webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Cupu Tapi Manis Kan?

"Mau loe apa Heum? Loe masih cupu aja. Mau nyerang gue keroyokan? Cih!". Jeka meludah disamping kakiknya. Pemuda itu menghitung jumlah antek-antek yang dibawa Mario, ada sekitar tujuh orang. Jeka tersenyum miring, lihat saja nanti bahkan antek-antek yang akan ia bawa berjumlah dua kali lipat lebih banyak.

"Jangan sentuh punya gue!". Jawab Mario sambil menegakkan tubuhnya, menatap Jeka lurus-lurus sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Awalnya Jeka tidak paham arah pembicaraan Mario, namun beberapa detik kemudian pemuda itu menarik sudut bibirnya keatas.

"Ngadu dia sama loe?". Kekeh Jeka. Jadi Mario hendak mengeroyoknya hanya karena ia melabrak Helena tempo lalu.

"Gak cuma itu! Kemarin anak sekolah gue di keroyok sama anak sekolah loe. Dan loe tahu kan prinsip gue? Luka dibalas luka, nyawa dibalas nyawa". Desis Mario, Jeka mengeraskan rahangnya. Pemuda itu tidak akan menyerang seseorang jika orang itu tidak cari gara-gara dengannya. Jadi sudah bisa ditebak kan kenapa Jeka mengeroyok salah satu murid di sekolah Mario, sudah pasti orang itu menyulut emosi sang panglima tempur.

"Loe mau bales ke gue? Oke! Silahkan sini maju satu-satu gue jabanin!". Jeka membanting parang-nya ke aspal dan langsung menerjang satu per-satu tubuh antek-antek Mario. Tak sulit bagi pemuda dengan perawakan tinggi kekar itu untuk menumbangkan lawan-lawannya. Melihat anak buahnya tumbang, Mario mulai turun tangan pemuda itu menendang tulang kering Jeka hingga si empunya mengerang kesakitan.

"Ini buat loe yang udah bikin anak sekolah gue babak belur!".

Buagh!!!

Mario melayangkan bogem mentah tepat di pipi Jeka hingga terhuyung kesamping. Meski sakit luar biasa, tapi Jeka masih bisa tertawa remeh. Pemuda itu menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih.

"Segitu doang tenaga loe?!". Tantang Jeka dengan senyum remeh-nya.  Pemuda itu menatap tujuh antek-antek Mario yang tepar kena bogeman-nya sembari berdecih.

"Woah! Leader Bangsat Boys gue akuin kemampuan loe. Tapi selagi gue belum puas habisin loe, gue gak akan mundur gitu aja". Kata Mario sambil mengangkat parang yang ia bawa. Pengguna jalan sempat merasa ngeri melihat aksi dua bocah SMA yang membawa parang dimasing-masing tangannya. Sedari awal melihat Jeka yang menghajar tujuh orang dengan tangannya sendiri saja sudah membuat mereka bergidik ngeri. Anak-anak jaman sekarang memang nekat dan tidak takut mati.

"Bunuh gue kalau loe bisa!".

Prang!!!

Jeka memukul satu per-satu motor Mario dan anak buahnya dengan parang yang ia bawa. Pemuda itu melampiaskan emosinya dengan cara merusak motor-motor rival-nya. Mario tentu saja tak terima motor-nya dirusak, pemuda itu menendang perut Jeka hingga si empunya muntah darah. Jeka berdecih, pemuda itu mengusap darah yang keluar dari mulutnya kemudian balas menendang perut Mario bahkan sampai limbung dan jatuh ke aspal. Jeka memukul kencang motor Mario dengan parang-nya bahkan sampai body motor-nya hancur tak berbentuk.

Mario dan antek-anteknya mulai bangkit, mereka tentu saja tidak terima motor mereka dirusak. Hingga Mario mengangkat parangnya tinggi-tinggi...

"Mati loe hari ini Jeka Nalendra!". Teriak Mario hendak memukul kepala Jeka dengan parangnya, namun sebelum hal itu terjadi Jimi sudah lebih dulu menendang punggung Mario hingga parang pemuda itu jatuh ke aspal. Antek-antek Jeka datang diwaktu yang tepat.

"Sial!". Umpat Mario. Antek-anteknya sudah saling serang dengan antek-antek Jeka.

"Mau bikin gue tumbang loe anjing! Heum?!". Dengan penuh emosi Jeka menendang perut dan menghajar Mario sampai babak belur. Mario pasrah saat Jeka terus saja melayangkan bogem mentah ke wajahnya, bahkan sampai tubuh pemuda itu lemas tak mampu melawan. Dan kejadian hari ini semakin membuktikan jika Bangsat Boys memang tak terkalahkan.

--Bangsat Boys--

"Rin, kira-kira mereka menang gak ya?". Sedari tadi Unaya mondar-mandir di depan Ririn sambil menggenggam ponsel. Ririn yang tengah rebahan di kasur Unaya-pun hanya memperhatikan gadis itu bahkan sampai kepalanya pusing.

"Situ khawatir?". Pertanyaan Ririn reflek membuat Unaya menghentikan langkahnya.

"Gue? Khawatir? Haha yang bener aja". Sahut Unaya sambil tertawa garing. Ririn justru menatap aneh Unaya, kentara sekali jika sahabatnya itu tengah mengkhawatirkan Jeka. Hiyaaa pentolan sekolah dikhawatirin.

"Terus kenapa loe dari tadi bawa hape sambil mondar-mandir? Nunggu kabar dari pujaan hati?". Sindir Ririn lagi, Unaya melempar ponselnya keatas kasur dan terlihat gugup. Ya ampun ini baru beberapa jam ia resmi menjadi pacar kontrak Jeka tapi kenapa khawatirnya sudah seperti dengan pacar sungguhan?

"Eung, gue ambilin minum sama makanan dulu ya. Wait!". Unaya langsung ngacir begitu saja lantaran malu dengan sikapnya barusan. Gadis itu memukul-mukul kepalanya sendiri di depan pintu kamar. Helena yang baru saja pulang sekolah menatap adik tirinya, kebetulan ada yang ingin gadis itu tanyakan pada adiknya.

"Kenapa?". Tanya Helena tiba-tiba. Unaya terlihat kaget namun sedetik kemudian buru-buru mengatur mimik wajahnya.

"Eh? Kak Helen baru pulang?". Tanya Unaya dengan kikuk.

"Heum? Udah pulang dari tadi? Bareng siapa?". Bukannya menjawab pertanyaan Unaya, Helena justru balik bertanya.

"Bareng Ririn". Sahut Unaya pendek. Sejak kapan Helena kepo dengannya? Ngajak ngobrol saja jarang, dan hari ini Helena terlihat berbeda.

"Oh kirain sama Jeka". Unaya menarik sudut bibirnya. Unaya menebak jika Helena mendadak kepo karena ada hubungannya dengan Jeka.

"Iya tadi sempet bareng tapi ada insiden di jalan. Gue mau ke dapur dulu". Unaya hendak berlalu pergi tapi suara Helena menginterupsinya.

"Loe Jadian sama Jeka?". Unaya berbalik untuk menatap Helena lurus-lurus.

"Kalo iya emang kenapa? He just your ex-boyfriend, Right?". Helena terdiam. Jeka memang mantan pacarnya, tapi Helena rasanya belum rela jika pemuda itu sudah memiliki pengganti dirinya.

"Dia bukan cowok baik-baik, Papa pasti gak akan ngijinin loe berhubungan sama dia".  

"Oh ya? Itu biar jadi urusan gue Kak. Loe gak usah ikut campur". Unaya melengos begitu saja meninggalkan Helena. Helena masih ada rasa dengan Jeka, itulah yang Unaya pikirkan.

--Bangsat Boys--

Jeka pulang kerumah dengan muka babak-belur dan baju kumal penuh darah. Pemuda itu melirik dengan sebal sosok mama tirinya yang tengah menonton drama di ruang tengah.

"Jeka, kamu gak apa-apa?!". Tanya Mama dengan wajah panik sambil berjalan mendekati Jeka. Jeka menghentikan langkahnya dan menatap sosok mama tirinya dengan wajah datar. Jeka tidak menyukai mama tirinya.

"Gak usah sok peduli sama saya". Desis Jeka yang hendak berlalu namun Mama buru-buru mencekal tangan pemuda itu.

"Nanti bisa infeksi kalau gak di-obatin Jeka". Jeka tersenyum sinis kemudian menyentak tangan Mama dengan kasar.

"Sejak kapan anda peduli sama saya?! Gak usah cari muka di depan saya! Bagi saya kamu itu pelakor yang udah rebut Papa!". Kata Jeka dingin kemudian naik kelantai atas. Mama terdiam, wanita itu menunduk menyembunyikan tangisnya. Jeka memang belum bisa menerima dirinya sebagai pengganti mama kandungnya. Jungkook masih mengira jika dirinya adalah perebut suami orang, padahal kenyataan tidak begitu. Entah kesalah pahaman ini akan terurai atau tidak, tapi ia berharap suatu saat nanti Jeka akan mengerti.

"Bang! Berantem lagi?!". Jerit adik perempuan Jeka yang bernama Yeri. Gadis yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP itu adalah adik kesayangan Jeka. Jeka tersenyum kecil kemudian mengacak rambut adiknya.

"Berisik anak kecil! Gue mau tidur. Dalam kurun waktu tiga jam jangan ganggu gue, oke?". Peringat Jeka dan masuk begitu saja ke dalam kamar. Yeri memanyunkan bibirnya, baru juga hendak minta dianterin berangkat bimbel, eh sudah ditolak duluan.

"Suruh anterin Mama aja deh". Gumam gadis itu kemudian turun ke lantai bawah. Jika Jeka belum bisa menerima sosok mama tirinya, justru berkebalikan dengan Yeri.

--Bangsat Boys--

Jeka melepas kaos-nya dan memilih bertelanjang dada. Pemuda itu berbaring di kasurnya sambil sesekali meringis karena luka di wajahnya terasa perih. Teringat perkataan Jimi tadi...

"Unaya sampai mau nangis karena takut loe kenapa-napa. Loe yakin dia gak akan baper sama loe?". Jeka terdiam. Unaya sekhawatir itu padanya? Pemuda itu memang sudah menilai sejak awal jika Unaya adalah gadis yang berbeda. Awalnya ia tidak mau melibatkan Unaya di dalam masalahnya, tapi karena keadaan keduanya yang saling menguntungkan membuat Jeka mau tak mau melibatkan gadis itu.

"Mending loe hubungin dia, gue yakin dia pasti kepikiran banget".

"Anjing! Kenapa sih gue?!". Umpat Jeka namun langsung menyambar ponsel-nya dan mengetikkan pesan untuk Unaya.

To: Cewek Cupu

Na, gue gak apa-apa

Jeka

Setelah meletakkan kembali ponsel-nya, Jeka mulai memejamkan mata. Luka babak-belur kayak gini buat tidur juga sembuh, begitulah batin Jeka.

Sementara itu seseorang yang mendapat pesan dari Jeka akhirnya bisa bernafas lega. Syukurlah orang yang menjadi objek pikirannya baik-baik saja.

Esoknya Jeka benar-benar menjemput Unaya di rumahnya. Pemuda itu berdiri didepan pagar rumah Unaya sembari bersandar di mobil Jeep-nya. Jeka sudah menghubungi Unaya tadi dan gadis itu bilang akan keluar lima menit lagi.

Pintu pagar terbuka, Jeka kira tadinya yang keluar dari rumah adalah Unaya. Namun ternyata sosok gadis yang berdiri mematung didepan-nya saat ini adalah Helena. Jeka sempat dibuat gugup namun segera mengubah mimik wajahnya menjadi cuek kembali.

"Ngapain ke sini? Bukannya kita udah putus?". Tanya Helena membuat Jeka terkekeh geli. Pemuda itu bersedekap dada dan menatap Helena dengan tatapan mengejek.

"Tingkat kepercayaan diri loe tinggi juga ya? Gue kesini mau jemput cewek gue". Sahut Jeka sambil menunjuk Unaya dengan dagunya. Unaya yang baru saja keluar dari rumah sempat menatap heran kearah Jeka dan Helena.

Jeka mengambil buket bunga dari dalam mobil kemudian berjalan mendekati Unaya. Pemuda itu mengecup dahi Unaya sebelum mengulurkan buket bunga tersebut.

"Good morning sayang". Sapa Jeka yang terdengar sangat manis. Sementara itu Unaya masih blank, Jeka barusan menciumnya? Dan ini adalah untuk yang pertama kalinya Unaya dicium cowok. Helena menatap kejadian di depannya dengan tatapan datar, iri dan cemburu bercampur jadi satu. Jeka tidak pernah semanis ini sebelumnya. Gadis itu pergi begitu saja meninggalkan dua sejoli yang mengumbar kemesraan di depannya.

"Hahaha. Gampang banget ternyata ya bikin Helen cemburu". Kekeh Jeka sambil menatap punggung Helena yang menjauh. Pemuda itu beralih menatap Unaya dan tawanya pudar saat melihat gadis itu yang diam mematung.

"Cewek cupu loe kenapa?". Tanya Jeka tapi Unaya masih diam saja. Pemuda itu menunduk untuk menatap mata Unaya.

"Woy! Cewek cupu!!!". Teriak Jeka yang membuat Unaya tersadar dari lamunannya. Gadis itu tergagap, reflek mundur karena wajah Jeka begitu dekat dengan wajahnya.

"Eh? Ayo buruan berangkat udah jam tujuh lewat nih". Seru Unaya yang terlihat salting. Jeka tersenyum kecil, pemuda itu menggelengkan kepalanya sebelum mencubit pipi Unaya dengan gemas.

"Salting ya loe?". Ledek Jeka sembari menghadang langkah Unaya yang hendak masuk ke dalam mobilnya. Gadis yang memakai topi baret di kepalanya itu terlihat menghindari mata Jeka.

"Gue? Salting? Haha yang bener aja!". Kata Unaya dengan sewot. Jeka memutar bola matanya malas. Cewek cupu yang nyebelin telah kembali. Pemuda itu membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Unaya masuk.

"Padahal tadi lumayan manis". Gumam Jeka sebelum berputar untuk masuk kedalam mobil-nya.

--Bangsat Boys--