webnovel

Pura-pura Buta

"Kita akan selamanya sayang sama kamu Marcella, kau jangan khawatirkan itu ...." peluk Riana terhadap Marcella yang terus menangis hingga tersedu-sedu.

Sore itu Marcella di bawa pulang ke rumahnya, lantaran kondisi Marcella sudah membaik hanya saja penglihatannya yang belum pulih, entah sampai kapan dia melihat gelapnya kehidupan.

"Ayo sayang hati-hati," Zalina membantu Marcella masuk ke dalam mobilnya.

Darwin pun dengan cepat masuk ke kursi kemudi, menstater mobilnya terlihat juga Riana sudah duduk di bangku penumpang sejajar dengan Marcella.

"Kau jangan sedih Marcella, masih ada aku yang akan menjadi penglihatanmu," ucap Riana.

'Dan aku tidak akan membiarkanmu berduaan dengan Reinard, kau hanya gadis buta tak pantas untuk Reinard,' tukas Riana dalam hatinya.

Sementara Reinard melambaikan tangannya, tersenyum ke arah Marcella yang tidak bisa melihatnya sama sekali.

Kurang lebih satu jam mereka telah sampai di Mahardika Pent House. Zalina keluar dari dalam mobil mewah menyelempang tas branded membantu keponakan malangnya berjalan.

"Ayo sayang, kita sudah sampai di Rumah!" Zalina menggandeng Marcella masuk dalam rumahnya.

Riana dengan Darwin mengekor di belakangnya. Suasana mulai berbeda di rasakan oleh Marcella dia melihat seisi rumah telah berubah. Kini dia mulai paham jika mereka sudah merencanakan semuanya.

'Hartaku, kebahagiaanku telah kalian renggut, aku tidak akan pernah membiarkan kalian hidup tenang mulai dari sekarang,' batin Marcella menatap suasana rumah yang sudah tida seperti dulu.

"Marcella, ayo Tante antarkan kamu ke kamarmu," Zalina membuyarkan lamunan Marcella.

"Ah iya Tante!" Marcella memapar dengan tongkat ke segala arah, mengarahkan tongkat di tangannya ke kaki Riana yang berdiri tidak jauh darinya, Marcella sengaja menekan, agar Riana merasa kesakitan.

"AKHHH!" Riana memekik kesakitan. Marcella segera memindahkan tongkat dari kaki Riana, agar mereka tidak curiga bahwa dia pura-pura buta.

"Riana kau kenapa?" Marcella sungguh memainkan perannya dengan baik di sini. Riana kesal dan akan menampar wajah sepupunya.

Namun, di tahan oleh ibunya. "Riana!" ujar Zalina mengingatkan.

Dengan kesal Riana menarik tangannya kembali, berpura-pura tidak marah.

"Aku tidak apa-apa Cell, ayo aku antarkan ke kamar kamu!" kesal dan murka kini Riana rasakan.

Marcella tersenyum, tapi tidak menampakkan senyuman itu. Marcella cukup tertawa dalam hatinya. 'Ini baru permulaan Riana ... suatu hari nanti aku akan melakukan lebih dari ini!' batin Marcella.

Marcella di antarkan oleh Riana ke kamar tapi sebenarnya bukanlah kamar miliknya, Marcella sangat kesal tapi dia berusaha bersabar. 'Inikan jalan ke gudang ... jadi mereka menempatkan aku di gudang. Oh Tuhan, mereka benar-benar sangat keterlaluan!' gumam Marcella.

Keluarga yang seharusnya menolongnya, di saat masa sulit tapi justru mereka yang sebenarnya membuat hidup Marcella semakin menderita.

KLEK!!!

Riana membuka pintu gudang, yang sekarang di jadikan kamar untuk Marcella.

"Ayo Cell, ini kamarmu. Aku selalu kagum dengan interior kamar kamu!" Riana berpura-pura seolah sedang berada di kamar Marcella yang super mewah, supaya Marcella tidak curiga jika dia sedang di tipu mentah-mentah oleh sepupunya.

Marcella bergidik ngeri ketika melihat beberapa barang berantakan, dan kasur yang sudah tak layak pakai. Hatinya berdarah-darah merasakan tersiksa hidup sebatang kara.

"Cella ayo cepat, buka kah kau perlu istirahat? Oh iya aku melupakan sesuatu, kau tidak bisa berjalan kalau tidak di bantu olehku ya, sekarangkan kau buta!" Riana tersenyum meremehkan, dia kira Marcella tidak dapat menyaksikan kepalsuannya.

'Riana ... Ingin rasanya aku memakanmu, mengunyah dagingmu dan meremukan tulang belulangmu!' tukas Marcella bicara dalam hatinya.

"Ayo berbaringlah di ranjang mewahmu!" Riana mendorong Marcella, ia mulai menunjukkan sikap arogannya.

BRUK!!!

Marcella terjatuh tapi dia berpura-pura lemah tak berdaya, demi menjalankan misi balas dendamnya.

"AKHHH!" pekik Marcella. merasa kaget saat terjatuh, bersyukur dia terjatuh di atas kasur.

"Ya ampun ... kau kaget ya Cell, maaf. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu!" Riana tersenyum penuh kemenangan. "Oh iya Cell, aku kembali dulu ya ... aku mau ke kamarku dulu!" ucapnya kemudian.

Riana berjalan menuju kamarnya, kamar Marcella kini adalah menjadi hak paten milik Riana.

"Anak Mama sepertinya sedang bahagia, apa yang membuat kau bahagia Nak?" Zalina tersenyum menatap binar bahagia di wajah putrinya.

"Tentu saja aku sangat bahagia, terima kasih Mam. Kau yang terbaik!" seloroh Riana memeluk Zalina.

"Baguslah kalau suka sayang ... Mama senang mendengarnya." Zalina sangat senang tidak ada lagi kesedihan di wajah putrinya.

"Istriku, kita harus segera ke kantor hari siang ini kita ada rapat dengan Reinard!" Darwin terlihat turun dari tangga, sambil mengancingkan jas kerja.

"Bebarkah itu? Kenapa kau baru sekarang memberitahuku?" Zalina tidak tahu jika rapat akan segera di laksanakan hari ini.

"Kau tidak membaca Scedule?"

"Untuk apa aku membaca Scedule Suamiku, kita sudah memiliki Sekretaris! Jadi kurasa biarkan saja mereka yang mengingatkan kita jika akan ada rapat, C'mom ... kita ini sudah menjadi pemilik Mahardika_Group berhentilah bersikap seperti bawahan!" tukas Zalina lantaran suaminya masih saja bertingkah seperti bawahan kakaknya dulu.

"Ahahaha! Aku lupa kalau sekarang kita sudah jadi Orang terkaya sayang ..." Darwin tertawa begitu juga dengan Zalina, dan Riana.

Mereka tertawa di atas penderitaan Marcella, putri Mahkota yang sesungguhnya. Marcella menatap nanar pada keluarga Omnya yang rakus akan kekayaan itu.

Tidak terasa Marcella meneteskan air matanya, meremas dadanya.

HIKS!!!

"Kalian sangat keterlaluan! Beraninya tertawa di atas penderitaanku!" Marcella tidak kuasa menahan tangisnya, ia kembali memasuki kamarnya. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam kamar yang lebih pantas di sebut dengan gudang itu.

Tempat kotor, banyak tikus berkeliaran dan berdebu.

"Papa! Marcella kangen sama Papa, kenapa papa pergi secepat ini Pa!" lirihnya terisak di dalam ruangan yang sunyi itu.

TOK! TOK! TOK!

Marcella teralihkan oleh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

'Siapa yang datang?' batin Marcella segera menyeka air matanya. Marcella berpura-pura tidur pulas.

C'KLEK!!!

Orang itu memasuki gudang yang kini telah jadi kamar Marcella.

"Non, Nona Marcella bangunlah ini saya Non!" ternyata yang memasuki kamarnya adalah Yunita asisten rumah Marcella, yang sudah Marcella anggap seperti orang tuanya.

Perlahan Marcella membuka matanya. "Nona Marcella," lirih Yunita memeluk Marcella, menangis sejadi-jadinya dia sungguh tidak kuasa melihat putri majikan yang dia besarkan, harus mengalami tragedi hidup yang memilukan.

"Tante Yunita! Benarkah itu Tante Yunita," Marcella memapar dengan tongkat, dia harus berpura-pura buta di hadapan Yunita, karena Marcella harus berhati-hati, dia takut jika Yunita bekerja sama dengan Darwin dan Zalina.

"Iya ini Tante Yunita Marcella ... pasti kamu belum makankan?"

Marcella mengangguk, tapi ia masih tidak percaya pada Yunita begitu saja.

"I-iya Tante, Cella belum makan!" jawab Marcella.

"Kalau begitu Tante suapi ya, Tante masak-masakan kesukaanmu!" kata Yunita sambil menyendok sup di mangkuk, dengan nasi yang masih terlihat panas.

Pada saat Yunita akan memberikan satu suapan lagi pada Nonanya. tiba-tiba saja Zalina datang.

PRANG!!!

Zalina meraih mangkuk berisi sup, dan menatap tajam pada Yunita.

Bersambung ....

follow IG Blazingdark15