webnovel

PERTEMUAN YANG MEMALUKAN

"Yang, hari ini kamu ditemani Bik Siti ya, soalnya aku ada pekerjaan penting di kantor", kata Kevin sambil menyuap makanannya. Ia bersama Jessie sedang sarapan bersama di ruang makan. Jessie melirik Bik Siti di ruang dapur. Perempuan berumur sekitar setengah abad terlihat sedang membersihkan meja dapur. Biasanya Bik Siti hanya datang untuk membersihkan rumah Kevin, setelah selesai ia akan segera pulang. Tetapi untuk hari ini dan beberapa hari kedepan Bik Siti diminta Kevin untuk menemani Jessie sampai dia pulang kantor.

"Hmm", jawab Jessie. Sebenarnya ai merasa bosan di rumah terus.

"Kalau ada apa-apa kamu cepat hubungi aku.Dan untuk sementara kamu di rumah saja, jangan keluar rumah dulu. Besok kita ke rumah sakit untuk kontrol dan buka perbanmu", kata Kevin penuh kekhawatiran. Kalau bukan karena ada pekerjaan penting, Kevin akan menemani Jessie di rumah.

Jessie memang belum diperbolehkan buka perban di kepalanya, tapi untuk gips di kakinya sudah dibuka, sebenarnya ia dianjurkan untuk memakai tongkat namun ia malas dan merepotkan. Jadi ia tidak memakainya, karena memang ia merasa sudah tidak sakit lagi.

"Oke. Aku sudah pulih, jangan terlalu mengkhawatirkanku. Kamu urus saja pekerjaanmu", kata Jessie dengan senyum lebarnya. Ia ingin menunjukan ke Kevin bahwa ia sudah pulih.

Lima belas menit kemudian Kevin telah berada di dalam mobil menuju kantor, sedangkan Jessie telah berpindah tempat dari meja makan ke ruang tv. Ia merebahkan dirinya di sofa sambil melihat acara tv. Sedangkan Bik Siti entah kemana. Tapi yang pasti ia masih di salah satu ruangan di rumah ini. Karena salah satu pesab Kevin, Bik Siti tidak boleh meninggalkan Jessie sendiria.

Hampir setengah hari ia merebahkan diri di sofa itu. Ia mulai merasakan kebosanan. Ia berjalan ke kamarnya karena merasakan tidak nyaman di area kewanitaannya, kemudian masuk ke kamar mandi. Ternyata tamu bulanannya datang lebih awal. Jika sesuai jadwal tamu bulananya akan datang seminggu lagi. Ia membongkar tas bajunya, untuk mencari pembalut, namun ia tidak menemukannya, kemudian ia keluar kamar untuk mencari Bik Siti. Ia melihat Bik Siti sedang membersihkan kaca di balkon, lalu mendekatinya.

"Bik, boleh minta tolong?", tanya Jessie. Seketika Bik Siti mengehentikan pekerjaannya dan mendekat ke arah Jessie.

"Boleh Non. Mau minta tolong apa?".

"Mau minta tolong Bibik untuk pergi ke swalayan di ujung. Belikan aku beberapa barang, ini catatannya". Jessie menyerahkan kertas kecil berisi catatan belanja dan beberapan lembar uang ratusan ribu.

"Baik Non. Tapi kalau ada apa-apa segera hubungi Bibik ya, karena Tuan Kevin melarang saya meninggalkan nona. Nomor bibik ada ditempel di kulkas dapur", kata Bik Siti. Ia takut jika Kevin mengetahui dirinya meninggalkan Jessie sendirian di rumah. Tapi di sisi lain ia juga tidak mau mengecewakan Jessie. Karena ia melihat Jessie bukan seperti nona-nona kaya yang angkuh dan sombong.

"Baiklah Bik. Aku akan baik-baik saja. Lagian swalayannya juga tidak jauh, jadi bibik juga tidak akan lama. Aku juga tidak akan bilang ke Kevin". Jessie tersenyum. Ia melihat ketakutan di raut wajah Bik Siti.

Bik Siti beranjak pergi, dan menghilang di balik pintu. Sedangkan Jessie kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah dua puluh menit ia membersihkan diri di kamar mandi, Jessie duduk di tepi ranjang sambil memainkan HPnya, dengan masih memakai handuk yang melilit tubuhnya.Ia melihat pesan dari Diandra yang menanyakan keadaannya. Diandra belum bisa mengunjungi Jessie di apartemen Kevin karena ia sedang ada pekerjaan di luar kota. Ia segera membalas pesan Diandra untuk tidak mengkhawatirkannya karena pangeran tampannya selalu menjaganya dengan sangat baik.

"Tut, tut, tut, tut, tut", suara kode pintu ditekan dan diiringi suara pintu terbuka. Jessie segera beranjak keluar kamar, ingin mengambil pembalut pesanannya.

"Bik, da... ",suara Jessie terputus.

"Deg". Jantungnya serasa berhenti berdetak. Seorang wanita paruh baya yang menggunakan dress span selutut dengan motif bunga sakura berdiri di depan pintu. Ia nampak terkejut melihat wanita muda dengan hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Ia menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

Jessie yang diperhatikan dengan curiga seketika menciut nyalia.

"Kamu siapa?", tanya wanita itu dengan tatapan penuh selidik.

"Saya Jessie tante", jawab Jessie dengan malu. Ia menundukan kepala tidak berani memandang wanita itu.

"Pakai bajumu dulu, baru kita bicara". Wanita itu meninggalkan Jessie menuju ruang tamu.

Jessie segera masuk ke kamarnya dan memakai baju. Perasaannya sangat tidak karuan, malu dan takut bercampur jadi satu. Ia pun tidak mengenal wanita itu, hanya saja dari sorotan matanya, ia adalah bukan wanita sembarangan.

Secepat kilat ia menemui wanita itu di ruang tamu. Ia berdiri di depan wanita itu dan tertunduk malu.

"Duduklah. Bukankah kita harus bicara?". Wanita itu mempersilahkan Jessie duduk di depannya.

Jessie mendudukan pantatnya di depan wanita itu. Sofa itu sebenarnya sangat empuk karena kualitas premium, tapi entah mengapa sofa itu terasa panas dan menyakitkan bagi Jessie. Ia serasa ingin segera beranjak dari tempat itu tapi diurungkanya. Ia tidak ingin berlari dari kenyataan dihadapannya sekarang ini.

"Bisakah kamu perkenalkan diri dan apa hubunganmu dengan Kevin, anakku?", tanya wanita itu dengan tenang. Tapi tatapanya tidak lepas dari Jessie.

Jessie mengangkat pandangannya. Ia sedikit terkejut mendengar pengakuan wanita itu bahwa dia adalah ibu dari Kevin, Larasati Ginanjar, putri tertua mantan perdana menteri. Ia menarik nafas dalam, mencoba menenangkan dirinya.

Ia beranjak berdiri dan membungkuk hormat ke arah ibu Kevin. "Perkenalkan tante, nama saya Jessie Chole. Sa... sa.. saya mencintai putra tante, Kevin", kata Jessie terbata. Jessie merasa diguyur lava dingin yang membuatnya membeku.

Ibu Kevin mengernyitkan keningnya". Kamu kekasih Kevin? Apakah kalian tinggal bersama?", selidik ibu Kevin.

"Ti.. tidak tante. Bukan begitu. Beberapa waktu yang lalu saya mengalami kecelakaan. Untuk sementara Kevin menyuruh saya tinggal disini dulu sampai kondisi saya membaik karena di rumah saya tinggal sendirian sedangkan disini ada Bik Siti". Jessie berusaha menjelaskan kondisi yang ada. "Saya mohon maaf tante, jika tadi saya tidak sopan dan dalam kondisi yang memalukan", kata Jessie dengan rasa bersalah.

"Hmm, baiklah. Berikan nomor telponmu". Ibu Kevin mengulurkan HPnya kepada Jessie.

Jessie mengambilnya dan mengetik nomor HPnya.

"Nanti aku hubungi kamu lagi. Dan tolong rahasiakan kedatanganku kesini hari ini dari Kevin". Ibu Kevin berdiri dan berjalan pergi.

"Baik tante". Jessie mengikuti Ibu Kevin hingga di depan pintu. Ketika Ibu Kevin menghilang di balik pintu, Jessie baru bernafas dengan lega. Seperti baru terlepas dari terkaman harimau.