webnovel

Jahatnya Zalina

"Apa yang terjadi?" Marcella pura-pura tidak mengetahui yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Zalina menatap tajam pada Yunita seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah peninggalan orang tua Marcella. "Tidak ada apa-apa Nona, saya tidak sengaja menjatuhkan mangkuk," ucap Yunita tidak ingin Marcella mengetahui kejadian yang sebenarnya.

"Ah-Iya cepat Tante Yunita bersihkan bekas tumpahan supaya!" perintah Marcella mengabaikan Zalina di sampingnya.

Perlahan Marcella melangkahkan kakinya sengaja menginjak kaki Zalina.

"Arghhh!" ringis Zalina merasa kesakitan akibat injakan keponakannya, Marcella.

"Ma-maafkan saya Tante ... Saya tidak tahu jika di kamar Cella ada Tante juga," Marcella berusaha menahan tawanya, agar Zalina tidak mencurigainya.

"Ti-tidak apa-apa Sayang, kau tidak perlu minta maaf!" ucap Zalina masih meringis merasakan sakit di kakinya. 'Sial! Awas kamu gadis Buta!' batin Zalina mengumpat. Kemudian melangkah pergi meninggalkan gudang yang kini telah dijadikan kamar untuk Marcella.

"Yunita tolong kamu bereskan semua pecahan kaca itu, nanti takutnya terkena kaki keponakan saya!" perintahnya pada Yunita.

'Zalina- Zalina ... kau ini sangat licik, lihat saja suatu saat aku akan mengusirmu dari Rumahku!' batin Marcella hanya bisa menatap, dia terpaksa pura-pura buta lantaran ingin membongkar kejahatan Zalina selamaini.

"Nona, mari saya bantu Anda berbaring di atas tempat tidur Anda!" Yunita meraih tangan Marcella putri dari tuan besarnya.

"Terima kasih Tante Yuni," Marcella memeluk Yunita menangis di pundak asisten rumahnya itu.

HIKS! HIKS HIKS!

Yunita menyadari jika majikannya itu sedang menangis sambil memeluknya. Yunita merasa sangat kasihan pada gadis malang ini. "Menangislah ... lepaskan bebanmu jangan kau pendam!" Yunita mengusap punggung Marcella yang sedang terisak dalam tangisnya.

"Terima kasih Tante ..." lirihnya terus terisak dalam tangisnya. "Andai Papa masih ada, aku tidak perlu merasakan kesedihan ini Tante," Marcella semakin sedih ketika mengingat sang papa yang telah di panggil Tuhan.

"Kamu tidak sendirian ... masih ada Tante Yuni yang akan selalu menemani kamu Marcella," ucap Zalina. Menatap wajah cantik Marcella lalu menyeka buliran air mata itu. "Hapus air mata ini, kamu jangan menangis lagi!" Yunita menghapus air mata dari kedua pipi cantik itu.

Marcella segera membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah terlihat sedikit rusak, dengan beberapa sobekan di kulit kasur itu. Yunita menyelimuti tubuh gadis malang itu.

"Tante Yuni pamit ya! Kamu istirahat yang cukup!" ujar Yunita berpamitan, lalu mengecup kening Marcella yang telah di anggap seperti anaknya sendiri.

C'klek!!!

Yunita menutup pintu kamar Marcella yang lebih cocok disebut gudang itu. Pada saat Yunita keluar dari dalam kamar Marcella, Zalina menarik tangan pembantunya itu.

"Yunita! Ayo ikut saya!" Zalina mencengkeram pergelangan tangan Yunita sarkas.

"Lepaskan tangan saya Nyonya! Sakitttt!" Yunita mencoba berontak berusaha melepaskan tangan Zalina dari tangannya.

Namun, Zalina tetap menarik tangan Yunita membawanya ke dapur.

PLAK!!!

"Arghhh!" ringis Yunita ketika satu tamparan mendarat ke pipinya. "Kenapa kau menamparku Nyonya? Memangnya apa salah saya?!" Yunita menatap heran pada Zalina, Nyonya besar di rumah megah itu.

"Itu akibatnya kalau kau berani memberi makan Marcella, ingat kalau kau akan memberi makan Gadis buta itu kau harus melapor padaku terlebih dahulu, apa kau paham Yunita?!" bentaknya dengan nada meninggi.

"Ta-tapi Nyonya!"

"Jangan membantahku Yunita!" Zalina murka terhadap Yunita. "Lakukan saja perintahku atau kau akan saya pecat!" ancamnya.

Sementara Riana berada dalam kamarnya, perlahan bangkit karena mendengar kebisingan dari luar kamarnya. Riana segera menghampiri sumber kebisingan itu.

"Apa yang terjadi, kenapa Mama membentak-bentak Pembantu itu?" gumamnya segera menghampiri ibunya.

"Ada apa Mam's?" tanya Riana mengalihkan perhatian Zalina dengan Yunita. "Kenapa Mama memarahi Pembantu rendahan ini?!" dengan tidak sopannya Riana mengata-ngatai Yunita, yang sudah jelas jauh lebih Tua usianya.

"Kamu tahu enggak, dia ini coba-coba memberi makan Marcella, tanpa sepengetahuan Mama!" ujar Zalina memberitahu putrinya.

Riana menatap Yunita mendekati perempuan yang jauh lebih tua itu. meraih dagu Yunita dengan jarinya. "Kau itu jangan coba-coba membantah pada Mama saya yah!" Riana mendongakkan wajah Yunita supaya menatap padanya.

Sementara Marcella mencoba mendengarkan keributan dari balik pintu kamarnya, dia tidak tega mendengarkan Yunita kena amuk Zalina dan Riana karena memberinya makanan. "Kalian sangat keterlaluan Zalina ... Riana! Aku tidak akan pernah mengampunimu!" murka Marcella ia hanya berbicara di dalam kamarnya, merutuki Zalina. Namun, tidak ada yang bisa Marcella lakukan selain bersabar dalam menghadapi kejahatan tantenya sendiri.

"Aku harus melakukan sesuatu, aku tidak boleh tinggal diam seperti ini!" gumam Marcella memikirkan rencana untuk esok.

Sementara Reinard kini sedang berada di kantor perusahaan ayahnya Marcella, sejak meninggalnya Mahardika perusahaan itu di kendalikan oleh Darwin dengan Zalina, dan Reinard menjadi pengawas keuangan di perusahaan itu.

"Hari sudah sore kenapa kau masih berada di kantor Reinard?" Darwin mengalihkan perhatian Reinard.

"Saya masih banyak pekerjaan, saya mengaudit uang yang mengalir ke beberapa rekening hari ini!" timpalnya.

"Mengaudit keuangan?" Darwin menelan ludahnya sendiri setelah mengetahui kalau Reinard sedang mengaudit data keuangan perusahaan Mahardika.

"Seharusnya kau melakukannya hari esok saja Rei ... ini sudah sore apa kau tidak akan pulang?" Darwin berusaha menghalangi pekerjaan Reinard.

"Tidak Om! Pekerjaan ini harus saya selesaikan secepatnya!" tegas Reinard menatap pada Darwin. "Kenapa Om terkesan menghalangi Pekerjaan saya?" tanyanya terhadap Darwin penuh selidik.

"Ahahaha ... kau ini sangat aneh ya! Om hanya mengkhawatirkanmu, untuk apa Om menghalangi pekerjaanmu itu!" Darwin terlihat sangat gugup ketika mengetahui kalau Reinard sedang berusaha merekap data-data keuangan perusahaan.

"Lantas ... kenapa Om masih berdiri di Ruanganku ini? Bukankah Om akan pulang dari kantor?!" Reinard berseloroh terus menatap pada Darwin.

DEGH!!!

"Astaga! Om hampir lupa Reinard," ucap Darwin menepuk keningnya berusaha menyembunyikan ketakutannya. ketakutan akan ketahuan soal pengambilan uang dari rekening perusahaan Mahardika. "Kalau begitu Om pamit!" ucapnya kemudian.

Darwin keluar dari dalam ruangan Reinard, dengan perasaan gamang.

"Silahkan keluar!" Reinard mempersilahkan Darwin meninggalkan ruangannya.

Dengan kesal Darwin melangkah kakinya, meninggalkan ruangan Reinard. 'Aku harus menghubungi Zalina agar segera mengembalikan uang Perusahaan!' batin Darwin mengambil ponsel dari saku celananya.

DRET-DRET-DRET!!!

Zalina yang sedang berada di rumah duduk santai di sofa, tiba-tiba saja teralihkan oleh suara ponselnya sendiri. "Siapa lagi yang menghubungiku SE sore ini?" Zalina terlihat sangat kesal. "Mas Darwin? Mau apa dia meneleponku?" gumamnya, kemudian menerima panggilan tersebut.

[Ada apa Suamiku? Kenapa kau menggangguku?] ketus Zalina menanggapi suaminya.

[Zalina ini benar-benar celaka, sangat celaka Zalina!] panik Darwin di seberang sana sangat terdengar jelas oleh Zalina.

[Kalau bicara yang jelas Mas! Celaka-celaka, apanya yang celaka?!] Zalina dibuat penasaran oleh suaminya sendiri.

[Kamu harus mengembalikan uang yang kau ambil dari rekening Perusahaan itu Zalina!] ujar Darwin di seberang sana.

[Tidak untuk apa aku mengembalikan uang itu?] tolaknya bersikukuh tidak mau mengembalikan uangnya.

Bersambung ...