webnovel

Tragedi Memilukan

Mahardika meminta adik, dan iparnya untuk ikut menggunting pita peresmian gedung teater.

"Ayo kalian juga harus ikut, kalian juga bagian dari pembangunan ini!" ajak Mahardika terhadap Zalina, dan Darwin.

"Baik Kak, terima kasih Kakak sudah sangat baik pada kami, kami tidak akan melupakan kebaikan Kak Mahardika selama ini," ucap Zalina menatap Darwin, suaminya.

"Benarkan Suamiku!" ujarnya.

"Iya Istriku!" kata Darwin menimpali istrinya.

'HUH! Dasar ular berbisa, kalian ini pasti sedang merencanakan sesuatu, untuk Papa!' ucap Marcella dalam hatinya, menaruh curiga pada Om dan tantenya.

Marcella meraih tangan papanya, mengajak sang Papa untuk meninggalkan Zalina dan Darwin.

"Sudahlah Pah, barang kali Om dan Tante tidak ingin ikut terlibat, iya kan Om?" ucap Marcella menatap sinis terhadap Darwin.

"Iya Kak ... benar yang di katakan Marcella, kami tidak seharusnya ada di antara kalian," balas Darwin tahu diri jika dirinya bukanlah siapa-siapa.

"Tuh kan Pa ... Om Darwin itu sepertinya tidak mau, ya sudah ayo kita lebih dulu saja ke sana, lagi pula acaranya akan segera di mulai!" Marcella mengajak papanya ke tengah-tengah para tamu yang menghadiri acara ulang tahunnya, sekaligus peresmian gedung teater milik perusahaan Papanya.

Riuh suara tepuk tangan dan ucapan selamat kepada Marcella, dan juga Mahardika Raisan. mereka berdua terlihat tersenyum bahagia, mendapatkan berbagai ucapan selamat.

"Om selamat atas peresmian gedung teaternya ya, semoga kedepannya semakin maju!" Reinard mengucapkan selamat terhadap Mahardika. Kemudian memberikan selamat pada Marcella, perempuan yang dia cintai.

"Cell selamat ulang tahun ya ... semoga selalu dalam lindungan Tuhan," ucap Reinard tersenyum, mengulur tangannya.

Marcella menepiskan tangan Reinard, dia tidak suka terhadap Reinard, baginya pria itu hanya berbasa-basi terhadapnya.

"Kau tidak usah pura-pura baik padaku!" ketus Marcella, sambil menepis tangan Reinard.

"Kamu ini, kenapa selalu saja sinis terhadapku, memangnya apa salahku?" Reinard tersenyum terus menggoda Marcella.

Dari kejauhan Riana menatap tidak suka pada Reinard, yang sedang berusaha mendekati Marcella, sepupunya.

"Kau selalu saja merebut apa yang aku inginkan Marcella, aku membencimu!" kesal Riana menatap tajam pada Reinard, yang sedang berinteraksi dengan Marcella.

"Tenang saja sayang ... sebentar lagi Reinard akan menjadi milikmu sayang, jangan khawatirkan lagi soal urusan itu!" ujar Zalina mengalihkan putrinya.

"Maksud Mama apa? Bagaimana caranya mendapatkan Reinard?"

"Kau tenang saja Putriku, Mama mempunyai rencana yang bagus untuk masa depan kita!" Zalina berseringai dengan rencana buruknya, menatap tajam pada Marcella.

'Gadis sombong itu sebentar lagi tidak akan hidup bahagia, bahkan untuk tersenyum lagi pun dia tidak akan bisa!' gumam Zalina menatap tajam pada Marcella.

Kemudian tarian balet pun akan segera di mulai, Marcella sudah bersiap mengganti pakaiannya, ia akan menunjukan kemahirannya dalam menari di atas panggung megah, tarian layaknya seorang balerina yang berputar bersama sang pangeran.

Di dalam ruangan ganti kostum, Reinard juga ada di sana, tidak ada henti-hentinya menggoda Marcella.

"Aku tidak sabar ingin menari denganmu, kau terlihat sangat Cantik Marcella!" puji Reinard terhadap Marcella, perempuan yang di cintainya.

"Andaikan ada Pria lain, untuk mengganti peranmu, aku tidak akan sudi menari dengan Pria gombal akut sepertimu Reinard!" ujar Marcella dingin.

"Kenapa sepertinya kau sangat membenciku, memangnya apa salahku?" Reinard berusaha mencari tahu soal sikap jutek Marcella terhadapnya.

Marcella memutar kedua bola matanya, kesal. lantaran ia terus di goda oleh Reinard. "Berhentilah menggodaku Reinard! Aku tidak akan mudah tergoda olehmu, bahkan sedikitpun aku tak akan menoleh padamu!"

"Jangan berkata seperti itu sayang ... jangan terlalu membenciku, nanti kebencianmu berubah jadi Cinta!" Reinard terkekeh, melihat ekspresi Marcella, yang merengut ketus.

Kemudian Marcella beralih pada periasnya, dan segera memerintahkan agar cepat mendandaninya. "Mbak ... tolong di percepat make -upnya. Saya sudah gerah di sini!" ujar Marcella kesal.

Dengan segera perias itu menyelesaikan merias wajah cantik Marcella.

Sementara Reinard tersenyum menatap, sikap jutek Marcella.

Lampu-lampu blitz menyala dengan sangat gemerlap, para penari latar sudah berkeliling di atas panggung yang sangat megah.

Terdengar lantunan musik, seirama dengan lampu yang menyorot tajam pada penari utama, dan pendampingnya.

Marcella mulai bergerak, menari dan berputar mengelilingi panggung megah dengan Reinard, berdandan layaknya seorang putri dan pangeran.

"Duhhh ... lihatlah Suamiku, keponakan kita terlihat sangat Cantik," puji Zalina terhadap Marcella, dengan suara yang sedikit di keraskan.

Mahardika tersenyum atas pujian Zalina terhadap putrinya. "Kalian memang Om, dan Tante yang sangat baik untuk Putriku," ucap Mahardika, merasa tersanjung atas pujian Zalina.

"Eh Kak Mahardika, saya kira tidak ada Kakak," senyum palsu Zalina terhadap kakak iparnya.

"Memangnya kenapa? Jika mau memuji Putriku kenapa juga harus merasa tak enak hati padaku!" ujar Mahardika tersenyum manis, pada adik iparnya.

Pada saat Mahardika mengobrol dengan ipar, dan adiknya, tiba-tiba saja lampu hias yang berada tepat di atas kepa Marcella terjatuh.

PRANG!!!

"Marcella!" pekik Mahardika melihat putrinya, tertimpa lampu dari atasnya, lampu itu terjatuh pada saat Marcella mendongakkan wajahnya menatap lampu.

BRUKKK!

Darah mengucur dari kepala Marcella, seketika Marcella jatuh pingsan.

"Cell_Cella bangun!" teriak Reinard histeris, melihat perempuan yang dia cintai bercucuran darah keluar dari kedua bola matanya.

Mahardika segera menelepon ambulans, untuk segera menolong putrinya. "Marcella, Anak Papa ... bangun Nak, bertahan demi Papa sayang," lirih Mahardika tidak tega melihat putrinya jatuh terkapar.

Riuh suara ambulans memekakkan telinga para pengunjung. Tim medis segera mengevakuasi, Marcella yang sudah tidak sadarkan diri.

"Kak, kakak yang sabar ... lebih baik kita segera membawa Marcella ke Rumah sakit!" ucap Zalina menenangkan kakak iparnya, Mahardika.

"Cepat! Kenapa kalian tidak mengangkat Keponakanku!" seru Darwin kepada para medis yang sudah datang.

Dengan segera tim medis mengangkat Marcella, masuk ke dalam mobil, dengan gerak cepat mereka membawa putri pewaris tahta kerajaan bisnis Mahardika_Group.

"Biarkan saya ikut dengan kalian!" ujar Mahardika sudah menaikan kakinya, ke dalam mobil.

Namun, tiba-tiba Zalina menghentikan kakak iparnya, yang akan masuk dalam mobil ambulans.

"Tunggu Kak, lebih baik Kakak membawa mobil pribadi Kakak saja, biar kami yang ikut dengan mobil Ambulans," cegah Zalina, ia segera masuk dalam mobil ambulans.

Mahardika pun mengurungkan niatnya, ia segera menuju mobilnya, dan mengikuti ambulans dari belakang.

Terselip senyuman yang tidak dapat di artikan dari raut wajah Zalina, seperti sedang merencanakan sesuatu yang buruk.

Raungan suara sirene ambulans, mengiring perjalanan Marcella yang akan di bawa ke rumah sakit.

Reinard dengan segera menuju mobilnya, dia sangat khawatir dengan keadaan Marcella saat ini.

Dalam perjalanan Mahardika tidak henti-hentinya, mengkhawatirkan putrinya. 'Semoga saja kamu tidak apa-apa Marcella, Papa tidak akan memaafkan diri Papa sendiri jika sesuatu terjadi sama kamu,' gumam Mahardika sambil fokus mengemudikan kendaraannya.

TON-TON-TON!!!

Tiba-tiba saja suara klakson, menyadarkan Mahardika. Sehingga membuatnya terlonjak kaget, Mahardika membanting setirnya.

"ARGHHH!" teriak Mahardika.

Apa yang terjadi selanjutnya pada Mahardika?

Bersambung ....

follow IG Blazingdark15.