webnovel

Episode 11 - Perang Langit Merah

Alan, remaja laki-laki itu sudah sibuk dengan novelnya pagi ini. Di ujung koridor Ayla melangkah cepat menuju ke arahnya, sengaja ia datang lebih pagi tanpa menunggu Rizal, ada banyak yang ingin Ayla tanyakan pada laki laki itu.

"Alan!"

Laki laki itu masih tidak menggubris.

"ALAN!"

Kali ini nada Ayla sedikit lebih tinggi, tapi tetap walau jarak Ayla dengannya tinggal tiga langkah ia tetap tidak mendengar, atau dia hanya pura pura tidak mendengar.

"Woi!"

Ayla menarik kerah baju Alan, membuat keduanya justru malah saling tatap sekarang. Jarak wajah keduanya kini tak lebih dari dua puluh senti.

Dan tiba tiba saja jantung Ayla berdegup lebih kencang, Ia menarik wajah Alan terlalu dekat, Ayla bisa jelas menatap bola mata hitam Alan yang tampak mempesona. Dan wajahnya ....

Argh... Ayla segera mendorong Alan, menjauhkannya.

"Kamu kenapa sih!" Alan merapikan kerahnya.

"Em.. agh.. kamu! ,kamu tadi malam bisa tau aku abis dapat kunjungan dari orang aneh itu darimana?"

"Gak cuma kamu. Aku juga."

"Maksudnya?"

"Tadi malam Shierra a.k.a Assasin Putih pemanah itu datang ke kosanku. Mengajakku bergabung bersama mereka."

"Terus kamu terima?" Ayla menatap Alan penasaran.

Alan menatap datar Ayla. "Menurutmu?"

"Kamu menolaknya."

Alan melangkah meninggalkan Ayla yang masih berdiri di tempatnya. "Tapi sebaiknya kita lebih berhati hati mulai sekarang. Si Kelabu Pembantai, firasatku buruk tentang nama itu."

Ayla hanya diam melihat Alan melangkah pergi, sebenarnya ada banyak yang ingin ia bicarakan dengan Alan tapi ya sudahlah. Sekarang yang Ayla ketahui dirinya harus mulai lebih waspada. Sosok baru yang akan datang ini pastinya bukan sosok yang baik.

***

"Bumi. Aku merasakannya, jutaan manusia." Nou berdiri di sudut rooftop salah satu gedung pencakar langit di pusat kota. Ia merentangkan dua tangannya, merasakan hembusan angin yang cukup kuat. Bola mata kelabunya bergerak gerak, lalu berhenti di salah satu arah. "Mengganggu saja!"

SHOOTT

Anak panah transparan melesat ke arah kepala berambut keperakan Nou, namun tak sedikitpun Nou beranjak dari tempatnya. Ia justru memejamkan matanya, dan WOSH... anak panah transparan itu menembus kepala Nou.

"Apa kau sebodoh itu hingga tidak mengerti bahwa kau tidak bisa menyentuh angin?"

Kepala Nou yang baru saja ditembus anak panah transparan sama sekali tidak menimbulkan bekas. Anak panah itu seperti menembus kepulan asap, tapi itulah salah satu skill yang dimiliki Nou.

Nou membalikan badannya, menghadapkan dirinya pada sosok perempuan yang memakai jubah dengan tudung kepala serba putih yang kini berdiri beberapa langkah darinya.

"Shierra, Assasin Putih. Baru saja aku mau mencari kalian." Nou tersenyum.

Shierra, perempuan berjubah putih itu menarik cadar putihnya ke bawah, juga tudung kepalanya ia buka. Nampak lah sekarang wajah cantik berambut hitam panjang yang selama ini tertutup.

"Lama tidak berjumpa, Nou!"

***

(Alan)

Tidak ada kegiatan yang Alan lakukan sepulang sekolah hari ini. Sesampainya di tempat kosnya ia langsung merebahkan dirinya di kasur, tidak ada yang ingin Alan lakukan sore ini. Ia hanya berbaring menatap langit langit kamarnya, sekarang tangan kanannya ia julurkan ke atas. Chrezz ... lapisan es tipis muncul menyelimuti tangan kanannya, banyak pertanyaan dalam diri Alan terkait kekuatan anehnya ini. Terutama darimana semua ini berasal. Dari keluarganya? mungkin, tapi bahkan ia tidak tau siapa keluarganya yang sebenarnya. Yang ia tau keluarganya adalah mereka di panti asuhan. Alan besar di lingkungan panti sejak ia masih bayi. Tidak ada peninggalan apapun dari orang tuanya saat ia di temukan di menangis di depan pintu panti di malam yang dingin, kecuali sebuah syal. Sebuah syal berwarna putih, yang dulu menyelimuti tubuh bayinya.

Tidak ada siapapun orang yang dapat ia berikan pertanyaan, kecuali satu ... dirinya sendiri.

"Aku yang ingin tau, berarti aku yang butuh tau. Maka aku sendiri yang akan mencari tau."

Pertemuan dengan Shierra, perempuan Assasin Putih pemegang busur panah semalam seolah memberinya kepingan kecil dari sekian banyak kepingan puzzle jati diri Alan. Perempuan itu pasti bisa memberikan sedikit banyak informasi tentang jati diri Alan. Sayangnya untuk mengetahui semua itu darinya, tidaklah gratis. Dan Alan sudah sudah menolak tawarannya itu, Alan tidak terlalu bodoh untuk bergabung dengan kelompok pembunuh itu bahkan untuk sebuah informasi besar tentang dirinya.

*(flashback malam kunjungan untuk Alan)

-Pukul 23.50 .

Alan duduk bersila di atas lantai, matanya terpejam tapi tidak dengan kesadarannya. Meditasi tidak mengurangi ketajaman kepekaan insting Alan untuk menyadari kehadiran di depannya. Tidak perlu membuka mata, Alan sudah mengenali hawa kehadiran ini. Hawa kehadiran yang selama ini tidak Alan rasakan dari setiap orang yang ditemuinya, kecuali dari satu orang yang ia temui beberapa waktu lalu. Hawa kehadirannya tipis sekali, tapi bagi kepekaan insting Alan yang luar biasa, setipis apapun hawa kehadirannya tidak bisa lolos tanpa sepengetahuan Alan.

"Bukankah tidak bagus seorang perempuan berkeliaran tengah malam? Apalagi masuk ke dalam kamar kos laki laki. Astaga ..."

"Kau bisa mengetahui keberadaanku?. Kepekaan panca indera yang luar biasa, jadi itu salah satu alasan Master Ero tertarik kepadamu." Sosok tidak terlihat yang masih menyembunyikan dirinya itu tidak marah dengan ucapan Alan, bahkan suaranya justru terdengar sangat lembut dan ramah.

Alan membuka matanya perlahan, dan ia tidak melihat siapa siapa di depannya. Tapi ia jelas merasakan sosok itu berdiri satu setengah langkah di depan ia duduk bersila.

"Apa tidak ada jam lain untuk bertamu?"

tanya Alan dingin. Instingnya tidak merasakan adanya ancaman, tapi kewaspadaan Alan tidak ia turunkan sedikitpun.

"Namaku Shierra Arrowen, maaf telah mengganggu malammu. Tapi memang tidak ada jam lain lagi untuk kunjungan ini," kata sosok tidak terlihat itu dengan lembut.

Merasa tidak perlu lagi menggunakan mode transparan, Shierra memutuskan menunjukan dirinya. Dan nampaklah dimata Alan, wujud sosok perempuan menggunakan jubah berkerudung berwarna putih.

Alan tidak mau menipu dirinya sendiri. Pak Suyat, atau yang biasa orang orang sapa Uncle Suy meskipun Alan tidak banyak mengenal beliau tapi kakek tua itu yang telah menyelamatkannya. Dan malah kakek tua itu sendiri yang sekarang tewas terbunuh, dan pembunuhnya ... besar kemungkinan sosok perempuan didepannya ini salah satunya. "Syukurlah kita bisa bertemu lagi, tanpa aku harus mencari kalian." Salah satu sudut bibir Alan terangkat.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih, terutama untuk temanmu. Berkat dia menyerangku hari itu, kekuatan es milikku ... aku merasakan kekuatannya bertambah besar."

Suhu ruangan berukuran 3X4 itu tiba tiba turun drastis, bersamaan dengan butir salju yang berguguran. Seluruh sisi ruangan itu tiba tiba saja sudah berlapis es, di langit langitnya ... batang batang es berbentuk kerucut dengan ujung runcing tajam tampak berkilauan seakan sudah siap jatuh menghujam yang dibawahnya.

"Sepertinya Licht sudah membuka beberapa kunci dialiran darah anak ini, tampaknya memang belum seluruh kuncianya terbuka tapi ... dengan sedikit usaha kecil anak ini bisa menjadi sangat kuat. Aku mulai mengerti alasan Master Ero menginginkan anak ini," gumam Shierra di dalam hatinya.

Jauh diluar perkiraan Alan, reaksi yang ditunjukan sosok didepannya tidak seperti yang Alan pikirkan. Shierra, tangan kanannya bergerak pelan keatas, ujung atas cadar putihnya ia tarik ke bawah. Ia juga menarik kerudung yang menutupi kepalanya ke belakang. Cantik. Alan tidak mau berdusta dengan fakta itu, wajah yang selama ini tertutup cadar dan kerudung putih ini untuk sesaat berhasil membuat Alan terpesona. Matanya sipit, hidung mancung, kulitnya putih bersih, seperti artis Korea saja. Tapi fakta lain bahwa ia adalah sosok pembunuh langsung menghapus paras cantiknya dari mata Alan.

Shierra tersenyum manis. "Namaku Shierra Arrowen, salah satu jemari Master Ero."

Alan diam menatap sosok didepannya, ia tidak mengerti apa maksud perempuan itu. Yang Alan ingat dari pertemuan dengan mereka sebelumnya, mereka adalah pembunuh yang melakukan aksinya secara sembunyi-sembunyi, wajah mereka bahkan tertutup, identitas mereka juga tertutup rapat. Bahkan jika ada saksi yang melihat aksi mereka, akan langsung di bunuh. Tapi kenapa dirinya masih hidup sampai sekarang, bukankah tidak akan sulit membunuh dirinya dengan kekuatan mereka. Uncle Suy terbunuh juga pasti karena alasan itu. Lalu kenapa perempuan itu malah datang dan membuka identitasnya, apa maksudnya?. Tapi sepertinya pertanyaan itu akan segera terjawab.

"Interior yang luarbiasa. Kehebatan klan Ez memang tidak perlu dipertanyakan," ucap Shierra dengan wajah kagum.

Shierra membuang napas pelan. "Aku dulu sering merasa iri dengan kalian yang terlahir dengan bakat kekuatan, lahir dari klan klan elite .... Kalian dipuja puja, walaupun tinggal nama. Aku iri, juga benci, aku tidak membenci para pemegang bakat kekuatan. Tapi aku membenci takdir ini, semua berjalan begitu menyakitkan. Mereka ... kakek nenek mereka dipuja puja sebagai pahlawan yang memenangkan perang Langit Merah , dan telah mengakhiri era para iblis. Tapi, mereka tidak lebih dari kekek-nenek yang buta, mereka tidak bisa melihat iblis yang sebenar benarnya. Siapa ras perusak yang sebenarnya, apa iblis selalu bertanduk dan malaikat selalu yang bersayap?"

"Apa sebenarnya tujuanmu?, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Alan menatap tajam perempuan didepannya, Alan sudah bangkit berdiri berhadap-hadapan dengan sosoknya.

Tapi Shierra tetap melanjutkan kalimat panjangnya dengan santai, tidak peduli apakah pendengarnya mengerti atau tidak yang ia katakan.

" Dunia mengira setelah hilangnya Klan Iblis semua akan berjalan damai dan lebih baik. Negara Langit, Negara Raja Matahari, Negara Lonara, Negara Petir, bahkan Negara Tanah Bintang (negeri Klan Dewa), adalah negara negara besar penyokong perang Langit Merah. Melenyapkan Klan Iblis demi kedamaian semesta, itulah omong kosong yang mereka katakan pada masa itu. Negara negara kecil berhasil mereka hasut, dan terbentuklah Aliansi Pedang Semesta. Semua negara bersatu, kecuali Negara Tanah Bintang yang merupakan salah satu penyokong perang justru menolak turut andil dalam perang. Dan ratusan juta manusia terkumpul, terbagi dalam beberapa titik penyerbuan. Benua Barat, dataran luas yang hanya dikuasai satu klan, Klan Iblis. Para pemilik bakat kekuatan dari klan klan elit bersiap mengeluarkan kekuatannya, dan pasukan lainnya bersiap dengan pedang, tombak, dan busur panah mereka. Semangat mereka berkobar kobar di bawah janji janji manis tentang kedamaian anak cucu mereka di masa depan. Dan selanjutnya sudah bisa ditebak ... perang besar pecah. Perang besar yang kemudian dikenal dengan nama ... Perang Langit Merah. Perang yang merenggut tujuh puluh persen dari total pasukan Aliansi Pedang Semesta. Klan Iblis dengan kekuatannya yang diluar nalar manusia, jauh mengungguli peperangan. Namun begitu, Klan Iblis belum bisa mengibarkan bendera kemenangan. Tiga puluh persen sisa pasukan aliansi yang tersisa benar benar sulit ditaklukan. Bukan tanpa alasan Klan Iblis belum bisa mengalahkan seluruh pasukan aliansi. Adalah karena mereka, pemegang pusaka suci, jumlahnya delapan kala itu. Delapan senjata pusaka dengan kekuatan maha dahsyat.

Pemegang pusaka suci, mereka adalah orang orang terpilih dari penjuru dunia, dari berbagai semesta. Mereka berdelapan dengan kekuatan pusaka suci bahkan hampir mampu membalik keadaan. Namun semua kembali berubah ketika Raja Iblis beserta para petinggi Klan Iblis yang semula hanya duduk manis di kastil memutuskan ikut bergabung. Delapan pemegang suci bertarung mati matian melawan Klan Iblis yang baru saja menunjukan kekuatan mereka yang sebenarnya. Pangeran Tatal, anak pertama raja iblis

melepaskan kekuatannya yang tersegel. Ia berubah menjadi raksasa setinggi seratus meter. Ia mampu menggunakan kekuatan langit, kekuatannya bahkan melampaui Klan Dewa, ia mampu menjatuhkan meteor, mendatangkan gempa, badai, dan tsunami disaat bersamaan. Pasukan Aliansi dibantai habis dalam satu serangan, menyisakan beberapa ratus yang masih bertahan. Mereka adalah para pemilik bakat kekuatan dan para pemegang pusaka suci. Sadar dengan hilangnya kemungkinan menang, akhirnya sebuah keputusan besar dibuat. Pertama mereka harus menghentikan raksasa Tatal, dan itulah yang membuat kami cukup terkejut saat pertama melihatmu...."

Alan yang semula acuh mulai serius mendengarkan, terutama saat Shierra berhenti dan membuat ceritanya menggantung. Dan sekarang Shierra justru tiba tiba menatap Alan cukup dalam.

"Kau tau bagaimana cara mereka menghentikan raksasa Tatal?" tanya Shierra.

"Mana aku tau," jawab Alan pura pura tidak peduli, namun sebenarnya ia sangat penasaran dengan lanjutan ceritanya.

Shierra menarik napas sedikit panjang lalu melanjutkan ceritanya. "Keputusan dibuat, dengan sedikit bantuan dari pemegang pusaka suci. Sebuah klan berhasil menghentikan amukan raksasa Tatal, nama klan itu adalah ... Klan Ez. Dengan kekuatan es tertinggi mereka Pembekuan Mutlak."

Suasana di kamar berukuran 3X4 yang berlapis es itu senyap seketika tepat saat Shierra menyelesaikan kalimatnya. Shierra berhasil membuat Alan terpancing.

"Teknik Pembekuan Mutlak, teknik pembekuan tertinggi sekaligus terkuat milik Klan Ez. Bahkan iblis sekuat Pangeran Tatal pun tidak bisa berkutik, ia membeku dalam bongkahan es abadi. Sayangnya, menggunakan teknik tingkat tinggi tersebut kepada raksasa setinggi seratus meter memakan banyak energi mereka. Tapi demi meraih kemenangan, nyawapun dikesampingkan. Klan Ez mengorbankan nyawa mereka demi keberhasilan teknik Pembekuan Mutlak .... Aha! melihat dari reaksimu sekarang aku tau, kau baru pertama kali mendengar cerita tentang leluhurmu bukan?"

Shierra menyipitkan matanya, Alan tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresinya. Sudah lama ia penasaran dengan jati dirinya, siapa dia sebenarnya, kenapa dia mempunyai kekuatan aneh ini, semua itu adalah pertanyaan yang terus ia cari jawabannya. Sekarang seseorang datang memberi sebuah kepingan jawaban atas pertanyaannya, Alan ingin tau lebih banyak lagi dari mulut perempuan di hadapannya. Tentang benar atau tidaknya yang ia katakan, Alan tidak peduli, rasa penasaran akan jawaban telah menguasai diri Alan.

"Klan Ez, salah satu klan elit, pemilik kekuatan manipulasi air dan kekuatan pembeku. Bersama dengan Klan Halilintar, keduanya adalah dua klan terbesar di Negara Atmoz (sekarang Negara Petir)." Shierra kembali menghentikan kalimatnya, sengaja demi melihat raut Alan yang seperti dugaannya, Alan memang tidak mengetahui jati diri dan siapa leluhurnya.

"Kau benar!" kata Alan tiba tiba.

Bahkan Shierra sedikit terkejut dengan fakta yang sebenarnya ia sudah tau sejak awal, tapi ia sedikit terkejut Alan mengakuinya.

Shierra diam menunggu, bibir Alan bergerak pelan, pertanda ia akan mengatakan kalimat lanjutan.

"Aku memang tidak tau siapa aku sebenarnya, aku juga tidak tau apa apa tentang kekuatanku ini. Dan semua yang kau ceritakan itu ... aku tidak tau itu benar atau hanya karanganmu saja. Tapi ...-"

Alan masih menunduk dengan kalimatnya menggantung, ia menarik napas cukup dalam sebelum akhirnya melanjutkan.

"AKU MOHON JIKA KAU TAU SEDIKIT ATAU BANYAK TENTANG ASAL USULKU ... TOLONG BERITAHU AKU!" kata Alan dengan nada tinggi, matanya sedikit berkaca kaca.

"Memberitahumu tentang Klan Ez, sama saja dengan mengupas kulit yang membungkus sejarah lama, dan itu akan memakan banyak waktu. Dengarkan aku, waktuku menemuimu sekarang tidak banyak. Tapi tenang, kau akan memiliki semua waktu untuk mengetahui tentang Klanmu, mendengarnya langsung dari orang yang lebih tau. "

Alan masih menatap perempuan didepannya. "Apa maksudmu?" Begitu maksud tatapan Alan.

"Namaku Shierra Arrowen, Assasin Putih Jemari Master Ero. Sebagai anggota Assasin Putih, identitas adalah sesuatu yang sangat kami rahasiakan. Hanya ada dua keadaan dimana seseorang diberitahukan tentang identitas kami .... pertama dia adalah kawan dan kedua, dia akan mati."

Alan bagai tersiram air di wajahnya, ia kembali tersadar siapa orang yang kini berdiri dihadapannya, dia bukan orang yang akan tulus berbaik hati memberikan semua informasi yang Alan butuhkan.

Shierra mengulurkan tangannya. "Bergabunglah dengan kami, jadilah pelengkap dengan menjadi jemari ke lima Master Ero."

***

(flashback end')

Alan membuang jauh kalimat itu dari otaknya, ia tidak mau bergabung dengan mereka. Sekalipun itu demi mengetahui tentang asal usulnya.

Pertemuannya tengah malam itu, Alan menemukan beberapa poin penting. Poin pertama tentang keselamatannya, jika bukan kawan ia adalah lawan yang akan dihabisi. Itu artinya tidak menunggu waktu lama lagi ia akan bertemu lagi dengan orang orang itu. Dan kedua, adalah peringatan Shierra tentang seseorang yang baru Alan mendengar julukannya sudah membuat esnya mencair. Nou si Kelabu Pembantai. Dan ketiga tentang Klan Es, ia tidak tau apa yang didengarnya dari Shierra benar atau hanya karangannya saja untuk merayu Alan agar mau bergabung dengan Jemari Master Ero. Tapi untuk saat ini, keselamatannya adalah prioritasnya. Ia harus tetap hidup untuk mengetahui asal usulnya, siapa orangtuanya, apakah mereka masih hidup. Tapi sayang masih sangat jauh bagi Alan untuk mengetahui tentang orangtua kandungnya.

********