webnovel

AKU MENCINTAINYA TANPA SYARAT

Seperti janjinya, Jessie tidak memberitahukan kedatangan ibu Kevin kepada Kevin. Walaupun begitu, perasaanya menjadi tidak enak. Ia menjadi was-was karena Ibu Kevin meminta nomor HPnya. Ia takut Ibu Kevin akan mengintimindasinya.

Ketika pulang dari kantor, Kevin menemukan Jessie terlelap di sofa balkon. Udara malam yang berhembus sejuk membuat Jessie terlelap tanpa menyadari kedatangan Kevin. Kevin mendekati Jessie kemudian menyentuh lembut pundaknya.

"Sayang kenapa tidur disini?".

Jessie beringsut duduk dan mengucek matanya melihat sosok yang duduk di depannya. "Kamu sudah pulang? Sudah makan belum?".

Kevin menggelengkan kepala sambil mengusap lembut puncak kepala Jessie.

"Makan yuk, aku tadi udah masak sama Bik Siti. Kamu mandi dulu dan aku siapkan makanannya", kata Jessie.

"Hhm baiklah". Kevin masuk dan menggandeng tangan Jessie.

Jessie menyiapkan makanan di dapur, hanya tinggal memanaskanya saja. Bik Siti sudah ia suruh pulang karena Kevin sudah pulang. Setelah selesai menyiapkan makanan, Jessie menunggu Kevin sambil nonton TV.

Tak berapa lama Kevin sudah kembali. Ia sudah mengganti baju kerjanya dengan kaos warna abu dan celana hitam pendek selutut. Rambutnya masih terlihat basah dan sedikit acak. Sungguh penampilannya berbeda dengan yang biasa ia lihat ketika bekerja. Sesaat ia terpesona dengan penampilan Kevin. Susah payah ia menelan ludahnya dan segera ia mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin Kevin melihatnya tersipu malu.

"Makan yuk, dah lapar ni", ajak Kevin sambil memegang perutnya.

Jessie mengangguk dan mengikuti Kevin dari belakang, dan kemudian duduk di samping Kevin. Ia mulai mengambilkan makanan Kevin ke piring.

"Makanlah", kata Jessie sambil memandangi Kevin yang mulai mengunyah makanannya.

"Hmm, enak sekali. Kamu memang pandai masak ya, buat aku makin cinta deh", ucap Kevin sambil tersenyum dan mengusap kepala Jessie.

"Terimakasih". Jessie tersipu malu mendengar pujian Kevin.

"Sebentar lagi ada dr. Ivan akan datang, perban di kepalamu sudah bisa dibuka", kata Kevin tanpa mengalihkan pandangan.

Jessie terdiam. Ia sedang mencari sebuah alasan agar Kevin memperbolehkannya keluar rumah. Beberapa waktu yang lalu Ibu Kevin mengirimkan pesan bahwa besok ingin menemuinya di sebuah restoran. Dan ia berpesan tidak boleh sampai Kevin tahu.

"Vin, besok aku ke apartemenku sebentar ya, ada barang yang harus aku ambil", kata Jessie sambil pura-pura makan.

"Apa perlu aku yang ambilkan".Kevin menawarkan bantuan.

"Tidak perlu. Ini barang pribadi dan hanya aku yang tahu tempatnya".

"Oke, tapi tidak usah lama-lama dan kamu harus hati-hati karena kamu belum sepenuhnya pulih".

"Kamu tenang. Aku bisa menjaga diriku sendiri". Jessie bernafas lega karena Kevin tidak mencurigainya. Sebenarnya ia takut harus bertemu dengan Ibu Kevin. Ia tidak tahu apa maksud dari pertemuan itu.

------------------------------------------

Semalaman Jessie tidak bisa tidur nyenyak, ia kefikiran tentang pertemuannya dengan Ibu Kevin hari ini. Ia tidak tahu rencana Ibu Kevin mengenai pertemuannya kali ini. Ia takut Ibu Kevin tidak menyetujui hubungannya dengan Kevin. Apalagi pertemuan pertama kemarin pasti meninggalkan kesan yang buruk. Seorang wanita hanya mengenakan handuk di rumah seorang pria. Ahh, fikiran Jessie mendadak menjadi kalut. Pokoknya Jessie bertekat dalam hati jika orang tua Kevin tidak menyetujui hubungannya dengan Kevin, ia akan tetap berjuang hingga mendapat restu mereka.

Jessie telah sampai di alamat restoran tempat janjian bertemu dengan Ibu Kevin. Ia melihat sebuah bangunan khas china. Ia menemui seorang pelayanan dan menanyakan reservasi atas nama Ibu Larasati Ginanjar. Pelayan itu mengantarkannya pada sebuah ruangan VVIP, kemudian meninggalkannya.

Jessie menghela nafas yang dalam sebelum mengetuk pintu itu dan juga ia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

"Tok, tok, tok". Suara ketukan pintu.

"Masuk". Kata suara dari dalam ruangan.

Jessi mendorong pintu sampai terbuka. Ia tiba-tiba menjadi gugup, badanya dingin seperti diguyur lava dingin. Ia melihat seorang pria setengah baya bersama ibu Kevin. Dan didepan meja telah terhidang berbagai macam makanan.

Jessie membungkuk hormat.

"Duduklah, Nak". Pria itu mempersilahkan Jessie duduk. "Om adalah ayah Kevin". Pria itu memperkenalkan dirinya.

Jessie tersenyum canggungan. " Saya Jessie Om".

Suasana menjadi hening. Kedua orang itu memperhatikan Jessie dengan seksama, seperti ada kata yang ingin terucap tapi tertahan. Perasaan Jessie menjadi tidak nyaman. Ia tidak bisa menebak fikiran kedua orang yang ada di hadapannya.

"Maaf sebelumnya tante dan om. Jika maksud om dan tante mengundang saya kesini untuk menyuruh saya meninggalkan Kevin, maaf saya tidak bisa. Saya mencintai anak om dan tante dan saya juga tidak berencana untuk meninggalkannya".

Ibu dan Ayah Kevin sama-sama mengernyitkan kening mendengar ucapan Jessie. Mereka sedikit terkejut dengan ungkapan Jessie, padahal mereka belum berbicara apapun. Mereka merasa tertarik dengan Jessie yang langsung to the poin mengungkapkan perasaannya.

"Hahaha". Ayah Kevin tertawa lebar. "Aku suka dengan gaya kamu, Nak".

Melihat ayah Kevin seperti itu, Jessie tertegun. Kenapa responya malah tertawa? Bukankah seharusnya mereka marah?. Ah, Jessie bingung dengan dengan respon mereka. Lebih baik ia diam. Dan jika dilihat-lihat Ayah Kevin bukan sosok yang galak, dan Ibunya pun lebih bersahabat. Setidaknya itulah felling Jessie saat ini.

"Nak, sebenarnya kedatangan Kami kesini hanya ingin memastikan bahwa berita yang Kami terima benar. Kami dengar bahwa Kevin membawa seorang perempuan pulang ke rumah lama. Kemarin Ibu datang ke apartemen Kevin ingin bertanya langsung dengan dia, eh, tapi malah bertemu langsung dengan orangnya". Ibu Kevin mulai memberikan penjelasan dengan tenang. Kini pandangannya sayu, tidak lagi setajam kemarin ketika bertemu di apartemen.

"Soal itu, saya benar-benar minta maaf tante. Saya berani bersumpah bahwa saya dan Kevin tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk. Kevin sangat menghormati saya, itulah kenapa saya jatuh cinta padanya", terang Jessie. Ia benar-benar malu jika mengingat pertemuan pertamanya dengan Ibu Kevin kemarin.

Ayah Kevin tersenyum melihat Jessie yang tertunduk malu. "Sudah berapa lama kamu dengan Kevin menjalin hubungan?", tanya Ayah Kevin.

"Hampir tiga bulan Om", jawab Jessie singkat.

"Apakah kamu sudah tau tentang ini", tanya Ibu Kevin sambil menyodorkan sebuah foto. Ya, foto yang sama dilihat Jessie di rumah Kevin. Foto pernikahan Kevin.

Jessie mengamati foto itu sebentar. Ia menunjukan ekspresi tenang, karena sebelumnya ia pernah melihat foto itu dan pernah membuatnya salah faham dengan Kevin.

Jessie mengangguk.

Ibu Jessie diam tertegun melihat Jessie sama sekali tidak terkejut melihat foto itu, dan tidak menunjukan reaksi apa-apa.

"Apa pendapatmu tentang ini?", tanya Ayah Jessie kemudian.

"Bagi saya itu adalah masalalu Kevin, tante, om. Dan saya tidak keberatan dengan masalalu kevin, karena semua orang punya masalalu termasuk juga dengan saya. Saya mencintai Kevin tanpa syarat apapun, jadi saya akan menerima apapun yang ada dalam diri Kevin termasuk masalalunya", jawab Jessie tenang. Sekarang ia lebih bisa menguasai situasi dan juga mengendalikan dirinya.

Ada senyum cerah dari kedua orang tua Kevin. Ada sedikit kekaguman di hati mereka mendengar pengakuan Jessie yang begitu tulus.

"Terimakasih sudah mau menerima Kevin ada adanya. Tante sangat berterimkasih padamu, karena Kevin sudah bisa melanjutkan hidupnya. Ketika istri Kevin meninggal, Kevin selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu. Ia menutup diri terhadap semua orang dan berubah menjadi orang yang dingin, pendiam dan tertutup. Kami khawatir Kevin melihat perubahan diri Kevin. Kami khawatir Kevin akan terpuruk bersama masalalunya. Tapi sepertinya sekarang ia sudah mau membuka diri dan hatinya untuk seorang wanita cantik sepertimu, Jessie". Ibu Kevin mengakhiri katanya, ia merasa lega tapi tetap saja ia tidak mampu menahan tangisnya apalagi ketika mengingat ketika Kevin menjadi terpuruk diawal kematian istrinya.

"Sebenarnya maksud Kami menemuimu, hanya untuk menanyakan hal ini. Kami bukan tidak menyetujui hubungan kalian. Malahan Kami merestui hubungan kalian, apalagi jika kalian akan segera meresmikan hubungan ini. Tapi itu kembali lagi pada kamu dan Kevin", kata Ayah Kevin dengan lembut dan bijaksana. Jessie merasa terharu dengan ucapan kedua orang tua dari orang yang sangat dicintainya. Ia merasa bersalah dengan ucapannya diawal pertemuan tadi.

"Maafkan saya tante dan om soal apa yang saya bicarakan di awal. Saya kira maksud kalian menemui saya diam-diam hanya ingin membuat saya meninggalkan Kevin apalagi saya hanya orang biasa", kata Jessie penuh penyesalan.

"Hahaha. Kami tidak pernah menilai orang dari penampilan atau harta, Nak, yang penting bagi kami ketulusan dan kesungguhanmu mencintai Kevin".

"Terimakasih tante dan om sudah merestui hubungan kami", kata Jessie tersipu malu.

"Ya, sudah. Ayok kita makan sekarang. Tante tidak tahu apakah kamu suka makanan ini atau tidak. Tante hanya pesan beberapa makanan yang direkomendasikan pelayan disini". Ibu Kevin mengambil beberapa lauk untuk Ayah Kevin dan juga untuk Jessie.

"Terimakasih tante. Saya bukan pemilih makanan. Saya bisa makan apasaja".

"Krek". Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Terlihat sosok pria dengan nafas yang masih ngos-ngosan seperti habis lari maraton 1000 meter.

Jessie melihat pria itu. "Kevin", gumamnya.