webnovel

Beautiful Mate

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Jasmine_JJ · Fantasy
Not enough ratings
84 Chs

Perjodohan

"Maafkan aku jika telah membuat suasana hatimu mungkin memburuk. Aku adalah Avery, istri Dom," jawab Avery.

Hening sejenak setelah Avery membalas ucapan Ariana. Setelahnya, Ariana kemudian tersenyum dan tertawa ramah. "Oh, Luna, aku hanya begitu terkejut karena kedatanganmu yang tiba-tiba. Dan tentu saja suasana hatiku memburuk. Bagaimana bisa Dom tak menghubungiku dan mengatakan apapun mengenai mate-nya?! Bibi, sudahkah kau memarahinya?!" rajuk Ariana yang kemudian membuat wajah cemberut yang manis.

Dorothy dan Miriam kemudian tampak mengembuskan napasnya dengan lega. Mereka kembali tersenyum setelah melihat tawa yang mengembang di wajah Ariana. Mereka terlihat lega karena mungkin sebelumnya mengira Ariana akan murka atau semacamnya.

Ariana kemudian dengan manja memeluk Dorothy dan menempel padanya. Avery tahu mungkin ia memang telah akrab dengan keluarga Dom, tetapi ... walau gadis itu tersenyum, entah mengapa ia tetap merasakan ada sesuatu yang ... aneh.

"Hai, Avery, kau sangat cantik ... perkenalkan aku adalah Ariana, sahabat Dom," ucapnya kemudian dengan senyum ramahnya.

Avery balas tersenyum. "Hai, senang bertemu denganmu, Ariana," balas Avery.

"Oh, Bibi Dorothy, bukankah ini mantel khusus yang Dom buatkan hanya untukmu dan aku untuk perayaan ulang tahunku tempo lalu?" ucap Ariana tiba-tiba sambil mengusap mantel Avery dengan ceria. Tatapannya berfokus pada mantel itu.

"Benar, Ariana," jawab Dorothy.

"Oh, Bibi, mantel ini terlihat sangat imut dan menggemaskan di tubuh mungil Avery," ucapnya sambil bersikap manis seolah iri dengan apa yang dikatakannya.

"Ah, benarkah itu? Terlihat cantik, bukan? Avery memang cocok mengenakan ini. Kurasa putri cantikku ini akan cocok menggunakan apapun," balas Dorothy berbangga hati sambil menghampiri Avery dan memeluknya dengan sayang.

Ariana yang menangkap itu kemudian beralih di sisi Dorothy dan bergelayut pada lengannya lagi. "Bibi ... jika kau hanya menganggap Avery satu-satunya putrimu, lalu aku apa?" ucapnya lagi dengan cemberut yang dibuat-buat.

"Oh, Ariana ... hentikan bersikap kekanak-kanakan seperti itu," tegur Miriam. "Mari Dorothy, Avery sebaiknya kita masuk saja." Avery tersenyum dan mengangguk sembari mengikuti Miriam.

Kunjungan dan obrolan yang yang penuh tawa antara Dorothy dan Miriam akhirnya harus berakhir setelah sore menjelang. Selama mereka di sana, Avery banyak tersenyum dan hanya menanggapi yang ia tahu. Selebihnya ia diarahkan Ariana pada sebuah taman untuk berbicara berdua.

Avery masih ingat ketika mereka berdua, Ariana lebih banyak membicarakan tentang dirinya sendiri dan Dom. Oke, ia memang begitu ramah bertanya padanya tentang hubungannya dengan Dom, tetapi setelahnya ia lalu akan menceritakan sendiri hubungan akrabnya dengan Dom bahkan tanpa Avery bertanya padanya. Ia seolah tak ingin kalah dan ingin menunjukkan betapa dekatnya dirinya dengan Dom.

"Aku dan Dom begitu dekat," ucapnya beberapa jam lalu ketika mereka sedang berdua.

"Benarkah? Dom pasti senang memilikimu sebagai sahabat atau mungkin ia sudah menganggapmu sebagai saudarinya sendiri," timpal Avery.

"No, Avery," balasnya. "Taukah kau, Dom adalah pasangan yang orangtuaku janjikan padaku?" Raut serius seketika Ariana pasang di wajahnya saat mereka hanya sedang berdua. "Kami dijodohkan dari kecil, jika kau ingin tahu itu," lanjutnya lagi.

Tentu saja aku tidak ingin tahu! Batin Avery saat itu.

"Avery, kau juga tahu jika Alpha dapat berpasangan dengan shewolf lainnya selain Luna-nya sendiri, bukan? Terlebih lagi kau belum Dom tandai sepenuhnya." Ariana menatap Avery dengan tatapan dalam. "Kau belumlah resmi menjadi Luna."

"Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya yang ingin kau katakan?" ucap Avery karena menangkap tatapan permusuhan darinya.

"Baik, aku akan katakan saja. Aku menyukai Dom, dan aku berencana untuk menjadi pasangannya. Terlepas ia telah memiliki Luna-nya sendiri ataupun tidak," tegas Ariana.

Avery mengembuskan napasnya dan berbalik menatap Ariana dengan tegas pula. "Kau tak dapat memutuskan sendiri. Bagaimana bisa kau mendapatkannya jika hanya kau yang mencintainya? Dan apakah kau pernah bertanya pada Dom juga bagaimana perasaannya tentangmu?" jawab Avery.

Ariana mengerutkan alisnya dan menatap tak suka pada Avery. "Jangan kau kira hubungan kami begitu dangkal! Bagi Dom, aku adalah spesial!" protesnya.

"Begitu juga diriku," jawab Avery dengan tenang.

Avery kemudian meninggalkan Ariana dan kembali bergabung pada Dorothy dan Miriam lagi sebelum akhirnya mereka memutiskan untuk berpamitan pulang.

Avery sedikit heran dengan perubahan sikap Ariana saat di depan Dorothy dan Miriam. Ia seperti otomatis menjadi gadis manis, ceria, dan menyenangkan dengan senyum malaikatnya yang cerah, yang seolah mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Tapi ... Avery tak dapat tertipu olehnya. Oleh Ariana yang tampak bermuka dua.

"Mom, benarkah kalian menjodohkan Ariana dan Dom ketika mereka masih kecil?" tanya Avery tiba-tiba setelah mereka berada di dalam kereta kuda, di perjalanan pulang.

Dorothy tampak terkejut dan mengerjap. Ia sedikit gugup karena tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Ia tampak panik sebelum akhirnya menjawab. "Dari mana kau mendengar itu, Sayang?" tanyanya was-was.

"Ariana," jawab Avery singkat.

****

Sesampainya ....

"Aku telah menunggumu, Sayang. Mari kita bersiap untuk makan malam," sambut Dom ketika Avery dan Dorothy masuk ke dalam ruang tamu mansion yang megah itu.

"Bagaimana penjelajahanmu hari ini, Sayang?" tanya Dom sambil menghampiri dan mencium lembut bibir Avery.

"Menyenangkan," jawab Avery. Tapi lalu kemudian ia berkata lagi dalam hati melalui telepatinya dengan Dom.

Kecuali bagian Ariana, tentu saja. Ucapnya di dalam hati. Dom seketika menegang dan menatap Avery dengan raut penuh tanya.

"Mom, apakah penjelajahan kalian menyenangkan?" tanya Dom kemudian pada Dorothy, hanya sekadar untuk memastikan sesuatu.

"Tentu saja, menyenangkan!" balas Dorothy.

"Mom, izinkan aku untuk membersihkan diriku sebelum makan malam dimulai," ucap Avery undur diri.

"Tentu, tentu Sayang. Jika kau lelah, aku akan memerintahkan membawa hidangan ke dalam kamar kalian," balas Dorothy.

"Terima kasih, Mom," jawab Avery sambil beranjak menaiki tangga.

"Itu ide yang bagus, Mom. Kalau begitu, aku dan Avery akan makan malam di dalam kamar malam ini," ucap Dom sambil mencium pipi Dorothy.

"Benarkah? O ... oke, baiklah," jawab Dorothy. Ia sedikit tampak heran dengan ketergesaan Dom.

Dom yang bergegas menjajari langkah Avery yang sedang meniti tangga, mulai memasang raut was-was. Ia tahu, membiarkan Avery berkunjung menemui Ariana adalah ide yang buruk.

"Seriously?! Sayang ... apa kau akan mengabaikanku?" tanyanya seolah tak percaya. Karena sebelumnya telah berkali-kali Dom mencoba berkomunikasi lewat telepati dengan wanita yang sedang bermuka masam itu, tetapi Avery sama sekali tak menanggapinya.

"Aku lelah, aku ingin berendam dengan air hangat," ucap Avery.

Wajah Dom kemudian berseri dan berbinar. "Jika begitu, aku akan menggosok punggungmu, oke?" ucapnya sambil tersenyum penuh arti. Dom kemudian bahkan mulai membantu Avery untuk melepaskan mantel bulunya dan meletakkannya di gantungan sudut ruangan.

Tanpa disuruh lagi, Dom mulai melepaskan kancing baju terusan Avery satu demi satu, sementara Avery sendiri sedang berjuang untuk melepas kedua sepatu bootnya.

Kancing terusan Avery yang terletak di belakang memudahkan Dom untuk sedikit memelorotkan baju itu hingga kedua bahu mulus Avery telah terekspos. Dom kemudian mencium salah satu bahu Avery dan memeluknya dari belakang.

"Oh, Sayang ... katakan sesuatu padaku. Aku tak akan tahan dengan sikap dinginmu ini, please ...," ucapnya sambil mengecup leher, tulang selangka, maupun bahu Avery lagi. Apapun yang ia dapat raih dengan bibirnya, ia akan mengecupnya.

Avery kemudian mengembuskan napasnya sebelum akhirnya berbalik untuk menatap Dom. "Apakah benar semenjak kecil kau dan Ariana telah dijodohkan?" tanya Avery terang-terangan.

Dom sejenak membeku. Ia lalu meraih dagu Avery dan berbisik padanya. "Ternyata itu yang mengganggumu, Sayang?" ucapnya akhirnya mengerti alasan aksi dingin Avery kepadanya.

____****____