan masih terus berjalan. Dan di masa kapanpun itu, selalu ada dua titik besar yang tercipta dalam setiap putarannya. Dua titik itu adalah hitam dan putih, keduanya adalah dua hal yang saling bertentangan. Si putih adalah si positif, yang keberadaannya cenderung tidak merusak. Dan si hitam adalah si negatif, yang keberadaanya cenderung merusak. Selama si hitam muncul, si putih adalah yang di takdirkan untuk menghentikan kerusakan yang di ciptakan oleh si hitam. Namun terkadang sisi hitam terlalu kuat, sehingga dari sisi putih di pilih beberapa untuk mendapatkan cahaya. Pada masaku, aku adalah salah satu yang terpilih mendapatkan cahaya. Aku di pilih oleh takdir menjadi pemegang senjata suci, Belati Biru."

Gadis bergaun biru itu sekarang kembali menatap Ayla yang masih terduduk. Jelas ia paham, Ayla sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja ia katakan.

"Biar aku tunjukan padamu!."

Gadis bergaun itu kemudian mengangkat tangan kanannya tinggi ke langit. Lalu bibirnya bergerak pelan.

"Aku memanggilmu, pusaka suci... Belati Biru...."

Seketika Ayla merasakan tubuhnya bergetar. Jantungnya berdegup lebih kencang. Garis di pergelangan tangan kanannya kembali bercahaya, tapi kali ini tidak di sertai denyutan hebat seperti yang sebelum sebelumnya, kali ini justru terasa hangat.

Ayla mengalihkan pandangannya ke gadis bergaun biru itu. Ia mengangkat tangan kanannya ke langit, garis biru di pergelangan tangannya menyala terang. Ia lalu tersenyum melihat Ayla.

"Kau akan melihatnya Ayla..."

Melihat apa? Apa lagi yang akan terjadi?. Jelas Ayla tidak mengerti, di pikirannya sesuatu yang tidak normal akan muncul lagi. Tapi entah kenapa untuk yang kali ini Ayla merasa ingin mengetahuinya, ia merasa penasaran.

Satu detik kemudian, sesuatu terjadi di langit. Langit yang semula menjingga mendadak langsung menggelap. Malam telah tiba, dalam satu detik matahari langsung tenggelam sempurna. Langit telah bertabur bintang, lalu diantara jutaan bintang itu ada satu yang menyala paling terang dan semakin terang. Hingga Ayla menyadari, itu bukan sebuah bintang. Itu adalah sesuatu yang akan jatuh ke arahnya.

"METEOR!!.."

Teriak Ayla, ia langsung bangkit berdiri hendak berlari menjauh. Tapi, terlambat...

FLASHH....

Sebuah cahaya menyala terang sekali, di sertai dentuman angin yang cukup kuat hingga membuat tubuh Ayla terpelanting beberapa langkah.

Ayla mengerjap ngerjap kan kedua matanya perlahan. Cahaya tadi itu apa?. Bintang jatuh?, Itulah yang dipikirkanya. Cahaya tadi belum sepenuhnya menghilang, di sekitarnya masih di terangi oleh sesuatu yang mana sumbernya benar benar bertentangan dengan apa yang ada di pikiran Ayla sebelumnya. Bukan meteor apalagi bintang jatuh.

Ayla dibuat tercengang dengan apa yang dilihatnya. Di tangan kanan gadis bergaun biru yang terangkat itulah sumber cahaya itu berasal. Sebuah benda lonjong dengan ujung lancip berselimut cahaya biru terang sekali.

"Maaf untuk melupakan memperkenalkan diriku. Namaku Riria, pemegang pusaka suci - Belati Biru."